Sukses

Kemkes RI Benarkan Penelitian Vaksin Ebola Sementara dihentikan

Kementerian Kesehatan membenarkan bahwa saat ini uji coba vaksin Ebola akan dihentikan

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan membenarkan bahwa saat ini uji coba vaksin Ebola akan dihentikan sementara mengingat adanya keluhan sendi dari 4 relawan.

Seperti disampaikan Kepala Balitbangkes, Prof Tjandra Yoga Aditama bahwa penghentian sementara uji coba vaksin ini dialami oleh 4 orang dari 135 orang yang diteliti. Selain itu, peneliti masih menemukan adanya virus Ebola pada sperma pasien yang sudah sembuh 40 hari, 61 hari dan 82 hari.

"3 dari 43 kasus, Virus Ebola tetap ditemukan pada sperma pasien yang sudah sembuh 40 hari, 61 hari dan 82 hari, ini penting untuk potensi penularan," kata Tjandra dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Selasa (16/12/2014).

Prof Tjandra juga menyampaikan perkembangan penting lainnya, seperti penelitian fase satu ZMapp juga sedang berjalan, sejauh ini hasilnya baik. Kemudian hasil pengobatan dengan plasma konvalesens (darah dari pasien sembuh) ternyata belakangan tidak begitu baik lagi, tidak seperti dahulu. Dan saat ini sedang diteliti target molekuler mana yang sebenarnya berperan dalam hal ini.

Namun yang penting, menurutnya adalah pencegahan dan deteksi yang dilakukan di pintu masuk negara ASEAN dan sekitarnya.

Sebagai tindak lanjut pertemuan ASEAN plus three Health Minister Special Meeting on Ebola Preparedness and Response di Bangkok yang berlangsung pada 15 Desember, setidaknya ada 5 kegiatan yang penting disampaikan, yaitu:

1. Identifikasi penumpang dari negara terjangkit, dapat dengan health alert card, keterlibatan pemeriksaan paspor oleh imigrasi, kerjasama dengan pimpinan bandara dan airline dan lainnya.

2. Identifikasi kemungkinan gejala, dapat dengan thermal scanner atau pemeriksaan kewaspadaan petugas

3. Penanganan mereka yang dicurigai, di klinik KKP misalnya, atau di tempat lain yang ditunjuk, dilengkapi dengan sistem rujukan ke RS yang tertata baik

4. Surveilans ketat di daerah, dalam bentuk kerjasama DSO, Dinas Kesehatan dan KKP daerah itu.

5. Komunikasi risiko, dalam bentuk penyuluhan kesehatan dan lainnya.

"Kalau nantinya ada kasus Ebola di ASEAN dan negara sekitar lain, maka selain penangan kasus itu maka ada 3 hal penting, yaitu penelusuran kontak, desinfeksi dan surveilans selama 21 atau 42 hari. Contohnya pada petugas Kementerian Kesehatan Cina yang ikut hadir di acara ASEAN plus three Health Minister Special Meeting on Ebola Preparedness and Response di Bangkok, yang baru bisa beraktifitas setelah dikarantina 21 hari kembali dari Afrika Barat," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.