Sukses

Ini Beda Batuk pada Saat Sakit Pneumonia dengan COVID-19

Batuk menjadi salah satu gejala yang kerap muncul saat seseorang terkena pneumonia akibat bakteri dan virus.

Liputan6.com, Jakarta Pneumonia merupakan infeksi atau peradangan akut pada jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri dan virus. Gejala yang muncul pada dua pemicu tersebut pun ternyata hampir sama, lho.

Gejala saat seseorang terkena pneumonia akibat bakteri dan virus biasanya meliputi demam, batuk, dan sesak napas. Namun, bagaimana cara membedakan gejala yang muncul terutama pada saat batuk?

"Biasanya untuk pneumonia ini (batuknya) ada dahak berwarna, bisa kehijauan atau kekuningan. Bahkan kadang-kadang bisa ada bercak darah sedikit. Ini sangat berbeda dengan batuk COVID-19 yang biasanya kering," ujar Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K) dalam konferensi pers Peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2021 ditulis Kamis, (18/11/2021).

Erlina menambahkan, pada gejala demam biasanya akan sama-sama tinggi, disertai dengan nyeri otot atau badan. Tetapi batuknya sendiri yang menjadi pembeda yakni disertai dengan dahak berwarna.

"Untuk mengeluarkan dahak yang kental itu biasanya pasien berusaha batuk terus-menerus, supaya napasnya menjadi lega. Apabila dahak itu tidak bisa dikeluarkan, kemungkinan pasien-pasien bisa menjadi sesak," kata Erlina.

Menurut Erlina, pneumonia menjadi penyakit yang perlu mendapatkan perhatian karena insiden kejadiannya yang kian meningkat dan cukup tinggi. Terutama pada lansia atau kelompok usia lanjut, dan anak dibawah 5 tahun.

Bagi orang-orang dengan usia lanjut, insidennya di Indonesia bisa mencapai 25-40 per 1.000 penduduk. Sehingga, jumlahnya pun sebenarnya sangatlah banyak jika ditotalkan secara keseluruhan.

"Jadi bayangkan seberapa banyak sebetulnya orang-orang lansia ini yang dengan mudahnya mengalami atau menderita pneumonia. Kita tahu kalau pasien-pasien tua atau lansia ini menderita pneumonia atau radang di paru, maka sembuhnya susah dan angka kematiannya tinggi," ujar Erlina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Faktor yang mempengaruhi

Dalam kesempatan yang sama, Erlina mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor terkait mengapa para lansia atau kelompok usia yang sangat-sangat muda (dibawah 5 tahun) mudah terinfeksi dengan bakteri yang menimbulkan peradangan di jaringan parunya.

"Pertama, ada hubungannya dengan sistem pertahanan tubuh. Orang tua itu sistem pertahanan tubuhnya menurun, apalagi jika disertai dengan komorbid. Contohnya ada komorbid seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ya," kata Erlina.

"Juga orang tua kadang-kadang waktu tidurnya kurang, kurang beristirahat. Jadi ada masalah dengan imunitas. Demikian pada anak-anak dibawah 5 tahun, sistem imunitas mereka belum berkembang dengan sempurna. Sehingga sangat rentan untuk terinfeksi," tambahnya.

Terkait dengan itu, Erlina dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pun mendukung cara pencegahan yang tepat untuk menghindari pneumonia yakni dengan membangun sistem imun yang kuat.

Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, makan dengan gizi seimbang, tidak mengonsumsi alkohol, tidak merokok, istirahat yang cukup, jangan stres berkepanjangan, dan olahraga.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Demam adalah kondisi meningkatnya suhu tubuh di atas rata-rata suhu harian.

    Demam

  • Pneumonia atau yang lebih dikenal dengan istilah paru-paru basah, merupakan peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru

    Pneumonia

  • Lansia

  • Paru