Sukses

Bisakah Aman Berada di Tengah Penyintas COVID-19?

Jika seseorang di lingkungan tempat Anda tinggal baru saja dipulangkan setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19 (penyintas), amankah Anda jika berada di dekatnya?

Liputan6.com, Jakarta Saat COVID-19 terus menyebar, kemungkinan seseorang memiliki virus semakin meningkat. Lalu, jika seseorang di lingkungan tempat Anda tinggal baru saja dipulangkan setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19 (penyintas), amankah Anda jika berada di dekatnya?

Hal yang perlu Anda ketahui bahwa COVID-19 berpindah dari orang ke orang terutama melalui tetesan pernapasan (droplet). Jadi ketika seseorang batuk, bersin, berbicara, atau bahkan bernyanyi dalam jarak dekat dengan orang lain, orang lain berisiko terinfeksi virus dari tetesan tersebut. Lalu seseorang memiliki jangka waktu 11 hari hingga gejala COVID-19 muncul, dan tergantung tingkat keparahannya, setidaknya diperlukan 2 minggu hingga seseorang pulih seutuhnya atau lebih dari 6 minggu untuk pulih bagi yang memiliki gejala parah.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), Anda dinyatakan aman berada di dekat seseorang yang baru saja sembuh dari COVID-19 sangat tergantung dari gejalanya. Meskipun setiap situasi bisa saja berbeda, namun pihak CDC mengatakan bahwa Anda aman-aman saja berada di dekat penyintas jika memenuhi ketiga kriteria berikut ini, dilansir dari Health.

1. Sudah 10 hari sejak gejala mereka muncul.

2. Mereka tidak lagi demam (tanpa minum obat penurun demam) selama setidaknya 24 jam.

3. Gejala (seperti batuk dan sesak napas) telah membaik.

Perlu juga Anda ingat bahwa bagaimanapun, setiap penyintas masih dapat memiliki beberapa gejala yang menetap, seperti kesulitan bernapas, kelelahan, atau batuk atau sakit kepala yang berkepanjangan.

"Bukan berarti mereka menular. Hanya saja beberapa orang membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan fisik mereka," kata William Schaffner, MD, spesialis penyakit menular dan profesor di Vanderbilt University School of Medicine kepada Health.

Dalam kasus lain, jika seseorang dinyatakan positif COVID-19 tetapi tidak memiliki gejala, CDC mengatakan bahwa orang tersebut dapat berada di sekitar orang lain setelah 10 hari berlalu sejak menjalani tes. Namun, siapa pun yang memiliki sistem kekebalan yang lemah mungkin perlu tinggal di rumah lebih lama dari 10 hari.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tes kedua

Terlepas dari apakah mereka menunjukkan gejala atau tidak, para penyintas mungkin ingin melakukan tes lagi untuk memastikan jika mereka benar-benar sudah terbebas dari virus (jika tes sudah tersedia), kata CDC. Sehingga dalam situasi kini, keadaan tersebut dianggap OKE bagi orang-orang berada di sekitar para penyintas jika para penyintas tersebut menerima dua hasil negatif berturut-turut (minimal dalam 24 jam tes terpisah). Hal ini juga disarankan bagi orang-orang dengan gangguan kekebalan (imunokompromis) yang memiliki COVID-19.

Bagi mereka yang pernah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang memiliki COVID-19, CDC merekomendasikan tinggal di rumah selama 14 hari setelah paparan itu. Ini didasarkan pada periode inkubasi untuk penyakit COVID-19, yaitu bisa memakan waktu hingga dua minggu dari paparan hingga timbulnya gejala, kata CDC.

Rekomendasi CDC untuk berada di dekat orang lain berlaku untuk semua jenis kontak. "Bahkan kontak dekat seperti berpelukan atau berciuman (selama orang memenuhi kriteria CDC untuk bebas gejala selama periode waktu tertentu) umumnya dianggap OKE. Anda tidak perlu mengubah perilaku Anda, selama mereka melewati masa infeksi itu," kata Amesh A. Adalja, MD, sarjana senior di Johns Hopkins Center for Health Security.

Hal penting lainnya yang perlu Anda ingat juga yakni Anda masih perlu memakai masker dan mempraktikkan jarak sosial (social distancing) sebanyak mungkin saat Anda keluar rumah. Seorang penyintas bukan berarti diberi free pass/kebebasan untuk tidak mematuhi rekomendasi keamanan untuk kesehatan ini.

“Penting bagi kita semua, termasuk para penyintas, untuk menjaga protokol keamanan ini sampai kita menghentikan penyebaran pandemi ini,” kata Supriya Narasimhan, MD, ahli epidemiologi dan kepala divisi penyakit menular sekaligus direktur medis pencegahan infeksi di Santa Clara Valley Medical Center, di California.

Ketika seseorang akhirnya merasa cukup sehat untuk mulai berada di dekat orang lain, penting juga untuk mempertimbangkan tingkat kenyamanan mereka saat berada di tempat umum. Termasuk kenyamanan mereka terhadap Anda yang berada di sekitar mereka. Itu sebabnya, sebaiknya miliki pembahasan tentang tingkat kenyamanan masing-masing sejak awal, kata Dr. Shaffner.

"Beberapa orang akan menjadi sedikit ekstra hati-hati untuk sementara waktu, dan tidak ada yang salah dengan itu selama penyintas tahu bahwa Anda menjadi sedikit ekstra hati-hati. Lakukan percakapan itu sehingga pasien yang mungkin merasa cukup sehat untuk sementara waktu, tidak terburu-buru saat masa inkubasi lewat dan ingin memeluk semua orang." katanya.

Bangaimanapun, tambah Narasimhan, situasi COVID-19 terus berkembang, ada kemungkinan bahwa beberapa data telah berubah sejak publikasi. Walaupun sulit, diharapkan para pembaca terus update terkait info terbaru perkembangan COVID-19 dari sumber seperti CDC, WHO dan departemen kesehatan masyarakat setempat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.