Sukses

Hari Obesitas Dunia, Perbanyak Aktivitas Fisik dan Jaga Pola Makan

Selama pandemi, obesitas mejadi tantangan tersendiri. Dhian mengungkapkan, adaptasi kebiasaan baru yang mengharuskan masyarakat beraktivitas di dalam rumah membuat aktivtias fisik jadi berkurang. Selain itu, masyarakat menjadi lebih konsumtif dalam hal makanan.

Liputan6.com, Jakarta - Berat badan berlebih dan obesitas menjadi salah satu dari tiga beban permasalahan gizi yang dialami di Indonesia selain kekurangan gizi dan defisiensi mikronutrien. Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, sebanyak 21,8 persen penduduk dewasa di Indonesia mengalami obesitas.

Proporsi obesitas dewasa terjadi lebih banyak pada masyarakat perkotaan, yakni sebesar 25,1 persen dibandingkan dengan di area pedesaan yang hanya 17,8 persen. Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Dr. RR Dhian Probhoyekti, SKM, MA, hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat pedesaan yang melakukan aktivitas fisik. 

“Faktor lingkungan tidak mendukung untuk beraktivitas, seperti kurang melakukan aktivitas fisik, lalu banyak duduk. Sementara faktor budaya, misalnya kalau balita gemuk dianggap lucu, atau gemuk dianggap makmur, sehingga obesitas dianggap biasa,” ujar Dhian dalam Media Workshop yang diadakan Nutrifood secara daring guna memperingati Hari Obesitas Sedunia, pada Kamis (4/3/2021). 

Dhian juga mengatakan, kebanyakan orang Indonesia mengonsumsi padi-padian, protein hewani, dan lemak, sedangkan konsumsi buah dan sayurnya sangat minim. Kemungkinan terjadinya obesitas juga jadi semakin tinggi dengan presentase konsumsi garam, gula, lemak (GGL) akibat tingginya tingkat konsumsi pada makanan siap saji dan olahan yang cenderung tinggi GGL daripada makanan rumahan.

 

Simak juga video berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan selama pandemi

Selama pandemi, obesitas mejadi tantangan tersendiri. Dhian mengungkapkan, adaptasi kebiasaan baru yang mengharuskan masyarakat beraktivitas di dalam rumah membuat aktivtias fisik jadi berkurang. Selain itu, masyarakat menjadi lebih konsumtif dalam hal makanan.

“Mungkin di awal-awal jadi rajin masak, tapi lama kelamaan jadinya pesan makanan online aja,” kata Dhian.

Ia pun mendorong agar masyarakat dapat memenuhi gizi seimbang mulai dari membiasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok, membatasi konsumsi panganan manis, asin, dan berlemak, dan membiasakan membaca label pada kemasan pangan. 

“Kalau terbiasa konsumsi gizi seimbang, dapat terhindar dari penyakit tidak menular, penyakit menular dengan mempertahankan berat badan tubuh ideal. Ini penting untuk meningkatkan imunitas,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua PERSADIA wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok Prof. Dr. dr. Mardi Santoso mengatakan, salah satu dampak dari obesitas adalah timbulnya penyakit diabetes. Hal tersebut bisa dihindari dengan melakukan pengaturan makan yang baik.

“Kalau ini sudah dijalani dengan baik, berat badan bisa terkendali. Ditambah aktivitas olahraga, ada senam diabetes yang bisa diikuti,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Batasi konsumsi gula, garam, dan lemak

Koordinator kelompok standardisasi pangan keperluan gizi khusus direktorat standardisasi pangan olahan Badan POM RI, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP menyebut konsumsi GGL perlu dibatasi jumlahnya.

Anjuran jumlah konsumsi gula yang diperbolehkan adalah 50 gram per hari. Sementara, garam hanya 5 gram per hari, sedangkan lemak cukup 67 gram per hari.

“Konsumsinya perlu diatur, bukan dihindari. GGL tetap bisa dikonsumsi tapi dalam jumlah yang dibatasi,” kata Yusra.

Ia juga menyampaikan agar jangan sampai terlalu khawatir dan takut untuk makan, sehingga timbul penyakit lainnya.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi

4 dari 4 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.