Sukses

Kutuk Holocaust, Perbedaan Rouhani dengan Ahmadinejad

Rouhani juga membuka diri untuk memperbaiki hubungan dengan AS. Dimulai dengan isu nuklir.

Presiden baru Iran, Hassan Rouhani berbeda pandangan soal pendahulunya, Mahmoud Ahmadinejad, terkait  pembantaian atau holocaust Nazi terhadap warga Yahudi semasa Perang Dunia II.

"Segala kejahatan kemanusiaan yang pernah terjadi dalam sejarah, termasuk kejahatan yang dilakukan Nazi terhadap warga Yahudi maupun non-Yahudi, adalah perbuatan tercela dan terkutuk," kata Rouhani dalam wawancara di CNN, 25 September 2013.

"Kita mengutuk segala kejahatan yang dilakukan terhadap warga Yahudi. Merampas hidup orang lain adalah perbuatan hina, tak pandang bulu apakah itu nyawa seorang Yahudi, Kristen, atau Muslim."

Lalu, Rouhani mengarah pada konflik Israel-Palestina. Menegaskan, "tindakan merebut tanah milik orang lain dan menjajahnya sama sekali tak dibenarkan," kata dia merujuk ulah Israel.

Hari sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan NBC, Rouhani menolak mengatakan apakah Holocaust benar terjadi. Atau seperti yang dikatakan Ahmadinejad -- itu mitos belaka.

Sementara, dalam perbincangan informal dengan wartawan di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Rouhani mengatakan, penting agar korban-korban holocaust tidak "mengorbankan" orang lain, merujuk pada pendudukan Israel atas wilayah Palestina.

Rouhani, secara luas dianggap lebih moderat. Ia bicara dengan nada positif, dan mengulurkan tangan untuk memperbaiki hubungan dengan Barat, terutama Amerika Serikat. Memecah kebekuan hubungan selama 30 tahun. Namun jabat tangan Rouhani dengan Barack Obama, yang diharapkan sebagian orang akan dilakukan dalam momentum Majelis Umum PBB, tak terjadi. Menurut Rouhani, waktunya tidak tepat.

Tidak untuk Senjata Nuklir

Selain isu holocaust, Rouhani juga kerap menyinggung soal program pengayaan nuklir Iran. Ia bersikukuh pihaknya tidak sedang mengembangkan senjata nuklir.

Kabar terbaru yang dimuat BBC, Kamis (26/9/2013) menyebut, Rouhani mengatakan, ia ingin mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia mengenai program nuklir Teheran dalam tiga sampai enam bulan.

Rouhani mengatakan, ia melaksanakan perintah pemimpin tertinggi, Ayatollah Khamenei, untuk menegosiasikan isu tersebut.

Rouhani menyebut, resolusi atas isu tersebut adalah langkah awal untuk melunakkan hubungan Iran-AS. "Kami membutuhkan titik awal. Saya pikir itu adalah masalah nuklir."

Bahkan, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif  akan bertemu Menlu AS John Kerry, juga dengan diplomat lain dari Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Jerman di New York. (Ein/Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini