Sukses

Perubahan Iklim Pengaruhi Penularan Malaria

Perubahan suhu, kelembapan, curah hujan, serta perubahan kondisi iklim lain ternyata sangat berdampak pada penularan penyakit malaria. Balita jadi penyumbang angka kematian akibat malaria.

Liputan6.com, Jakarta - Perubahan suhu, kelembapan, curah hujan, serta perubahan kondisi iklim lain ternyata sangat berdampak pada penularan penyakit malaria.

Dilansir dari News Medical, NASA mencatat 19 tahun terpanas suhu global terjadi sejak tahun 2000. Tahun 2020 dan 2016 dinobatkan menjadi tahun terpanas. Tak hanya itu, data suhu rata-rata global terus mengalami peningkatan signifikan dan terus bertahan selama satu abad terakhir.

Para ilmuwan meyakini adanya relevansi antara penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dengan kenaikan suhu dan perubahan iklim. Kondisi iklim yang lebih hangat memudahkan penyebaran penyakit oleh nyamuk seperti malaria.

Data menunjukkan, bahwa peningkatan suhu, kelembapan, dan curah hujan mendorong perkembangbiakan populasi nyamuk di tempat yang lebih tinggi. Artinya, sangat mungkin apabila malaria muncul di lokasi baru yang sebelumnya tidak terjamah oleh nyamuk.

Namun, peningkatan suhu di tempat yang lebih rendah, dimana nyamuk dan malaria sudah lazim ditemui juga berdampak pada pertumbuhan parasit nyamuk membawa penyakit. Artinya, perkembangan dan penularan malaria akan lebih cepat terjadi di tempat yang lebih rendah.

Perubahan siklus El Nino juga menyebabkan daerah terdampak malaria menjadi lebih kering. Hal ini mengakibatkan peningkatan kasus malaria meningkat akibat hilangnya curah hujan tinggi. Temuan data menunjukkan kondisi kering akibat El Nino berkaitan dengan peningkatan sepertiga kasus malaria.  

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Meski dapat Dicegah, Malaria Membunuh 400 Ribu Jiwa Setiap Tahun

Malaria dapat dikatakan sebagai penyakit yang mampu mangancam jiwa. Tapi, bagaimanapun tingkat keparahan penyakit malaria nyatanya masih dapat dicegah dan disembuhkan.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pengendalian vektor merupakan cara yang oaling efektif untuk mencegah dan membatasi penularan malaria. Pengendalian vektor ini dapat dilakukan dengan pengguaan kelambu berinsektisida dan penyemprotan rutin ruangan.

Meski pencegahan dapat dilakukan, tetapi data menunjukkan dari 229 juta kasus malaria di seluruh dunia pada tahun 2019, 409 ribu diantaranya telah kehilangan nyawa.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, balita menjadi kelompok usia yang paling banyak terjangkit malaria.

"Balita menyumbang 67 persen dari total data kematian akibat malaria pada tahun 2019."

Begitupun di Afrika, balita menyumbang 94 persen dari total kasus ditahun yang sama.

 

Penulis: Rissa Sugiarti

3 dari 3 halaman

Inforgrafis Beda DBD dan Malaria

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.