Sukses

2 Jenis Tatalaksana untuk Pasien Obstructive Sleep Apnea

Gangguan fungsi pernapasan saat tidur atau obstructive sleep apnea (OSA) dapat menurunkan kualitas tidur yang berdampak pada meningkatnya gangguan kecemasan.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan fungsi pernapasan saat tidur atau obstructive sleep apnea (OSA) dapat menurunkan kualitas tidur yang berdampak pada meningkatnya gangguan kecemasan.

Hal ini disampaikan Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR (K) dari Departemen Rehabilitasi Medik, RSUPN Cipto Mangunkusumo. Menurutnya, OSA juga dapat menyebabkan terganggunya kesehatan psikologi dan kehidupan sosial yang berakibat pada turunnya kualitas hidup.

Maka dari itu, kata Tirza, diperlukan tindakan rehabilitasi pada orang yang memiliki gangguan tidur akibat OSA.

“Tatalaksana pada OSA terbagi menjadi dua yaitu non operatif dan operatif,” kata Tirza dalam seminar daring RSCM, Jumat (19/3/2021).

Tatalaksana non operatif mencakup continuous positive airway pressure (CPAP), olahraga, dan posisi tidur yang benar.

“CPAP adalah alat berupa masker yang memberikan tekanan positif agar saluran napas tetap terbuka.”

Sedang, olahraga menjadi tatalaksana OSA selanjutnya karena berfungsi menurunkan berat badan. Penurunan berat badan sangat diperlukan pasien OSA yang mengalami obesitas. Mengingat, 80 persen OSA disebabkan oleh kondisi obesitas.

“Tatalaksana non operatif yang terakhir adalah pengaturan posisi yang benar saat tidur yang bertujuan untuk memperbaiki posisi tidur pasien.”

Perbaikan posisi tidur ini diharapkan dapat memperbaiki posisi saluran napas agar tidak tersumbat, kata Tirza.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tatalaksana Operatif OSA

Tirza juga memaparkan terkait tatalaksana operatif bagi pasien OSA. Menurutnya, tatalaksana operatif pada pasien OSA bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan saluran napas dan melebarkan jalan napas.

“Salah satu tatalaksana operatif yang dilakukan pada anak-anak adalah pengangkatan amandel.”

Namun, dalam beberapa kasus, walau telah dilakukan pengangkatan amandel, tapi gejala OSA masih ada, lanjutnya.

“Maka dari itu, penting bagi kita untuk tetap melakukan pencegahan untuk mengurangi gejala salah satunya dengan melakukan latihan yang telah disusun dalam program rehabilitasi medik OSA.”

Program rehabilitasi OSA dapat dilakukan oleh siapa saja karena mudah dilakukan, murah, dan efektif dalam mengurangi bahaya OSA seperti gangguan jantung, kencing manis, dan kelelahan.

Beberapa latihan rehabilitasi OSA yang mudah dikerjakan adalah latihan aerobik, latihan pernapasan dan teknik relaksasi, latihan mengunyah dan menelan, senam mulut, latihan peregangan otot, dan latihan penguatan otot yang dapat dikonsultasikan dengan dokter.

3 dari 3 halaman

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.