Sukses

BPJS Kesehatan Anggarkan Hampir Rp9 T untuk Skrining, Mulai dari Cek Diabetes sampai Kanker Serviks

Mengingat dana yang dibutuhkan untuk skrining tidak sedikit, BPJS Kesehatan menganggarkan dana sekitar Rp9 triliun

Liputan6.com, Jakarta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mulai memberikan perhatian pada upaya promotif atau preventif lewat skrining kesehatan.

Mengingat dana yang dibutuhkan untuk skrining kesehatan tidak sedikit, maka secara khusus BPJS Kesehatan menganggarkan dana sekitar Rp9 triliun.

"Dengan adanya upaya promotif preventif lalu biaya kesehatan langsung turun? Itu tidak benar. Dengan adanya skrining untuk sekarang ini malah biaya kesehatan jauh lebih tinggi," kata Kepala BPJS Kesehatan Ali Ghufron dalam diskusi Outlook 2023 pada Senin, 30 Januari 2023.

"Maka, pada 2023 menganggarkan khusus untuk skrining dan perawatan yang terdeteksi hampir Rp9 triliun. Bukan uang yang sedikit," kata eks Wakil Menteri Kesehatan itu.

Skrining yang bisa dilakukan oleh peserta JKN diantaranya pemeriksaan gula darah untuk mengetahui diabetes melitus atau tidak. Lalu, ada juga pemeriksaan kanker serviks dengan IVA maupun papsmear, serta pemeriksaan payudara untuk mengetahui ada tidaknya kanker payudara.

Diharapkan lewat deteksi dini penyakit maka biaya BPJS Kesehatan untuk pengobatan atau kuratif tidak sebesar saat ini.

Ghufron mencontohkan penyakit diabetes melitus yang disertai dengan hipertensi, data menunjukkan 30 persen pasien akan alami gagal ginjal yang berujung cuci darah.

"Cuci darah biasanya dua kali, sekali cuci darah Rp820 ribu," kata Ghufron.

Maka, bila bisa mengetahui lebih dini penyakit tersebut maka biaya yang dikeluarkan pun tidak tinggi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyakit Sedot Biaya BPJS Kesehatan Terbanyak

Di kesempatan yang sama Ghufron juga mengatakan bahwa ada beberapa penyakit yang menyedot biaya BPJS Kesehatan yang tinggi.

Pada 2022, penyakit jantung ada 15,4 juta kasus. Biaya yang dihabiskan mencapai Rp12,1 triliun.

Di bawah jantung, ada penyakit kanker yang menyedot pembiayaan BPJS sekitar Rp4,5 triliun. Di tahun itu ada sekiatar 3,1 juta pasien kanker yang berobat pakai JKN.

Di posisi ketiga, diduduki oleh penyakit yang terkait gaya hidup yakni stroke. Ada 2,5 juta kasus stroke di 2022 yang menelan biaya BPJS Kesehatan sekitar Rp3,2 triliun.

3 dari 3 halaman

Peserta JKN Capai 248 Juta atau 90 Persen Penduduk RI

Biaya yang besar dari pengobatan di atas juga tak lepas dari semakin banyaknya peserta JKN. Ghufron mengatakan bahwa hingga hari akhir Januari 2023 sudah ada 248 juta peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Kehadiran JKN selama ini membantu banyak orang untuk tidak takut lagi berobat ke puskesmas maupun rumah sakit.

Bahkan, sudah jarang terdengar orang yang mesti menjual aset yang dimiliki untuk membayar biaya rumah sakit yang terkadang amat mahal untuk penyakit-penyakit tertentu seperti disampaikan Ghufron.

"Dulu ada buku berjudul, 'Orang Miskin Dilarang Sakit'. Saya ingat betul, kalau ada orang yang sakit itu bisa jual aset seperti kerbau, sapi, rumah itu sering sekali saya dengar dulu. Namun, sekarang jarang kedengaran," katanya.

Biaya pengobatan yang bisa menguras dompet banyak yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan asalkan sudah menjadi peserta dan rutin membayar iuran setiap bulan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini