Sukses

Kisah Anti Gerakkan Bagembung di Pulau Terluar Gorontalo

Paling tidak butuh waktu 1,5 jam bagi Anti dan rekan-rekannya dari Puskesmas Ponelo Kepulauan mencapai Desa Malambe.

Liputan6.com, Jakarta Paling tidak butuh waktu 1,5 jam bagi Anti dan rekan-rekannya dari Puskesmas Ponelo Kepulauan mencapai Desa Malambe. Cuaca di laut utara Sulawesi tak terduga, kerap ombak tinggi dan hujan deras melanda. Selagi cuaca masih bersahabat, Anti dengan berani mengarungi lautan.

"Kan sudah ada jadwal kapan petugas kesehatan datangi posyandu atau sekolah. Jadi mau ada ombak atau hujan, tetap saya lalui. Bukan jadi hambatan lagi. Mereka kan sudah tahu jadwalnya, kasihan kan mereka sudah menunggu di sana," kata wanita yang bertugas sebagai nutrisionis di Puskesmas Ponelo Kepulauan.

Kini memang Anti sudah berani, tapi nyali tersebut belum ada enam tahun lalu. Saat pertama Anti bekerja di wilayah ini, rasa takut kerap melanda kala mengarungi lautan menuju lokasi warga. Takut, takut sekali begitu ia menuturkan. Namun, secara perlahan ia terbiasa dan keberanian pun muncul menghadapi kondisi cuaca lautan yang tak menentu.

Terbiasa mengarungi lautan, hamil delapan bulan pun dia masih berani naik perahu demi memberikan pelayanan bagi masyarakatnya. Mulai dari memantau status gizi posyandu balita maupun kondisi ibu-ibu hamil. Tak lupa juga memberikan penyuluhan di sekolah-sekolah tentang pentingnya gizi.

"Saya lebih banyak terjun ke lapangan dibanding di puskesmas. Sehingga bisa membantu bila ada kasus balita gizi buruk, merujuk, memberikan intervensi bila ada masalah gizi," tutur Anti kepada Health-Liputan6.com ditulis Selasa (22/11/2016).

Ikhlas melayani

Ikhlas melayani

Wilayah kerja sulit disadari betul kala Anti ditempatkan di Puskesmas Ponelo Kepulauan pada 2010. Ini adalah sebuah pulau terluar di sebelah utara Propinsi Gorontalo, sehingga banyak wilayah di kecamatan ini yang harus ditempuh melewati laut. Namun, Anti menikmati pekerjaannya sebagai nutrisionis sehingga alam yang sulit tak menjadi beban.

"Selama in saya bekerja enjoy, ikhlas dengan kondisi mengelilingi pulau. Banyak hal yang bisa saya lakukan di sini untuk meningkatkan gizi masyarakatnya," kata wanita kelahiran 12 Desember 1987 ini.

Anti harus mengarungi ombak tinggi di lautan demi memberikan penyuluhan di posyandu Desa Malambe

Salah satunya Anti menceritakan kisah seorang balita di Desa Malambe dengan status gizi buruk. Kondisinya makin parah karena balita tersebut suspek tuberkulosis (TB) yakni muncul gejala atau tanda-tanda TB.

Suspek TB ditandai batuk diikuti gejala tambahan seperti dahak bercampur darah, sesak napas, nyeri dada, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, demam meriang lebih dari satu bulan. Bila kondisi seperti ini, ia tidak bisa sendirian, harus merujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Semangat wanita asal Gorontalo melayani warga ini semakin meningkat ketika sudah menikah dengan warga Ponelo. Dirinya makin merasa menyatu sebagai bagian dari warga setempat sehingga ia makin mantap dalam meningkatkan gizi masyarakat.

Salah satunya, ia berkeinginan untuk menjaga agar tidak ada angka balita gizi buruk dan menekan kasus balita gizi kurang.

Gaet Ibu-ibu ke Posyandu

Gaet Ibu-ibu ke Posyandu

Anti merupakan satu-satunya nutrisionis di Puskesmas Ponelo Kepulauan. Oleh karena itu, dalam memantau gizi balita, ia dibantu oleh kader posyandu. Suatu waktu pada 2015, ia dan para kader berbagi cerita masalah-masalah yang ada. Rupanya, terjadi penurunan angka kedatangan balita ke posyandu.

Anti menuturkan, pada 2014 hanya 73 persen dari sekitar 400 balita yang rutin ke posyandu di Kecamatan Ponelo Kepulauan. Persentase tersebut di bawah angka nasional kehadiran balita ke posyandu sekitar 90 persen.

"Jadi para ibu-ibu itu sesudah anaknya selesai imunisasi, sekitar umur sembilan bulan sudah tidak dibawa lagi ke posyandu," tutur wanita lulusan Poltekes Gorontalo ini.

Padahal, bayi sebaiknya dipantau tumbuh kembangannya hingga usia 5 tahun. Dengan pemantauan secara berkala bisa dilakukan intervensi bila terdapat masalah tumbuh kembang.

Anti bersama kader posyandu memutar otak untuk menemukan cara agar para ibu-ibu semangat membawa buah hatinya hingga lima tahun ke posyandu. Ibu dua anak ini pun menemukan ide cemerlang, yakni dengan menghadirkan gerakan Bagembung alias balita gemar menabung.

Anti terapkan Bagembung, bayi gemar menabung kepada ibu-ibu di Desa Malambe

Anti berpikir dengan kehadiran Bagembung, para ibu semangat ke posyandu untuk memeriksakan tumbuh kembang balita sekaligus menabung pada celengan yang sudah disiapkan. Bila anak sudah berusia lima tahun, celengan tersebut bisa diambil. Dana yang terkumpul bisa digunakan untuk biaya sekolah anak.

"Saya berusaha dengan membentuk inovasi supaya memikat para ibu rajin membawa balita ke posyandu," tuturnya.

Ide ini pun disetujui oleh bapak kepala desa. Sudah ada Surat Keputusan juga yang menyebutkan bahwa memberikan sepenuhnya kepada kader posyandu sebagai pengelola Bagembung.

Program Bagembung mulai dijalankan di posyandu di wilayah tempat tinggal Anti, yakni Ponelo. Awalnya, sekitar 10 ibu tertarik dengan program yang berjalan di Agustus 2015.

"Saya ungkapkan pada mereka nanti mereka bisa menabung dalam celengan. setelah anak berusia lima tahun akan dikembalikan, kan nanti bisa dipakai untuk beli buku, seragam, dan perlengkapan sekolah lainnya. Jika pun ada uang yang hilang, itu tanggung jawab saya," tutur wanita yang hobi memancing ini.

Lama-lama terus bertambah hingga jumlah ibu yang ikut Bagembung di Posyandu Ponelo paling tidak ada 30-an ibu-ibu. Melihat manfaat menabung, dua posyandu lain juga ikut pada September 2015. Sehingga kira-kira sudah ada 90-an ibu ikut Bagembung.

Dana yang dimasukkan tiap bulan ke celengan Bagembung beragam. Terserah para ibu memasukkan berapa ke celengan masing-masing, mulai dari Rp 5.000-50.000.

Bagembung dengan Keuntungan Ganda

Bagembung dengan Keuntungan Ganda

Anti menuturkan lewat Bagembung ada banyak hal yang bisa dirasakan ibu yang memiliki balita. Pertama, tumbuh kembang bayi terpantau setiap bulannya. Kedua, mendapat makanan tambahan seperti kacang hijau atau biskuit. Ketiga, saat anak akan bersekolah di usia lima tahun tidak terlalu pusing memikirkan biaya, kan sudah ada dalam Bagembung.

Anti menuturkan belum lama ini sudah ada dua ibu mengambil Bagembung karena anaknya sudah berusia lima tahun. Ibu tersebut berhasil mengumpulkan sekitar Rp 10 0ribu-an.

"Ibu tersebut mengatakan pada saya, 'Eh ini saya punya anak sudah lima tahun saya mau ambil Bagembung'. Setelah dibuka celengannya ada sekitar Rp130 ribu," tutur Anti.

Merasakan halusnya tangan Joko Widodo

Merasakan halusnya tangan Joko Widodo

Inovasi Bagembung yang digagas Anti sukses membawanya sebagai salah satu tenaga kesehatan teladan di puskesmas dari Kementerian Kesehatan. Dalam salah satu kesempatan, Anti dan 215 tenaga kesehatan teladan lain berkesempatan bertemu Presiden Joko Widodo.

"Iya, sempat salaman. Tangannya halus sekali. Saya senang sekali saat itu," tuturnya.

Anti senang bisa bersalaman dengan Jokowi

Penghargaan dan aneka kesempatan yang diberikan kepadanya sebagai tenaga kesehatan teladan di 2016, sempat membuatnya kaget. Bukan apa-apa, Anti merasa dirinya baru berkiprah di puskesmas.

"Alhamdulillah. Tapi tidak kebayang sama sekali. Saya baru enam tahun kerjanya sementara kakak-kakak yang lain di puskesmas sudah banyak pengalaman," jawabnya.

Penghargaan ini pun membuatnya makin semangat bekerja. "Karena saya teladan, saya harus semangat lagi. Harus ditingkatkan lagi kinerjanya," tuturnya dengan antusias.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini