Sukses

Cegah Stres karena WFH, Penting Bagi Orangtua untuk Belajar Menenangkan Diri

Psikolog klinis Tara de Thouars mengatakan, penting bagi orangtua untuk belajar menenangkan diri ketika ia terjebak dalam saat-saat yang berat seperti WFH

Liputan6.com, Jakarta Bagi orangtua, situasi bekerja dari rumah atau work from home (WFH) bisa menjadi saat-saat yang tidak menyenangkan, penuh beban, dan rentan menimbulkan perasaan stres.

Kewajiban menjalankan tugas sebagai pekerja sekaligus memenuhi kebutuhan anak yang juga banyak beraktivitas di rumah bisa menjadi situasi yang tak mudah.

Maka dari itu, menurut psikolog klinis Tara de Thouars, penting bagi orangtua untuk belajar menenangkan diri ketika ia terjebak dalam saat-saat yang berat tersebut.

"Pada saat kita sedang berada dalam situasi yang sangat stresfull, sebetulnya kita itu punya segala informasi yang kita butuhkan untuk bisa membuat kita menghadapi dengan lebih baik," kata Tara dalam sebuah seminar daring beberapa waktu lalu, ditulis Senin (28/9/2020).

Tara mengatakan, otak seseorang sesungguhnya memiliki "learning brain" yang mampu membantu merespon suatu masalah dengan lebih baik.

Namun, Tara mengungkapkan bahwa seringkali "learning brain" tersebut tak bisa berproses karena sudah terhalangi oleh perasaan takut yang tinggi serta pikiran-pikiran negatif yang mendistorsi.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menenangkan Diri

Maka dari itu, apa yang dilakukan agar otak pembelajaran ini tidak terhalang?

"Yang perlu kita lakukan adalah kita harus grounding dan mindful terlebih dahulu," kata Tara. "Jadi kalau orang bilang sederhananya, sudah rileks saja, santai dulu, tarik napas, tenangkan diri dulu," ujar psikolog yang berpraktik di klinik Lighthouse ini

Tara menjelaskan, menenangkan diri sangat penting karena jika ini tidak dilakukan, "survival brain" seseorang akan terus aktif sehingga tidak bisa memberikan "learning brain" berproses untuk menghadirkan solusi yang lebih baik.

"Grounding ini maksudnya adalah kita sejenak berfokus pada napas, memfungsikan indra, lebih merasakan situasi seperti 'sekarang saya lagi mengajarkan anak, bukan mengerjakan pekerjaan, jadi coba fokus dulu mendampingi anak.'"

Tara mengatakan, untuk sesaat, enyahkan pikiran-pikiran buruk yang selalu muncul untuk kemudian kembali ke situasi yang sedang dilakukan sekarang.

"Biarkan deh apapun yang terjadi, ya itu hanya pikiran lho tanpa kita harus selalu bereaksi. Kalau semua pikiran kita harus selalu kita reaksikan menjadi fight, flight, atau freeze, yang ada keseharian kita jadi kacau balau."

Menurut Tara, grounding dan mindful bertujuan untuk memberikan jeda terhadap pikiran-pikiran yang berantakan di dalam otak. Ini juga membantu kita untuk lebih menyadari emosi yang sesungguhnya dialami.

"Jadi sekadar mengamati, kemudian biarkan itu terjadi hingga kita merasa lebih baik sendiri dan setelah kita lebih baik dengan sendirinya, baru 'learning brain' akan bisa berproses."

3 dari 3 halaman

Infografis Pro Kontra Sekolah Dibuka di Luar Zona Hijau

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.