Sukses

Bisa Serba Salah, Ini Saran Psikolog Hadapi Rekan Kerja yang Depresi

Menegur rekan kerja dengan riwayat depresi bisa jadi serba salah. Namun, masih ada hal yang bisa dilakukan jika memang pekerjaannya tidak maksimal.

Liputan6.com, Jakarta Depresi merupakan gangguan suasana hati yang kompleks dan dapat terjadi pada siapa saja, termasuk rekan kerja Anda. Menyikapinya pun bisa jadi hal yang membingungkan, serta mungkin membuat Anda merasa serba salah.

Dalam beberapa titik saat pekerjaan yang dilakukannya tidak maksimal, keraguan untuk menegurnya bisa muncul. Anda mungkin diliputi kekhawatiran mentalnya akan drop usai mendapatkan teguran tersebut.

Lalu, apakah yang bisa dilakukan jika memiliki rekan kerja yang depresi?

Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani atau yang akrab disapa Nina mengungkapkan bahwa saat pekerjaan yang dilakukan rekan kerja yang depresi kerap tidak maksimal, ia perlu untuk lebih dulu menyadari lebih bahwa profesionalisme dalam dunia kerja itu penting.

"Kalau dalam dunia kerja, apa boleh buat? Memang dibutuhkan profesionalisme. Jadi kalau dalam bekerja boleh meningkatkan pemahaman (terkait depresi). Tapi juga jangan terlalu memudahkan pekerjaannya," ujar Nina melalui sambungan telepon pada Health Liputan6.com ditulis Jumat, (9/9/2022).

Menurut Nina, sebagai rekan kerja atau atasan, perlu juga untuk tetap memberikan tugas atau tanggung jawab pada yang bersangkutan tanpa membedakan berdasarkan kondisi mental.

Beberapa orang yang mengalami depresi perlu untuk diberikan tugas yang sama dan tidak terlalu dimudahkan. Hal tersebut dianggap akan membantu yang bersangkutan agar muncul perasaan bahwa ia mampu.

"Jadi tetap saja dia diminta untuk mengerjakan tugas terutama yang memang merupakan job desk dia. Kalau misalnya dia mengumpulkan terlambat, itu kita boleh berikan dorongan," kata Nina.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cara yang Dianjurkan Bila Hendak Menegur

Nina mengungkapkan bahwa bila hendak menegur terkait pekerjaan, jangan lupa untuk tetap berikan apresiasi pada yang bersangkutan. Hal tersebut lantaran dirinya sudah berupaya meskipun mungkin belum semaksimal yang diharapkan.

"Bisa bilang 'Agak terlambat tapi saya tetap mengapresiasi karena walaupun kamu merasa enggak nyaman kerjainnya, kamu tetap berusaha'. Itu jenis apresiasi yang berbeda dibandingkan dengan 'Gila lo telat banget ngumpulinnya'. Berikan pemahaman, tidak memaksa, tapi tetap ada tuntutannya," ujar Nina.

Lebih lanjut Nina mengungkapkan beberapa hal yang perlu untuk dihindari bila menghadapi rekan kerja yang depresi. Pertama, hindarilah untuk mengucilkan kondisi yang bersangkutan.

Beberapa orang yang mengalami depresi memang lebih suka menarik diri dari lingkungan sosial. Sehingga rekan kerja yang lain perlu untuk memahami itu.

"Jangan kucilkan dia ketika dia menarik diri. Walaupun dia menarik diri, tidak berarti dia sepenuhnya ingin keluar dari kondisi tersebut. Bisa saja dia merasa tidak mampu untuk bergabung dengan teman-temannya," kata Nina.

"Tapi sesekali boleh lho untuk mengajaknya kumpul, tapi jangan memaksa ya. Sesekali boleh diajak untuk yang sifatnya personal, seperti makan siang berdua saja," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Jangan Berikan Label

Nina menjelaskan, hindari juga pemberian label tertentu pada yang bersangkutan. Termasuk hindari pula ungkapan bahwa depresi yang dialaminya menyusahkan rekan kerja lainnya.

Terlebih menurut Nina, penting untuk tidak menuntut terlalu banyak. Dalam hal ini, disarankan untuk tidak mengejar-ngejar pekerjaannya agar selalu selesai dengan cepat.

"Memang kadang-kadang kita enggak bisa memungkiri bahwa kita butuh banget bantuan dia. Tapi itu tetap perlu dikomunikasikan. Jadi cara mengomunikasikannya daripada sekadar menuntut itu, kita bilang 'Sorry banget ya saya butuh ini agak lebih cepat, soalnya ini dibutuhkan klien kita lebih cepat'," ujar Nina.

Artinya, Anda dapat menunjukkan bahwa dirinya mungkin membutuhkan waktu lebih lambat untuk bekerja. Namun pekerjaan yang dilakukannya sebenarnya sedang dibutuhkan agar selesai cepat.

Menurut Nina, jika memang rekan kerja Anda tengah mengalami gejala depresi yang parah, tidak ada banyak hal yang dapat dilakukan. Dalam hal ini, Anda bisa menganjurkan rekan kerja Anda untuk mencari bantuan profesional.

"Atasan bisa memberikan dorongan atau desakan pada orang tersebut sehingga depresi segera ditangani."

4 dari 4 halaman

Depresi Tidak Bisa Selalu Jadi Alasan

Dalam kesempatan yang sama, Nina mengungkapkan bahwa depresi sebenarnya memang sangat mungkin dijadikan excuse untuk tidak maksimal dalam bekerja. Hal tersebut lantaran kondisi psikis dan fisik bisa berdampak.

"Tapi kalau menjadi excuse menurut saya sebagai profesional, seharusnya tidak. Jadi orang yang bersangkutan perlu untuk segera mencari bala bantuan. Supaya kalaupun kena, enggak lama-lama," ujar Nina.

"Karena itu (mengatasi depresi) merupakan tanggung jawab pribadi. Sebagai seorang pekerja, kita enggak bisa lama-lama untuk minta excuse dari kantor. Sesekali kita akan perlu minta excuse, tapi enggak bisa terus-terusan. Jadi kita pun harus menolong diri kita supaya bisa bangkit segera," tambahnya.

Nina pun menyarankan untuk mencari pertolongan profesional jika memang gejala depresi yang dialami sudah mengganggu kinerja.

"Karena kalau misalnya itu sudah mengganggu kinerja kita, ya berarti memang butuh bantuan. Jadi jangan kasarnya sok tahu untuk bisa mengatasi depresi sendirian," kata Nina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.