Sukses

Korea Utara Ungkap Kasus Pertama COVID-19, Kim Jong Un Lockdown Kota Kaesong

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menutup Kota Kaesong, wilayah yang berbatasan dengan Korea Selatan karena ada seseorang yang diduga mengalami gejala COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menutup Kota Kaesong, wilayah yang berbatasan dengan Korea Selatan karena ada seseorang yang diduga mengalami gejala COVID-19.

Jika orang tersebut benar-benar terinfeksi virus corona, maka ia akan menjadi pasien pertama COVID-19 di Korea Utara, demikian ditulis Kantor Berita Pusat Korea (KNCA).

Pengumuman lockdown tersebut diumumkan pada Jumat Sore lalu. KCNA menulis, kasus pertama COVID-19 tersebut dicurigai adalah pelarian ilegal dari Korea Selatan. Dari hasil tes darah dan pernapasan, orang itu disebut telah terinfeksi virus corona. Dan orang-orang yang melakukan kontak dengan orang tersebut selama lima hari terakhir akan di karantina.

Kaesong adalah sebuah kota dengan perkiraan 200.000 penduduk. Terletak di Utara perbatasan darat, kawasan ini dijaga ketat karena berbatasan dengan Korea Selatan. "Kawasan ini pernah menjadi komplek industri Korea yang dikelola bersama, namun terhenti pada 2016 di tengah ketegangan nuklir.

Bulan lalu, Korea Utara meledakkan kantor penghubung Korea Utara di Kaesong ini untuk memprotes kampanye aktivis Korea Selatan yang mengirim selebaran anti-Pyongyang melintasi perbatasan.

"Para ahli asing mengatakan wabah koronavirus di Korea Utara dapat menyebabkan konsekuensi yang mengerikan karena infrastruktur perawatan kesehatan masyarakat yang buruk dan kurangnya pasokan medis yang kronis," tulis KCNA.

Selama pertemuan darurat Sabtu lalu, Kim juga menyatakan keadaan darurat di daerah Karesong dan menekankan sisten anti-epidemi darurat.

KCNA menambahkan, Kim Jong Un telah mengambil langkah awal untuk memutup kota Kaesong dan mengisolasi setiap wilayah sejak 24 Juli.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menyalahkan pembelot?

Mengutip the Sidney Morning Herald, ada lebih dari 33.000 warga Korea Utara telah melarikan diri ke Korea Selatan selama 20 tahun terakhir untuk menghindari kemiskinan dan penindasan politik. Mereka membelot melalui perbatasan yang panjang atau singgah ke perbatasan China. Hanya sedikit pengungsi Korea Utara yang mau kembali ke tanah air mereka karena perbatasan antar-Korea yang bertabur ranjau.

Pemerintah Korea Selatan hingga saat ini tidak memiliki komentar langsung tentang pengumuman Korea Utara. Namun menurut ahli, menyalahkan negara lain hanyalah taktik untuk menekankan diplimatik.

"Menyalahkan seorang pembelot yang kembali karena membawa COVID-19 ke negara itu kemungkinan hanya untuk mengalihkan kesalahan atas penyebaran virus dari China ke Pyongyang dari Seoul," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.

"Ini juga bisa menjadi taktik untuk meningkatkan tekanan diplomatik pada Korea Selatan dan mencoba mencegah penduduk Korea Utara membelot ke Korea Selatan," katanya.

KCNA juga melaporkan, Kim dan para pemimpin lainnya telah diberikan hasil penyelidikan intensif terhadap unit militer yang bertanggung jawab atas kasus penyeberangan perbatasan dan mereka akan memberi hukuman berat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.