Sukses

Kemlu RI: Tidak Ada WNI Jadi Korban Kerusuhan di Papua Nugini

Imbas dari kerusuhan, Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengumumkan keadaan darurat selama 14 hari, memberhentikan beberapa pejabat, dan menempatkan lebih dari 1.000 tentara dalam keadaan siaga.

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok tentara dan polisi mulai berpatroli di ibu kota Papua Nugini (PNG), Port Moresby, pada Jumat (12/1/2024). Fenomena ini terjadi sehari setelah pemerintah PNG mengumumkan status keadaan darurat sebagai tanggapan terhadap kerusuhan dan kekerasan yang menewaskan sedikitnya 16 orang.

Dilansir The Guardian, Jumat, aksi penjarahan dan kerusuhan di ibu kota negara itu pada Kamis (11/1) terjadi saat ratusan orang turun ke jalan setelah polisi melakukan aksi mogok kerja karena perselisihan gaji.

Imbas dari kerusuhan, Perdana Menteri PNG James Marape mengumumkan keadaan darurat selama 14 hari, memberhentikan beberapa pejabat, dan menempatkan lebih dari 1.000 tentara dalam keadaan siaga.

Merespons hal itu, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) melalui perwakilannya, KBRI Port Moresby, memastikan bahwa sejauh ini tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban kerusuhan.

"KBRI Port Moresby telah berkoordinasi dengan Kemlu dan Kepolisian PNG untuk pelindungan dan peningkatan keamanan bagi para WNI," ungkap Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan yang diterima Liputan6.com, Jumat.

Judha menambahkan, KBRI Port Moresby terus menjalin komunikasi dengan para WNI dan mengimbau agar mereka selalu berhati-hati, meningkatkan kewaspadaan, serta tetap tinggal di kediaman sekiranya tidak ada keperluan yan sangat mendesak.

"Segera hubungi hotline KBRI jika memerlukan bantuan kedaruratan."

Kemlu RI mencatat terdapat 1.317 WNI di PNG.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Protes Soal Gaji

Polisi dan pegawai negeri lainnya melakukan aksi mogok kerja pada Rabu (10/1) menyusul pemotongan gaji yang kemudian diklaim oleh para pejabat sebagai kesalahan administratif.

Dalam beberapa jam, ribuan orang memadati jalan-jalan, melakukan penjarahan, dengan latar belakang asap dan bangunan yang terbakar.

Selain itu, massa juga mencoba menerobos gerbang di luar kantor perdana menteri.

ABC News melaporkan pada Kamis, sembilan orang tewas dalam kerusuhan di Port Moresby dan tujuh lainnya tewas di Lae, bagian utara negara itu.

3 dari 3 halaman

Wujud Penderitaan Rakyat PNG

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan pada Jumat bahwa situasi di PNG telah membaik dan pemerintah PNG telah meminta sejumlah bantuan kecil dari Canberra.

Di tengah kemerosotan ekonomi di negaranya yang menyebabkan tingkat inflasi dan pengangguran lebih tinggi, PM Marape menghadapi tekanan yang semakin besar. Pihak oposisi telah berupaya untuk mengajukan mosi tidak percaya terhadapnya.

Para analis mengatakan ketidakpuasan di kalangan masyarakat telah menyebabkan kerusuhan pada hari Rabu.

"Peristiwa yang terjadi hari ini di Port Moresby merupakan perwujudan ... penderitaan sosial dan ekonomi yang dialami polisi, militer, dan pegawai negeri lainnya di PNG, serta seluruh pekerja dan masyarakat umum," kata analis PNG Think Tank Samson Komati kepada ABC News.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini