Liputan6.com, Kyiv - Presiden Volodymyr Zelenskyy menyampaikan kekhawatirannya bahwa perang Rusia terhadap Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun bisa meningkat secara drastis, jika Ukraina dan sekutu-sekutunya tidak tegas menghadapi agresi militer Rusia.
Dalam wawancara dengan CBS News di kampung halamannya, Kryvyi Rih—hanya seminggu setelah serangan rudal Rusia menewaskan 19 warga sipil, termasuk sembilan anak-anak di dekat taman bermain—Zelenskyy menegaskan bahwa saat ini, yang dipertaruhkan bukan hanya masa depan Ukraina, tetapi juga keamanan seluruh dunia.
Baca Juga
"Jika kita tidak berdiri teguh, dia (Presiden Rusia Vladimir Putin) akan terus maju," kata Zelenskyy. "Ini bukan sekadar spekulasi kosong; ancamannya nyata. Tujuan akhir Putin adalah membangkitkan kembali Kekaisaran Rusia dan merebut wilayah-wilayah yang kini berada di bawah perlindungan NATO. Dengan mempertimbangkan semua ini, saya percaya situasi ini bisa berkembang menjadi perang dunia."
Advertisement
Dia menambahkan, "Tidak akan ada tempat yang aman. Tidak ada tempat aman bagi siapa pun."
Zelenskyy menyampaikan pernyataan ini sambil mengenang para korban di lokasi tragedi—sembilan anak yang terbunuh akibat serangan Rusia. Di taman bermain yang hancur, dia menyatakan, "Ini menunjukkan bahwa kita tidak bisa mempercayai Rusia. Kita tidak bisa mempercayai negosiasi dengan Rusia."
Hampir setiap hari, Rusia melancarkan serangan ke kota-kota Ukraina. Hingga saat ini, tercatat 1.700 serangan terhadap sekolah, lebih dari 600 anak-anak tewas, 780 fasilitas medis dihancurkan, 13.000 warga sipil terbunuh, dan sekitar 100.000 tentara Ukraina telah gugur.
"Rakyat kami telah membayar dengan harga yang paling mahal," ujar Zelenskyy kepada 60 Minutes. "Tak ada harga yang lebih tinggi dari itu. Kami telah mengorbankan seluruh kekayaan—segala yang kami miliki secara finansial. Tapi yang paling berharga, kami telah mengorbankan nyawa rakyat kami."
Pernyataan-pernyataan tersebut telah disampaikan Zelenskyy pada Februari lalu, bersamaan dengan langkah mengejutkan Presiden Donald Trump yang mulai membuka jalur negosiasi dengan Rusia tanpa terlebih dahulu melibatkan Ukraina.
Trump bahkan sempat mengklaim bahwa Ukraina adalah pihak yang memulai perang dan menyebut Zelenskyy, presiden yang terpilih secara demokratis, sebagai "diktator tanpa pemilu".
"Zelenskyy lebih baik bergerak cepat, atau dia tidak akan punya negara lagi," sebut Trump kala itu. "Harus cepat, karena perang ini berjalan ke arah yang salah."
Keliru jika AS Netral
Invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022.
Zelenskyy mengaku prihatin dengan semakin menguatnya pengaruh narasi Kremlin di Amerika Serikat (AS).
"Sangat disayangkan, narasi Rusia kini sedang menang di AS," kata dia. "Bagaimana mungkin, setelah melihat penderitaan dan kerugian kami, menyaksikan apa yang dilakukan Rusia, masih ada yang percaya bahwa mereka bukan agresor? Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kebijakan informasi Rusia terhadap AS, baik dalam politik maupun para politikusnya."
Pada Februari, Zelenskyy melakukan kunjungan ke Washington dan bertemu langsung dengan Presiden Trump di Gedung Oval. Dalam pertemuan tersebut, Trump menyamakan jumlah korban di pihak Ukraina dengan jumlah tentara Rusia yang tewas dalam pertempuran.
Zelenskyy menanggapi pernyataan tersebut dengan kecewa.
"Presiden Trump adalah pemimpin kuat dari negara kuat. Seharusnya dia berpihak pada Ukraina," sebut Zelenskyy. "Saya pikir, sangat keliru jika AS ingin bersikap netral."
Pemerintahan Trump menyatakan mereka sedang mengupayakan kesepakatan damai untuk mengakhiri perang. Pada Jumat lalu, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, bertemu dengan Presiden Putin di Moskow. Gedung Putih menyebut pertemuan itu sebagai "langkah lanjutan dalam proses negosiasi menuju gencatan senjata dan kesepakatan damai akhir antara Rusia dan Ukraina."
Trump sendiri telah berjanji sejak masa kampanye pemilu tahun lalu bahwa dia akan mengakhiri perang ini dengan cepat. Meski beberapa pengumuman mengenai gencatan senjata sebagian telah disampaikan oleh Gedung Putih, kenyataannya gencatan senjata itu belum pernah benar-benar terjadi. Trump beberapa waktu lalu menyatakan bahwa dia mulai kehilangan kesabaran terhadap Putin.
Advertisement
Undang Trump ke Ukraina
Presiden Zelenskyy menyampaikan undangan terbuka kepada Trump untuk datang langsung ke Ukraina agar bisa memahami secara nyata situasi perang yang sedang berlangsung. Dia ingin agar Trump tidak mengambil keputusan atau menyusun rencana negosiasi dengan Rusia sebelum benar-benar melihat dampaknya di lapangan.
"Kami menghargai posisi Anda, tapi tolong, sebelum membuat keputusan atau rencana negosiasi apa pun, datanglah dan lihat sendiri rakyat kami, warga sipil, para prajurit, rumah sakit, gereja, anak-anak yang menjadi korban atau bahkan terbunuh," ungkap Zelenskyy, menekankan pentingnya empati dan pemahaman langsung terhadap penderitaan rakyat Ukraina.
"Datanglah, lihatlah sendiri, baru kemudian kita bicarakan rencana untuk mengakhiri perang. Anda akan mengerti dengan siapa Anda sedang berurusan. Anda akan mengerti apa yang telah dilakukan Putin."