Sukses

Tanggapan WHO Soal Pembekuan Darah Jadi Efek Samping Langka Vaksin AstraZeneca

"Berdasarkan informasi saat ini, hubungan kausal antara vaksin dan terjadinya pembekuan darah dengan trombosit yang rendah dianggap masuk akal tetapi belum terkonfirmasi," kata sub-komite WHO tersebut

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengeluarkan pernyataan interim terkait adanya kemungkinan pembekuan darah dengan trombosit darah rendah, yang dimasukkan dalam daftar efek samping langka vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Pernyataan sementara ini dikeluarkan Global Advisory Committe on Vaccine Safety (GACVS) WHO terkait kesimpulan European Medicines Agency, yang menyatakan bahwa kondisi tersebut harus dimasukkan sebagai efek samping sangat langka dari vaksin AstraZeneca.

"Berdasarkan informasi saat ini, hubungan kausal antara vaksin dan terjadinya pembekuan darah dengan trombosit yang rendah dianggap masuk akal tetapi belum terkonfirmasi," tulis sub-komite WHO tersebut.

"Studi khusus diperlukan untuk memahami sepenuhnya hubungan potensial antara vaksinasi dan kemungkinan faktor risiko," kata mereka seperti dilansir dari UN News pada Jumat (9/4/2021).

Sementara menurut regulator Inggris, Medicines and Healthcare Products Regulator Agency (MHRA), bukti adanya hubungan antara vaksin dengan efek tersebut "lebih kuat, tetapi masih banyak pekerjaan diperlukan."

Britania Raya dalam hal ini telah membatasi penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk orang-orang yang berusia di atas 30 tahun, dan memberikan opsi vaksin lain untuk yang berada di bawah usia itu.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Risiko Kematian dari COVID-19 Masih Lebih Besar

GACVS WHO mengatakan bahwa kasus pembekuan darah sangat jarang terjadi karena angkanya yang rendah, telah dilaporkan di antara hampir 200 juta penerima vaksin AstraZeneca di seluruh dunia.

WHO menilai bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca merupakan bagian besar dari COVAX, dan telah mengirimkan lebih dari 36 juta dosis ke seluruh dunia.

"Efek samping yang jarang terjadi setelah imunisasi harus dinilai dibandingkan risiko kematian akibat penyakit COVID-19 dan potensi vaksin untuk mencegah infeksi dan mengurangi kematian akibat penyakit," tulis mereka.

"Dalam konteks ini, perlu dicatat bahwa hingga saat ini, setidaknya 2,86 juta orang telah meninggal karena penyakit COVID-19 di seluruh dunia," kata mereka seperti mengutip laman resminya.

WHO pun menegaskan mereka dengan hati-hati memantau pelaksanaan vaksinasi dengan semua vaksin COVID-19, dan terus bekerja sama dengan negara untuk mengelola potensi risiko, dan menggunakan ilmu pengetahuan serta data demi mendorong respon dan rekomendasi.

"Dalam kampanye vaksinasi ekstensif, adalah normal bagi negara untuk mengidentifikasi potensi efek samping setelah imunisasi," kata mereka.

"Ini tidak berarti bahwa kejadian tersebut terkait dengan vaksinasi itu sendiri. Tetapi kejadian tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa setiap masalah keamanan ditangani dengan cepat."

Menurut WHO, vaksin, sama seperti semua obat, dapat memiliki efek samping. Sehingga pemberian vaksin harus didasarkan pada analisis risiko dibandingkan dengan manfaat.

GACVS WHO akan melakukan pertemuan lagi pada pekan depan, untuk mengulas data tambahan dan mengeluarkan rekomendasi lanjutan yang relevan.

3 dari 3 halaman

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.