Liputan6.com, Jakarta Sejak awal munculnya varian Omicron, banyak pihak menuturkan bahwa gejala yang akan dialami lebih ringan atau tidak seberat Delta. Hal tersebut pun tidak sepenuhnya keliru.
Namun menurut Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman, Omicron tetap bisa menjadi ancaman serius.
"Jadi kalau di Indonesia saat Omicron merebak minyak goreng kurang, di Australia itu tisu toilet habis, enggak ada," ujar Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Kamis (17/2/2022).
Advertisement
"Ini adalah satu fenomena yang memang berarti menunjukkan pandemi itu berdampak bukan hanya pada sektor kesehatan. Tapi juga sektor lain dalam hal ini ekonomi," tambahnya.
Dicky menjelaskan, selama gelombang Omicron terjadi, rapid test antigen juga banyak habis terjual. Sehingga banyak orang kesulitan untuk mendapatkan aksesnya.
Beberapa fasilitas yang menyediakan layanan untuk melakukan swab juga tak sedikit yang kewalahan karena membludaknya antrian untuk testing.
"Banyak orang enggak bisa mendapatkan supply yang biasa karena orang-orang biasa berkontribusi juga pada sakit. Termasuk obat-obatan pun seperti antivirus di Indonesia sudah mulai sulit," kata Dicky.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Tidak boleh meremehkan
Terkait hal tersebut, Dicky menyampaikan bahwa meskipun gejala Omicron terbilang ringan, ada baiknya untuk tidak meremehkan.
"Kita enggak bisa meremehkan Omicron. Kita harus terus pakai masker, vaksinasi, jaga kesehatan," ujar Dicky.
Sebelumnya, Dicky mengungkapkan bahwa infeksi COVID-19 bukanlah sesuatu yang hanya memiliki dampak jangka pendek, melainkan juga jangka panjang. Seperti efek dari long COVID-19, misalnya.
Advertisement
Menurutnya, efek long COVID-19 bisa menjadi masalah bagi Indonesia kedepannya. Sehingga saat ingin mengambil keputusan pun, pemerintah juga harus mempertimbangkan hal tersebut.
"Karena apa jadinya nanti kalau banyak orang Indonesia yang harus bolak balik karena kita tidak atau gagal mencegah banyaknya infeksi saat ini," katanya.
Advertisement
Infografis
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.