Sukses

Nangolo Mbumba Jadi Presiden Namibia Pasca Hage Geingob Meninggal

Nangolo Mbumba, yang sebelumnya adalah wakil presiden, akan menjabat sebagai presiden Namibia hingga pemilu yang dijadwalkan berlangsung pada November 2024.

Liputan6.com, Windhoek - Namibia resmi punya presiden baru, Nangolo Mbumba, hanya beberapa jam setelah Mbumba yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden mengumumkan kematian pendahulunya.

Hage Geingob meninggal di usia 82 tahun pada Minggu (4/2/2024) pagi saat menerima perawatan medis di sebuah rumah sakit di ibu kota, Windhoek. Geingob, seorang veteran perjuangan kemerdekaan negara itu, didiagnosis menderita kanker dan mengungkapkan rinciannya kepada publik bulan lalu.

"Negara ini telah kehilangan ikon ... pembebasan," kata Mbumba, seperti dilansir BBC, Senin (5/2).

Mbumba akan menjabat hingga pemilu yang dijadwalkan akhir tahun ini.

"Saya tidak terlibat dalam pemilu, jadi jangan panik," katanya pada upacara pelantikan yang berlangsung singkat di Gedung Negara, hanya 15 jam setelah kematian Geingob.

Sebagai penghormatan kepada pendahulunya, Mbumba mengatakan, "Negara kita tetap tenang dan stabil berkat kepemimpinan Presiden Geingob yang merupakan arsitek utama konstitusi."

"Saya mengambil tanggung jawab yang berat ini dengan menyadari beratnya tanggung jawab," tutur Mbumba.

Geingob pertama kali dilantik sebagai presiden pada tahun 2015, namun telah menduduki posisi politik penting sejak kemerdekaan pada tahun 1990.

Penyebab pasti kematiannya tidak disebutkan. Namun, menurut kantor presiden, bulan lalu dia menjalani "pengobatan baru selama dua hari untuk sel kanker" di Amerika Serikat (AS) sebelum terbang kembali ke tanah air pada 31 Januari.

Di radio Namibia, orang-orang berbagi kenangan tentang seseorang yang mereka gambarkan sebagai seorang visioner sekaligus periang, yang mampu berbagi lelucon.

Para pemimpin dari seluruh dunia telah mengirimkan pesan belasungkawa dan banyak yang membicarakan upaya Geingob untuk menjamin kebebasan negaranya. Di antara mereka adalah Cyril Ramaphosa, presiden Afrika Selatan, yang menggambarkannya sebagai seorang veteran terkemuka dalam pembebasan Namibia dari kolonialisme dan apartheid.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Popularitas Geingob Menurun

Geingob, seorang pria jangkung dengan suara yang dalam dan serak serta sikap berwibawa adalah anggota lama Partai Swapo. Mereka memimpin gerakan melawan apartheid di Afrika Selatan, yang secara efektif mencaplok negara tersebut, yang saat itu dikenal sebagai Afrika Barat Daya, dan memperkenalkan sistem rasisme yang melegalkan negara tersebut yang mengecualikan orang kulit hitam dari kekuasaan politik dan ekonomi.

Tinggal di pengasingan selama 27 tahun, Geingob menghabiskan waktu di Botswana, AS, dan Inggris, tempat dia belajar untuk mendapatkan gelar PhD di bidang politik. Dia kembali ke Namibia pada tahun 1989, setahun sebelum negara tersebut memperoleh kemerdekaan.

"Melihat ke belakang, perjalanan membangun Namibia baru sangat bermanfaat," tulisnya di media sosial pada tahun 2020 sambil membagikan foto dirinya mencium tanah sekembalinya ke negaranya.

"Meskipun kita telah mencapai banyak kemajuan dalam membangun negara kita, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membangun masyarakat inklusif."

Ketika Geingob pertama kali menjadi presiden pada tahun 2015, dia telah menjadi perdana menteri yang paling lama menjabat di negara tersebut – menjabat selama 12 tahun sejak tahun 1990 dan kemudian menjabat lagi untuk masa jabatan yang lebih singkat pada tahun 2012.

Namun, berdasarkan hasil di kotak suara, popularitasnya menurun. Pada pemilu 2014, dia memenangkan mayoritas besar, memperoleh 87 persen suara dan lima tahun kemudian angka tersebut turun menjadi 56 persen.

3 dari 3 halaman

Nandi-Ndaitwah Berpotensi Jadi Presiden Perempuan Pertama Namibia

Masa jabatan pertama Geingob, menurut Bank Dunia, bertepatan dengan perekonomian yang stagnan dan tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Partainya juga menghadapi sejumlah skandal korupsi selama menjabat, termasuk apa yang kemudian dikenal sebagai "fishrot", di mana para menteri dan pejabat tinggi dituduh menerima suap sebagai imbalan atas pemberian kuota penangkapan ikan yang menguntungkan.

Pada tahun 2021, organisasi jajak pendapat independen Afrobarometer, mengungkapkan tiga per empat penduduk Namibia berpendapat bahwa negaranya sedang menuju ke arah yang salah. Persentase itu merupakan peningkatan tiga kali lipat sejak tahun 2014.

Pengamat politik Namibia Henning Melber menulis pada tahun 2021 bahwa tiga dekade setelah kemerdekaan, narasi heroik Swapo yang telah membebaskan negara tersebut kehilangan daya tariknya di kalangan generasi yang lahir setelah peristiwa itu.

Swapo, yang berkuasa sejak kemerdekaan, telah memilih Netumbo Nandi-Ndaitwah sebagai calon presiden untuk pemilu yang direncanakan berlangsung pada November 2024.

Dia kini telah ditunjuk sebagai wakil presiden dan akan menjadi presiden perempuan pertama di negara itu jika dia menang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.