Sukses

Bondan Winarno Wafat, The Three Musketeers Kumpul di Taman Surga?

Semasa hidupnya, Bondan Winarno sering menyebut nama dua sahabat terbaiknya via Twitter. Siapa mereka? Bagaimana kedekatannya?

Liputan6.com, Jakarta Dalam akun Twitter Bondan Winarno, @PakBondan, pencipta jargon "Maknyus" ini sering menyebut nama dua sahabatnya, yaitu Wisaksono Noeradi dan Ken Sudarto.

Dalam twitnya, Bondan Winarno menyiratkan kedekatan emosional yang erat dengan kedua orang yang telah meninggal lebih dulu. Saking kompaknya, pria yang pernah bercita-cita jadi penerbang itu menyebut persahabatan mereka seperti The Three Musketeers.

"Mengenang ultah teman baik saya, alm. Wisaksono Noeradi. Dulu, kami bertiga (dgn alm Ken Sudarto) sering disebut The Three Stooges atau The Three Musketeers. Tergantung siapa yg menyebut," kicau Bondan Winarno pada 9 November 2017.

Di tanggal yang sama, terpaut dua tahun sebelumnya, pria yang puluhan tahun menjadi wartawan itu juga mentwit nama orang yang sama.

"Hari ini mengenang Wisaksono Noeradi (kelahiran 10 Nov). Sahabat sejati yang telah pergi. Damai di Taman Surga, Pak Sonny," tulisnya dalam twit tanggal 9 November 2017.

Kini Pak Bondan telah meninggal dengan tenang pada pagi ini Rabu (29/11/2017) di RS Harapan Kita dengan riwayat penyakit jantung vaskuler. Artinya, Bondan Winarno akan kembali berkumpul dan bertemu dengan dua sahabat yang telah mendahuluinya itu.

Kira-kira siapakah kedua sahabat terdekat sanga maestro kuliner tersebut? 

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wisaksono Noeradi, Rekan sesama Wartawan

Wisaksono Noeradi merupakan penulis Kamus Istilah Periklanan Indonesia dan Revolusi Berhenti Hari MInggu. Almarhum adalah konsultan kehumasan yang pernah membantu banyak lembaga, seperti Proyek Keterkaitan Kependudukan dan Lingkungan Hidup USAID/Johns Hopkins University (1991-1992); Proyek Sistem Administrasi Pertanahan Indonesia di Bank Dunia (1992-93); Komisi Pemberantasan Korupsi - KPK (2004-2007); Arianespace; Bank Indonesia; Bank Niaga (1995); Badan Pelaksana Bursa Komoditi; dan PT. Garuda Indonesia (2000-02).

Ia merupakan pendiri Perhimpunan Hubungan-Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) tahun 1972 dan ikut menyusun Kode Etik Kehumasan Indonesia yang diberlakukan sejak 1992. Sempat selama tiga tahun (1955-1958) menjadi wartawan Harian Pedoman dan Mingguan Siasat.

Sejumlah penghargaan diraihnya macam Clio Award finalist certificate untuk penulisan naskah iklan layanan masyarakat (1981); Max Lewis Memorial Challenge Award untuk penulisan naskah iklan (1983); Empat "IPRA 1996 Certificate of Excellence" untuk penanganan kasus-kasus kehumasan; The Golden Ariane 5, penghargaan untuk kerjasama dan sumbangan bagi sukses Arianespace, Paris (1998); Anugerah Cakram "Konsultan Komunikasi Pemasaran Politik" (1998); Anugerah Cakram 2002 "Lifetime Achievement Award"; Komunitas Kencana "Lifetime Achievement Award 2005" untuk profesi komunikasi; dan Public Relations Society of Indonesia "Lifetime Achievement Award 2005."

Pria kelahiran Surabaya, 10 November 1932 ini menyelesaikan pendidikan di Akademi Dinas Luar Negeri, Jakarta, (1953-56) dan School of Journalism, University of Minnesota (1956-57). Ia menghembuskan napas terakhir pada 26 Oktober 2013.

 

3 dari 3 halaman

Ken Sudarto, maestro periklanan Indonesia

Ken Sudarto merupakan pendiri Matari Advertising. Banyak yang menyebut ia pantas diberi gelar sebagai tokoh periklanan Indonesia. Ken, panggilan akrabnya, memulai usahanya dari garasi di kawasan Cideng sampai memiliki gedung megah Puri Matari di segitiga emas Kuningan. 

Sebelum mendirikan Matari (Agency Representative Matari Advertising, 1970-1971), Ken meniti karier sebagai Manager US Summit Corporation (1964-1968), Wiraswasta (1968-1969) dan staf lokal Ubersee Handel AG (1969-1970). Kemudia sejak 1971 dia menjabat Presiden Direktur Matari Inc, perusahaan periklanan yang semula bekerja sama dengan Mark Lean Advertising. Setelah 2 tahun kemudian memisahkan diri.

Ken terlahir sebagai anak sulung dari lima bersaudara dari pasangan So Ping Hian (ayah) dan Setiawati K Sudarto (Ibu) seorang pedagang kelontong. Ken pernah sekolah di Sekolah Rakyat di Jalan Sabang, Jakarta pada 1954, SMP Kanisius, Jakarta pada 1957, dan SMAK I, Jakarta pada 1960. 

Ken sempat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, sampai tingkat IV, 1965. Kemudian Ken mengambil studi Smaller Company Management Program di Harvard Business School, AS pada 1982. Dia juga belajar Indonesian Senior Executive Program VI di Insead-Fountain- Bleau, Prancis (1981) dan Managing Strategic Changes di Imede-LPPM, Jakarta (1981).

Ia lahir di Kebumen tanggal 16 Maret 1942. Pria bernama lengkap Kenneth Tjahjady Sudarto ini meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pukul 06.06, 5 November 2005.

Ken meninggal setelah setahun lebih berjuang melawan penyakit kanker kelenjar getah bening. Dia meninggalkan seorang isteri, Sylvie Febryanti Sudarto dan tiga anak Michael Dirgo Sudarto, Glenn Ario Sudarto dan Cynthia Anggraini Sudarto, serta tiga orang cucu.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.