Sukses

Hepatitis Akut Misterius Landa Eropa-Asia, Terkait dengan Vaksin COVID-19?

Hepatitis akut misterius berkaitan dengan vaksin COVID-19 atau tidak?

Liputan6.com, Jakarta - Hepatitis akut misterius pada anak tengah melanda sejumlah negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. Indonesia termasuk salah satu yang melaporkan kasus tersebut dengan tiga pasien anak yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022. 

Lantas, apakah hepatitis misterius berkaitan dengan vaksin COVID-19? Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, sebagian besar kasus yang dilaporkan justru anak-anak yang belum menerima vaksinasi COVID-19.

Dari laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini, antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun. WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology).

Laporan kasus hepatitis misterius di Inggris Raya terjadi pada anak-anak usia 11 bulan sampai 5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah. Kisaran kasus juga terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun.

Terkait vaksin COVID-19? Hipotesis ini tidak didukung data, karena sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi COVID-19, tulis Zubairi dalam cuitan di akun Twitter pribadinya pada Senin, 2 Mei 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Berkaitan dengan Vaksin COVID-19

UK Heath Security Agency (UKHSA) menerbitkan penjelasan teknis terperinci tentang penyelidikan peningkatan kasus hepatitis mendadak (radang hati) pada anak-anak, dengan data dan temuan pada kasus di Inggris hingga 20 April 2022.

UKHSA, bekerja sama dengan Public Health Scotland, Public Health Wales and the Public Health Agency terus menyelidiki kasus hepatitis pada anak-anak berusia 10 tahun ke bawah yang terjadi sejak Januari 2022.

Laporan UKHSA mencatat, virus yang biasa menyebabkan hepatitis menular (hepatitis A hingga E) rupanya tidak terdeteksi. Kasus terbanyak pada anak di bawah 5 tahun yang menunjukkan gejala awal penyakit gastroenteritis (diare dan mual), diikuti dengan timbulnya ikterus--kulit kuning disebabkan oleh penumpukan bilirubin dalam darah.

Per per 25 April 2022, investigasi penemuan kasus aktif di Inggris Raya mengidentifikasi 3 kasus yang dikonfirmasi lebih lanjut sejak pembaruan terakhir pada 21 April, sehingga jumlah total kasus menjadi 111. Dari kasus yang dikonfirmasi, 81 adalah penduduk di Inggris, 14 di Skotlandia, 11 di Wales dan 5 berada di Irlandia Utara.

Dari kasus tersebut, 10 anak telah menerima transplantasi hati. Tidak ada kasus Inggris yang meninggal. Sejumlah kecil anak-anak di atas usia 10 sedang diselidiki.

Ditegaskan pula tidak ada kaitan dengan vaksin COVID-19. Tak satu pun dari kasus yang dikonfirmasi saat ini pada anak di bawah 10 tahun di Inggris diketahui telah menerima vaksinasi COVID-19.

Data terakhir per 29 April 2022, investigasi penemuan kasus aktif telah mengidentifikasi 34 kasus yang dikonfirmasi, sehingga jumlah total kasus menjadi 145. Dari kasus yang dikonfirmasi, 108 adalah penduduk di Inggris, 17 di Skotlandia, 11 di Wales dan 9 berada di Irlandia Utara.

3 dari 4 halaman

Berkaitan dengan Infeksi Adenovirus

Temuan kasus hepatitis misterius menunjukkan, terjadi peningkatan hepatitis mendadak pada anak-anak mungkin terkait dengan infeksi adenovirus, tetapi penyebab lain masih diselidiki. Sebab, ada ciri tidak khas melihat pola gejala dari adenovirus.

Kami sedang menyelidiki kemungkinan faktor lain yang berkontribusi, seperti infeksi lain--termasuk virus Corona COVID-19--atau penyebab lingkungan. Kami juga mengeksplorasi, apakah peningkatan kerentanan karena berkurangnya paparan selama pandemi COVID-19 dapat berperan atau jika ada perubahan dalam genom adenovirus, tulis laporan UKHSA melalui situs resminya.

Adenovirus merupakan kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi pada mata, usus, paru, dan saluran napas.

Direktur Infeksi Klinis dan Emerging di UKHSA, Meera Chand mengingatkan orang tua tetap waspada terhadap tanda-tanda hepatitis, terutama penyakit kuning. Kondisi ini yang paling mudah dikenali sebagai semburat kuning di bagian putih mata.

"Hubungi dokter jika Anda khawatir. Pastikan anak-anak mencuci tangan dengan benar, membantu mengurangi penyebaran banyak infeksi secara umum," pesannya.

"Anak-anak yang mengalami gejala seperti muntah dan diare harus tinggal di rumah dan tidak kembali ke sekolah sampai 48 jam setelah gejalanya berhenti."

4 dari 4 halaman

Peningkatan Infeksi Adenovirus pada Anak

Laporan UKHSA per 25 April 2022 menyebut, informasi yang dikumpulkan melalui investigasi semakin menunjukkan, peningkatan kasus hepatitis yang parah mungkin terkait dengan infeksi adenovirus, tetapi penyebab lain masih diselidiki secara aktif.

Adenovirus adalah patogen paling umum yang terdeteksi pada 40 dari 53 (75 persen) kasus terkonfirmasi yang diuji. Data laboratorium dan National Health Service (NHS) Inggris menunjukkan, virus yang umum beredar pada anak-anak saat ini lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Terdapat peningkatan adenovirus, khususnya pada kelompok usia 1 sampai 4 tahun. Adapun gejala hepatitis akut misterius yang dilaporkan di Inggris Raya, antara lain:

  • menguningnya bagian putih mata atau kulit (jaundice--sindrom penyakit kuning)
  • urine gelap kotoran pucat, berwarna abu-abu (kotoran)
  • kulit gatal
  • nyeri otot dan sendi
  • demam tinggi
  • merasa dan sakit
  • merasa sangat lelah sepanjang waktu
  • kehilangan selera makan
  • sakit perut

Sementara itu, informasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, adenovirus terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.