Sukses

Wisata Populer Vietnam Ha Long Bay Kehilangan Warna Air Khas Turquoise, Apa Penyebabnya?

Ha Long Bay di Vietnam kehilangan rona turquoise (hijau toska, biru kehijauan, atau pirus) yang membuatnya terkenal.

Liputan6.com, Quang Ninh - Ha Long Bay di Vietnam kehilangan rona turquoise (hijau toska, biru kehijauan, atau pirus) yang membuatnya terkenal. Hal itu terjadi ketika polusi dan pembangunan berlebihan yang mengancam satwa liar dan citra sempurna tempat tersebut.

Situs UNESCO ini merupakan salah satu tujuan wisata paling populer di Vietnam, dengan lebih dari tujuh juta orang mengunjungi perairan biru kehijauan dan pulau-pulau kapur yang berada di puncak hutan hujan pada tahun lalu.

Melansir dari NBC, Jumat (29/12/2023), diketahui bahwa popularitas Ha Long Bay dan pertumbuhan cepat Ha Long City telah menyebabkan kerusakan pada ekosistemnya karena hadirnya kereta gantung, taman hiburan, hotel mewah, dan ribuan rumah baru.

Kota sekitarnya dilaporkan telah mengalami pertumbuhan yang cepat, dengan adanya dermaga dan apartemen mewah yang memenuhi sepanjang garis pantai.

Beberapa waktu lalu, gambar-gambar yang dirilis oleh media pemerintah menampilkan lokasi proyek konstruksi besar yang menyeberang ke perairan teluk tetangga, menyulut kemarahan di antara para pelestari lingkungan.

Menurut para ahli konservasi, diperkirakan sebelumnya terdapat sekitar 234 jenis karang di dalam teluk tersebut, namun kini jumlahnya telah berkurang hampir separuhnya. Masalah juga timbul terkait permasalahan besar mengenai sampah plastik.

Pada Kamis (28/12) wisatawan mengantre untuk mendapatkan tempat duduk di pesawat-perahu untuk terbang melintasi teluk dan melihat lebih dari 1.900 pulau dari udara.

"Saya sebenarnya mengharapkan lebih banyak perairan biru di Vietnam," tutur Anete Cimbule dari Latvia. "Kami ingin melihat air yang lebih bersih," lanjutnya.

Setelah penerbangan ketiganya melintasi teluk, Kapten Nguyen Ba Hai lebih optimis tentang masa depan. "Selama satu dekade terakhir, pembuangan sampah plastik ke laut telah meningkat pesat, ini sangat mendesak," ungkapnya.

Namun, Kapten Nguyen Ba Hai mengungkapkan bahwa akan senang melihat airnya sebiru dulu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Krisis Sampah Plastik Hantui Ha Long Bay, Situs Warisan Dunia UNESCO di Vietnam

Sebelumnya, di Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini, Ha Long Bay di Vietnam makin berkutat dengan masalah sampah plastik. Destinasi wisata populer di dunia menambah panjang daftar tempat indah yang bergelut dengan masalah sampah plastik. Adalah Vu Thi Thinh, seorang warga lokal yang kedapatan memungut sampah plastik dari perairan tenang Ha Long Bay di tepi perahu kayu kecilnya.

Dalam laporan AFP, disebut bahwa tidak butuh waktu lama bagi Thinh untuk mengumpulkan gundukan pelampung stirofoam, botol plastik, dan kaleng bir. Limbah ini disebut sebagai "tanda paling terlihat" dari dampak aktivitas manusia yang telah merusak situs Warisan Dunia UNESCO di Vietnam itu.

"Saya merasa sangat lelah karena mengumpulkan sampah di teluk sepanjang hari tanpa banyak istirahat," kata Thinh (50), yang telah bekerja selama hampir satu dekade sebagai pemulung. "Saya harus melakukan lima hingga tujuh perjalanan dengan kapal setiap hari untuk mengumpulkan semuanya."

Sejak awal Maret 2023, 10 ribu meter kubik sampah telah dikumpulkan dari perairan teluk itu, menurut dewan manajemen Ha Long Bay. Masalah sampah jadi sangat akut selama dua bulan terakhir, karena skema mengganti pelampung stirofoam di tambak ikan dengan alternatif yang lebih berkelanjutan jadi bumerang.

Para nelayan dilaporkan membuang polistiren berlebihan mereka ke laut. Pihak berwenang memerintahkan 20 tongkang, delapan kapal, dan tim yang terdiri dari puluhan orang untuk melakukan pembersihan, kata media pemerintah.

Do Tien Thanh, seorang konservasionis di Departemen Manajemen Ha Long Bay, mengatakan bahwa pelampung stirofoam adalah masalah jangka pendek, tapi mengakui bahwa "Ha Long Bay berada di bawah tekanan (limbah plastik)."

3 dari 4 halaman

Muncul Tanda-Tanda Pemulihan

Adapun lebih dari 7 juta pengunjung datang mengunjungi karst batu kapur Ha Long Bay yang spektakuler pada 2022. Pihak berwenang memperkirakan jumlah tersebut akan melonjak jadi 8,5 juta tahun ini.

Popularitas situs tersebut, disertai pertumbuhan pesat Ha Long City yang sekarang jadi rumah bagi kereta gantung, taman hiburan, hotel mewah, dan ribuan rumah baru, telah merusak ekosistemnya secara parah. Konservasionis memperkirakan awalnya ada sekitar 234 jenis karang di teluk tersebut, namun sekarang jumlahnya tersisa sekitar setengahnya.

Memang ada tanda-tanda pemulihan dalam satu dekade terakhir, dengan tutupan karang perlahan-lahan meningkat lagi dan lumba-lumba kembali dalam jumlah kecil, karena larangan penangkapan ikan di bagian inti situs warisan meluas. Jadi, mamalia itu kembali mendapatkan sumber makanannya.

Namun, sampah masih jadi perhatian besar. "Ada begitu banyak kawasan pemukiman besar di dekat Ha Long Bay," sebut Do Tien Thanh, seorang konservasionis di Departemen Manajemen Ha Long Bay. "Limbah domestik dari kawasan ini, jika tidak ditangani dengan baik, sangat berdampak pada sistem ekologi, termasuk terumbu karang."

4 dari 4 halaman

Larangan Penggunaan Plastik di Kapal Wisata Ha Long Bay

Do Tien Thanh, seorang konservasionis di Departemen Manajemen Ha Long Bay, berkata, "Ha Long City sekarang hanya dapat menangani sekitar 40 persen air limbahnya." Dalam upaya lain, plastik sekali pakai sekarang juga dilarang di kapal wisata. Dewan manajemen Ha Long Bay mengatakan, penggunaan plastik di kapal turun 90 persen dari puncaknya.

Tapi, sampah yang dihasilkan di darat masih memenuhi sebagian teluk, dengan tim pengumpul sampah tidak dapat menghalangi pemandangan itu dari wisatawan. Pham Van Tu, seorang penduduk dan pemandu wisata lepas, mengatakan bahwa ia telah menerima banyak keluhan dari pengunjung.

"Mereka membaca di media bahwa Ha Long Bay itu indah, tapi ketika melihat banyak sampah yang mengapung, mereka tidak ingin berenang atau bermain kano. Mereka juga ragu merekomendasikan teman dan keluarga mereka untuk berkunjung," ia menyebutkan.

Pertumbuhan ekonomi yang cepat, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup di Vietnam telah menyebabkan "krisis polusi plastik," menurut laporan Bank Dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini