Sukses

Krisis Global Tak Bikin Mundur Negara G20 Perluas Riset Vaksin

Negara anggota G20 mendukung adanya perluasan riset dan manufaktur vaksin meski ada krisis global.

Liputan6.com, Bali Krisis global yang tengah melanda sejumlah negara di dunia tak menghentikan negara anggota G20 untuk berupaya memperluas pusat riset dan manufaktur vaksin, terapeutik dan diagnostik (VTD). Upaya ini merupakan agenda utama yang dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia, '3rd Health Working Group' di Bali pada 22 - 23 Agustus 2022.

Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Lucia Rizka Andalusia mengakui ada kekhawatiran berkaitan dengan krisis global terhadap kesepakatan yang akan dicapai pada '3rd Health Working Group.’ Namun, hal itu dinilai tidak terpengaruh oleh krisis global yang terjadi.

Pada pertemuan  'Health Working Group' yang sudah dilakukan dari sesi 1 sampai 3 dengan tema utama Arsitektur Kesehatan Global, kesepakatan final yang akan dicapai bersifat konkret, bukan sekadar deklarasi. Hal ini juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa agenda Presidensi G20 Indonesia harus menghasilkan suatu implementasi yang konkret dan dapat terwujud serta terlaksana. 

“Memang ada beberapa pernyataan-pernyataan terkait dengan krisis global ini ya, tapi karena seperti di awal Bapak Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin) telah menyusun Arsitektur Kesehatan Global dengan tiga agenda ‘Health Working Group’ lebih lebih technical implementation, jadi bukan hanya deklarasi-deklarasi, namun kita ingin konkret deliverable-nya (hasil/output),” terang Rizka.

“Jadi lebih teknis dan pengaruh dari krisis global itu tidak terlalu concern – fokus dibahas. Karena kami tidak membahas isu politik atau apa (krisis lain), tapi lebih teknis (bahas agenda Health Working Group),  apalagi yang ‘3rd Health Working Group’ ini terkait dengan riset dan manufacturing (manufaktur) ya. Saya rasa kita tidak terlalu terpengaruh dengan krisis global,” katanya saat konferensi pers Wrap Up The 3rd Health Working Group di Hilton Resort, Nusa Dua Bali, ditulis Kamis (25/8/2022).

Adapun kondisi global saat ini menurut para pengamat dan pakar dinilai semakin tidak menentu di tengah pemulihan ekonomi pada masa pandemi COVID-19.

Sebab, fase ini bersamaan dengan terjadinya dinamika global, seperti konflik Rusia - Ukraina, perang dagang dan teknologi Amerika Serikat - Tiongkok. Ada juga ketegangan baru di Selat Taiwan dan disrupsi rantai pasok, yang berimplikasi pada fluktuasi harga komoditas pangan dan energi.

2 dari 4 halaman

Riset dan Manufaktur yang Merata

Pada pertemuan '3rd Health Working Group’ khususnya terkait perluasan riset dan manufaktur global, Lucia Rizka Andalusia menekankan, adanya keinginan agar kemampuan negara-negara merata dalam produksi vaksin, terapeutik, dan diagnostik.

“Kita menginginkan equal atau  sama dalam hal melakukan riset maupun memproduksi vaksin, terapeutik, dan diagnostik khususnya dalam menghadapi pandemi sehingga kalau ada kondisi-kondisi kedaruratan yang lain, semua negara memiliki kapasitas yang sama dalam melakukan riset maupun manufacturing untuk vaksin, terapeutik, dan diagnostik,” bebernya.

Para delegasi yang hadir untuk membahas perluasan riset dan manufaktur global dalam dua hari pelaksanaan '3rd Health Working Group’ ini diikuti 20 negara anggota G20. Dari jumlah tersebut, 10 delegasi negara  di antaranya, hadir langsung di Bali dan beberapa negara di luar G20. 

Kemudian dihadiri juga oleh organisasi-organisasi internasional, misal WHO sebagai organisasi kesehatan yang tertinggi di dunia, Vaccine Alliance GAVI, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), dan Global Health Security Consortium.

“Lainnya, ada Global Fund, ada Foundation for Innovative New Diagnostics (FIND). Organisasi Pangan Dunia (FAO) juga hadir, karena kita juga memiliki side event untuk membahas antimicrobial resistence (resistensi antimikroba), lalu organisasi industri-industri farmasi dunia,” lanjutnya.

“Negara yang diundang di luar G20 itu Uni Emirat Arab, Singapura,  Belanda, Fiji, dan Kamboja. Dari pembahasan dua hari ini, kami merangkum semua apa yang menjadi masukan-masukan adalah kita ingin agar ada pengembangan global manufacturing dan research hub untuk pandemic prevention, preparedness and response dengan beberapa usulan dari deliverables-nya.”

Tak hanya persoalan pengembangan riset dan manufaktur, hasil kesimpulan (Co-chairs Summary) mengusulkan perluasan kapasitas, berbagi harmonisasi mekanisme proses kapasitas riset, serta kolaborasi membangun riset dan manufaktur.

3 dari 4 halaman

Akses Vaksin dan Diagnostik Lebih Cepat

Hasil Co-chairs Summary adalah mayoritas delegasi negara G20 menyoroti pentingnya penguatan pusat penelitian dan pengembangan multi-regional. Hal itu sebagai bagian penting dari teknologi, pengetahuan dan strategi berbagi data dalam upaya kesiapsiagaan pandemi. 

“Banyak delegasi mencatat, bahwa dukungan International Organizations (IO) sangat penting dalam meningkatkan kapasitas penelitian dan manufaktur selama pandemi. Penting untuk menjaga peran koordinasi sentral WHO. Perlu platform dan jaringan yang memungkinkan akses vaksin, terapeutik, dan diagnosis lebih cepat untuk pandemi,” jelasnya.

“Platform dan jaringan yang ada ini dapat berfungsi sebagai landasan untuk membangun platform global yang lebih terhubung dan untuk memastikan demokratisasi pengetahuan. Beberapa potensi kerja sama dalam G20 akan dibangun seperti pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, data mekanisme berbagi, kemitraan publik-swasta, dan penelitian serta ekosistem manufaktur.” 

Khusus vaksin, delegasi  yang hadir juga menekankan pendanaan dan transfer teknologi. Hal ini belajar dari penanganan pandemi COVID-19. 

“Beberapa delegasi mengakui pelajaran dari misi 100 hari kesiapsiagaan vaksin yang mencakup koordinasi pendanaan dan teknologi transfer antar negara. Seratus hari pertama sangat penting, kami membutuhkan misi untuk berkelanjutan di luar 100 hari pertama dan termasuk untuk mencakup alat diagnostik lainnya dan inklusif, tindakan terapeutik dan menghubungkannya dengan One Health juga,” pungkas Rizka. 

4 dari 4 halaman

Kesepakatan untuk Deklarasi

Delegasi G20 pada pertemuan '3rd Health Working Group’ turut menyoroti kebutuhan untuk meningkatkan investasi, meningkatkan koordinasi antara keuangan dan kesehatan untuk mendukung vaskin, terapeutik dan diagnostik untuk pencegahan pandemi, kesiapsiagaan dan respons.

Ini juga sejalan dengan tema utama yang diangkat Arsitektur Kesehatan Global dan fokus optimalisasi hub vaksin mRNA yang ada. 

Beberapa delegasi, Lucia Rizka Andalusia menambahkan, ikut menyoroti pentingnya menyelaraskan regulasi untuk mendukung penelitian dan kapasitas produksi. Persetujuan formal dan peraturan harus dipercepat antar negara untuk membantu penyebaran produk yang kuat tanpa mengurangi keamanan dan kualitas.

Lebih lanjut, diskusi rinci tentang riset dan pusat manufaktur serta mengkonkretkan tujuan pada 'Memperluas Pusat Riset dan Manufaktur Global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi’ akan dikoordinasikan kembali pada pertemuan ‘2nd Health Ministers’ Meeting’ pada Oktober 2022.

“Pertemuan teknis pertama akan membahas hasil awal dan draft rekomendasi dari analisis kesenjangan, terutama pada rincian struktur, fungsi, kegiatan dan prinsip. Sedangkan, pertemuan kedua akan menyelesaikan draft untuk ditetapkan sebagai deklarasi saat ‘2nd Health Ministers’ Meeting’ nanti,” tutup Rizka.