Sukses

Sumber Stres Anak di Masa Pandemi COVID-19, Orangtua Perlu Tahu

Dampak stres pada anak akan sulit diketahui karena kebanyakan anak belum mengerti apa itu stres dan cara menyampaikan perasaannya kepada orangtua.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 tidak hanya menimbulkan stres pada orang dewasa tapi juga anak-anak. Namun, dampak stres pada anak akan sulit diketahui karena kebanyakan anak belum mengerti apa itu stres dan cara menyampaikan perasaannya kepada orangtua.

Menurut psikolog klinis dewasa Pendiri Sadari_Diri Fadhilah Eryananda, anak-anak kebanyakan belum bisa secara vokal mengkomunikasikan tekanan yang dirasakannya dan apa yang ia butuhkan untuk masalah yang ia sendiri tidak mengerti.

“Sehingga bagi mereka ya sudah stres itu tidak bisa secara langsung diatasi. Untuk itu, orangtua perlu lebih aware terhadap apa yang ditunjukkan anak yang memungkinkan mereka memiliki gejala stres,” ujar Fadhila dalam webinar pada Selasa (18/8/2020).

Ia menambahkan, organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mengumpulkan fakta dan bukti yang menunjukkan bahwa gejala stres yang timbul pada anak memiliki berbagai bentuk dan variasi. Bisa berupa sulit tidur, perubahan nafsu makan, sering marah, ketakutan, menangis, kembali ngompol, dan perilaku-perilaku yang sebelumnya tidak ada pada anak.

“Orangtua bisa aware terhadap perilaku-perilaku ini. Anak tuh tidak bisa secara vokal bilang ‘Ma saya stres’ itu jarang sekali. Fungsi orangtua melihat gejala ini untuk mengindikasikan adanya gejala stres pada anak akibat COVID-19.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sumber Stres Pada Anak

Sumber stres pada anak sangat beragam namun pada intinya Fadhila menarik simpulan bahwa ada tiga hal yang menyebabkan anak stres di masa pandemi.

Ketiga hal tersebut adalah aturan yang ambigu terkait pembatasan sosial, paparan berlebihan berita terkait COVID-19, dan perubahan signifikan pada kegiatan harian.

“Aturan yang ambigu artinya, misal mereka tidak tahu kapan pandemi ini berakhir, kapan anak bisa bertemu teman-temannya lagi, di sisi lain ada teman-temannya yang sudah keluar sedangkan dia belum. Aturan yang ambigu ini membuat anak menjadi bingung dan meningkatkan rasa bosan mereka.”

Rasa bosan tersebut akhirnya menimbulkan rasa tak nyaman yang membuat anak menjadi stres.

Selanjutnya, paparan berlebih berita terkait COVID-19 juga dapat menjadi sumber stres pada anak. Berita-berita COVID-19 dapat menimbulkan rasa takut dan cemas karena anak memiliki kesulitan dalam menyaring informasi apa saja yang seharusnya ia terima.

“Akhirnya anak mendapat informasi yang dikonsumsi juga oleh orangtuanya. Ibu, ayah, kakak dan lingkungannya membicarakan tentang COVID-19 juga sehingga anak menganggap itu adalah hal yang sangat mengancam yang menimbulkan rasa takut dan cemas yang berlebihan.”

Sumber stres terakhir adalah adanya perubahan signifikan pada kegiatan harian anak. Sebelum COVID-19, mereka bisa bebas bermain di luar rumah namun pada saat COVID-19 merebak kegiatan harian mereka tiba-tiba berubah.

“Perubahan signifikan tersebut juga membuat mereka merasa kebingungan, sulit adaptasi, dan berbagai perasaan negatif.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.