Sukses

Berbicara Tafsir Mimpi, Simak 4 Teori Mimpi Paling Terkenal dalam Sains

Ada 4 teori terkenal dalam sains terkait mimpi, dari Sigmund Freud sampai Carl Jung.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika berbicara mimpi, sudah ada banyak mitos terkait tafsir mimpi yang ditemukan di internet. Seperti makna mimpi gigi copot sampai mimpi bertemu hantu.

Selama berabad-abad orang telah merenungkan arti mimpi. Peradaban awal menganggap mimpi sebagai media antara duniawi dengan dunia para dewa. Dahulu, orang Yunani dan Romawi yakin bahwa mimpi memiliki kekuatan kenabian tertentu.

Namun, secara ilmiah, terdapat berbagai teori yang menjelaskan makna mimpi dengan berbagai macam pendekatan. Meskipun ada minat besar dalam interpretasi mimpi manusia, baru pada akhir abad kesembilan belas, Sigmund Freud dan Carl Jung mengajukan beberapa teori mimpi yang modern.

Berikut ini adalah empat teori akan mimpi yang paling diterima secara umum, seperti dilansir Brescia, Selasa (12/10/2021).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sigmund Freud dan Pemenuhan Keinginan

Psikoanalisis terkenal Sigmund Freud adalah orang pertama yang menyarankan bahwa mimpi dapat melayani tujuan ilmiah tertentu. Dia menjadi percaya bahwa mimpi sering kali merupakan bentuk pemenuhan keinginan, kata American Psychoanalytic Association.

Dalam mimpi, subjek bisa mewujudkan keinginan yang tidak bisa dia penuhi dalam kehidupan nyata. Beberapa jenis mimpi, bagaimanapun, terbukti bermasalah dalam model ini, seperti mimpi yang melibatkan hukuman atau peristiwa traumatis.

Ini membuat Freud percaya bahwa mimpi terkadang berfungsi sebagai cara bagi pasien untuk mengungkapkan rasa bersalah atau mengatasi trauma. Semua dugaan ini berperan dalam teori mimpi Freud secara keseluruhan, bahwa mimpi adalah manifestasi dari kerja otak yang tidak disadari.

3 dari 5 halaman

Carl Jung: Mimpi sebagai Ekspresi Mental Secara Langsung

Freud dan Carl Jung berasal dari masa yang sama, mereka tidak sepaham mengenai sifat mimpi. Freud percaya bahwa mimpi, secara alami, menyamarkan maknanya. Sementara Jung percaya bahwa mimpi sebenarnya adalah ekspresi langsung dari pikiran itu sedniri.

Mimpi, kata Jung, mengungkapkan keadaan bawah sadar individu melalui bahasa simbol dan metafora. 'Bahasa' ini alami untuk keadaan tidak sadar, tetapi sulit untuk dipahami karena sangat bervariasi dari bahasa di kehidupan sehari-hari.

Secara khusus, Jung juga percaya bahwa arketipe universal (atau gambar) yang melekat pada semua kesadaran memiliki dua fungsi: untuk mengimbangi ketidakseimbangan dalam jiwa si pemimpi dan untuk memberikan gambaran masa depan yang prospektif yang memungkinkan si pemimpi mengantisipasi kejadian di masa depan.

4 dari 5 halaman

REM dan Aktivasi-Sintesis

Namun, teori lain muncul dengan penemuan Rapid Eye Movement (REM). Teori Aktivasi-Sintesis digagas oleh profesor Harvard Allan Hobson dan Robert McCarley pada 1970-an, jelas Joe Griffin dari Human Givens Institute. Hobson dan McCarley menemukan bahwa selama tidur REM, sinyal listrik yang disebut rekaman elektroensefalogram atau EEG, melewati otak.

Mereka berteori bahwa otak secara alami bereaksi dengan mencoba memahami stimulus acak. Jadi, mimpi tidak memiliki makna intrinsik; mereka hanya efek samping dari aktivitas normal otak. Sementara, teori ini revolusioner pada saat itu, kemajuan teknologi yang terus-menerus telah menyebabkan revisi yang luar biasa dari teori ini.

5 dari 5 halaman

Teori Simulasi Ancaman

Psikolog asal Finlandia Antti Revonsuo adalah salah satu peneliti terbaru yang menyarankan teori meyakinkan tentang fungsi mimpi. Revonsuo menemukan bahwa selama tidur REM, amigdala (bagian otak yang melawan atau lari) benar-benar menyala dengan cara yang sama seperti saat mengancam kelangsungan hidup.

"Fungsi utama dari mimpi negatif adalah latihan untuk kejadian nyata yang serupa sehingga pengenalan dan penghindaran ancaman terjadi lebih cepat dan lebih otomatis dalam situasi nyata yang sebanding," jelasnya. Dengan kata lain, mimpi adalah sifat evolusioner yang dirancang untuk membantu kita berlatih menjadi aman.

 

Penulis: Anastasia Merlinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.