Sukses

Badai dengan Angin 150 Km/Jam Terjang Argentina, 14 Orang Tewas

Badai menghantam kota pelabuhan Bahia Blanca, sekitar 570 km (355 mil) selatan Buenos Aires, pada Sabtu 16 Desember 2023, merusak bangunan dan menyebabkan pemadaman listrik lalu bergerak menuju ibu kota pada hari Minggu (17/12).

Liputan6.com, Bahia Blanca, - 14 orang tewas setelah badai yang membawa hujan lebat dan angin berkecepatan 150km/jam (93mph) ke timur Argentina. Demikian mengutip BBC, Senin (18/12/2023).

Badai menghantam kota pelabuhan Bahia Blanca, sekitar 570 km (355 mil) selatan Buenos Aires, pada Sabtu 16 Desember 2023, merusak bangunan dan menyebabkan pemadaman listrik lalu bergerak menuju ibu kota pada hari Minggu (17/12).

Peristiwa ini terjadi hanya seminggu setelah presiden baru Argentina Javier Milei menjabat. Dua orang lainnya dilaporkan tewas di negara tetangga Uruguay.

Pihak berwenang mengatakan, setelah mendarat di Bahia Blanca, badai tersebut menyebabkan sebagian atap sebuah pusat olahraga runtuh saat kompetisi ice skating, menewaskan 13 orang.

14 orang lainnya terluka, dan petugas pemadam kebakaran di lokasi kejadian harus bekerja untuk membebaskan orang-orang yang terperangkap di bawah reruntuhan.

Peringatan cuaca berwarna oranye, yang mengindikasikan ancaman terhadap kehidupan dan harta benda, diberlakukan di beberapa bagian provinsi Buenos Aires pada Sabtu (16/12) malam.

Wanita lain tewas di Kota Moreno, pinggiran kota, ketika dia tertimpa dahan pohon yang tumbang pada Minggu (17/12) pagi.

Rekaman yang dipublikasikan oleh media lokal dan dilaporkan diambil di bandara Aeroparque dekat Buenos Aires menunjukkan sebuah pesawat yang diparkir diterpa angin.

Seperangkat tangga boarding juga terlihat terlempar melintasi landasan pacu dan menabrak pengangkut bagasi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keterangan Saksi Mata

Clorrie Yeomans, 25, yang mengunjungi Argentina dari Inggris, menceritakan dirinya terbangun di apartemennya di pusat Buenos Aires sekitar pukul 03:00 waktu setempat (06:00 GMT). "Saya mendengar suara angin paling kencang yang pernah saya dengar seumur hidup saya. Lalu saya mendengar alarm mobil dan suara tabrakan di luar," katanya.

"Rasanya seperti badai. Saya pikir bangunan itu bergerak. Saya pergi dan duduk di kamar mandi di sisi lain apartemen karena saya takut pohon akan tumbang di balkon saya," tutur Yeomans.

Yeomans mengatakan, pada Minggu (17/12) pagi, sebagian besar kawasan di sekitar apartemennya masih sepi, banyak orang enggan meninggalkan rumah. "Saya melihat kaca depan orang-orang tergeletak di lantai yang tertiup angin. Beberapa mobil hancur total," katanya.

"Ada seluruh jalan yang tertutup pepohonan dan ranting-ranting yang tumbang. Kemudian ada kabel-kabel yang tertimpa pepohonan dan kini bergelantungan di jalan," imbuh Yeomans.

Dia menambahkan lagi, pada Minggu (17/12) malam, banyak jalan telah dibersihkan dan beberapa angkutan umum telah kembali beroperasi.

3 dari 4 halaman

Presiden Baru Berbelasungkawa dan Kunjungi Lokasi Terdampak Badai

Presiden Argentina Javier Milei melakukan perjalanan ke Bahia Blanca bersama beberapa menteri pada hari Minggu (17/12) untuk meninjau kerusakan yang terjadi.

Kantornya mengatakan pemerintah "bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan kota untuk membantu para korban dan mengendalikan kerusakan".

Pihak berwenang di Uruguay, tepat di utara Buenos Aires, mengatakan badai itu juga merobohkan atap dan menumbangkan pohon-pohon di sana. Dua orang tewas pada Minggu dini hari, kata mereka.​

Presiden Argentina Javier Milei kemudian mengeluarkan pernyataan belasungkawa kepada keluarga korban. "Presiden menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga dan teman-teman mereka yang meninggal akibat badai," kata kantornya dalam sebuah pernyataan mengutip The Independent.

"Embusan angin melebihi 150 km/jam di Bahía Blanca dan peringatan oranye berlaku di berbagai wilayah di Provinsi Buenos Aires. Saat ini, Kabinet Nasional bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan kota untuk membantu para korban dan mengendalikan kerusakan," menurut pernyataan yang diposting di akun media sosial Milei.

Kantor kepresidenan merekomendasikan agar warga tetap berada di dalam rumah mereka hingga Minggu pagi, dengan alasan hembusan angin yang merusak di daerah tersebut. "Kami merekomendasikan agar masyarakat memeriksa layanan meteorologi dan, jika perlu, tetap berada di rumah mereka pada dini hari," tambah pernyataan itu.

4 dari 4 halaman

Topan Mocha Berkecepatan 209 Km/Jam

Angin berkekuatan dahsyat juga pernah melanda Myanmar. Setidaknya 145 orang diketahui telah tewas di Myanmar (Burma) oleh topan yang kuat, kata penguasa militer negara itu.

Mereka mengatakan sebagian besar korban Topan Mocha yang mendarat Minggu 14 Mei 2023 lalu berasal dari minoritas Rohingya.

Junta militer sebelumnya menyebut jumlah korban tewas 21 orang, tetapi penduduk setempat mengatakan kepada BBC bahwa sedikitnya 40 orang tewas.

Sekitar 800.000 orang terkena dampak salah satu badai terkuat yang melanda kawasan itu abad ini, kata PBB.

Dengan kecepatan angin hingga 209 km/jam (130 mph), Mocha - badai kategori lima - menghantam negara bagian Rakhine, Myanmar barat, serta wilayah Sagaing dan Magway.

"Secara keseluruhan 145 orang lokal tewas selama topan," kata junta Myanmar dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, kantor berita AFP melaporkan.

Menurut pernyataan tersebut, di antara para korban terdapat empat tentara, 24 penduduk setempat, dan 117 orang dari minoritas Rohingya.

Mengetahui salah satu negara di kawasan terdampak Siklon Mocha, pada Jumat 19 Mei Indonesia selaku Ketua ASEAN 2023 bergerak cepat untuk membantu rakyat Myanmar terdampak.

Mengutip situs Kemlu RI, Direktur Eksekutif ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) dan ASEAN Emergency Response and Assessment Team (ASEAN-ERAT) yang terdiri atas perwakilan Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura, Thailand, AHA Centre dan ASEC telah tiba di Myanmar guna mendukung upaya tanggap darurat, termasuk mengumpulkan informasi di lapangan dan memfasilitasi rapid needs assessment.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini