Sukses

Omicron BA.2.75 Mengintai, Prediksi Puncak COVID-19 Bakal di Atas 20 Ribu Kasus?

Omicron BA.2.75 mulai mengintai, prediksi puncak COVID-19 apakah akan melesat di atas 20.000 kasus?

Liputan6.com, Jakarta Adanya temuan subvarian Omicron BA.2.75 di Indonesia menimbulkan kekhawatiran baru terhadap kenaikan angka COVID-19 nasional yang mungkin bisa melonjak. Pada prediksi puncak COVID-19, Indonesia disebutkan dapat mencapai 20.000 kasus per hari akibat adanya varian Omicron BA.4 dan BA.5.

Lantas, apakah dengan adanya varian BA.2.75 membuat kasus COVID-19 melesat di atas 20.000? Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menanggapi bahwa hal tersebut masih perlu diamati dan dianalisis lebih jauh lagi.

Sebab, data-data yang ada sekarang belum terlihat seberapa besar penularan varian BA.2.75. Kementerian Kesehatan masih terus meneliti subvarian 'anakan' Omicron ini.

"(Peningkatan kasus) BA.2.75 untuk sementara kita masih keep dulu, karena BA.2.75 baru ada di India ya, di sana yang paling banyak. Kita memang sudah ketemu tiga kasus, yakni satu orang di Bali dan dua orang di Jakarta," terang Budi Gunadi usai Launching BioColomelt-Dx di RS Kanker Dharmais Jakarta pada Selasa, 19 Juli 2022.

"Tapi sampai sekarang, kita belum kelihatan polanya seberapa cepat dia naiknya dibandingkan dengan BA.4 dan BA.5."

Walau karakteristik varian Omicron BA.2.75 masih memerlukan pengamatan, Budi Gunadi mengungkapkan, varian BA.4 dan BA.5 saat ini masih lebih tinggi kenaikannya. Kedua subvarian tersebut juga sudah mendominasi varian COVID-19 di Indonesia.

"Kalau sementara, kita lihat sampai saat ini, BA.4 dan BA.5 masih lebih tinggi kenaikannya," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menyebar di 15 Negara

Subvarian Omicron BA.2.75 pertama kali ditemukan pada awal Mei 2022 di India. Per 17 Juli 2022, BA.2.75 ini telah ditemukan di 15 negara, termasuk 7 negara bagian Amerika Serikat (AS), menurut seorang profesor dari Arkansas State University yang telah melacak varian tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sedang mengamati varian BA.2.75 dengan cermat. Pakar penyakit menular mengatakan belum ada alasan untuk khawatir – tetapi variannya harus diwaspadai.

“Meskipun terdeteksi di banyak negara lain (selain India), tidak ada tanda bahwa itu menyebar (secara luas di negara-negara itu),” kata Executive Vice President of Scripps Research, Eric Topol. "Kekhawatiran tentang varian ini tampaknya salah tempat, setidaknya pada saat ini."

Sementara itu, Asisten Dekan Penelitian dan profesor di Arkansas State University, Rajendram Rajnarayanan mengatakan setidaknya belum ada kekhawatiran terhadap penyebaran varian BA.2.75.

“Saya belum panik,” kata Rajendram yang juga telah melacak BA.2.75, dikutip dari WebMD.

Namun, Rajendram khawatir tentang penyebaran BA.2.75. Saat ini varian itu menyebar lebih cepat daripada varian BA.5 di India. Ia memperkirakan bahwa BA.2.75 akan menyebar lebih banyak di Inggris dan kemudian meningkat di AS.

“Ini persis pola yang telah kita lihat dengan setiap varian lainnya,” pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Prediksi BA.2.75 Bisa Memuncak

Pada 17 Juli 2022, Rajendram Rajnarayanan hanya melacak 14 kasus varian Omicron BA.2.75 di tujuh negara bagian AS, antara lain California, Illinois, New York, North Carolina, Texas, Washington, dan Wisconsin. Pada September 2022, itu bisa mencapai puncaknya di AS.

“Saat ini, BA.2.75. tampaknya menjadi yang tercepat dari semuanya dalam hal penyebaran. Tapi seperti varian lainnya, itu bisa mengikuti siklus dua bulan dan mulai menurun pada bulan Oktober nanti," ungkap Rajnarayanan.

Dalam analisis laboratorium yang diunggah di Twitter, profesor Peking University, Yunlong Cao menemukan bahwa BA.2.75 lebih mungkin lolos kekebalan dari deteksi oleh sistem kekebalan.

"Tapi analisis laboratorium hanya setengah dari persamaan," kata Peter Chin-Hong, profesor kedokteran dan spesialis penyakit menular di University of California, San Francisco.

Menurut Chin-Hong, banyak hal lain yang memengaruhi, apakah suatu varian akan menyebar. “Terlalu dini untuk mengatakan dari perspektif virus, apa yang akan terjadi nanti,” ucapnya tentang varian baru.

4 dari 4 halaman

Sumbang 23 Persen Sampel COVID-19

Saat para ahli penyakit menular memperdebatkan penyebaran varian BA.2.75, beberapa lainnya juga membahas penamaan varian. WHO telah menggunakan huruf alfabet Yunani untuk menyebutkan beberapa varian.

Namun, pada 1 Juli 2022, pengguna Twitter Xabier Ostale, yang bukan ahli penyakit menular, tampaknya lelah menunggu BA.2.75 untuk mendapatkan nama Yunani dan mengambil tugas sendiri.

Dalam sebuah cuitan, ia menjuluki varian baru BA.275 dengan nama Centaurus, nama mitologi Yunani yang menggambarkan makhluk setengah manusia setengah kuda. Nama itu telah melekat dan sekarang menjadi populer di Twitter dan dalam laporan berita.

Di India, subvarian Omicron BA.2.75 sendiri telah menyumbang 23 persen sampel COVID-19 yang diurutkan pada awal Juli 2022 oleh GISAID. Peningkatan pesat ini disorot oleh spesialis visualisasi dan integrasi data Australia Mike Honey melalui akun Twitter-nya.

Menurut Honey, subvarian BA.2.75 paling sering terdeteksi di India dan menunjukkan pertumbuhan cepat hingga 18 persen.

“Ini paling sering terdeteksi di India, menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat hingga 18 persen dari sampel terbaru. Hal ini juga menyebar dengan cepat ke negara lain," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.