Sukses

Uni Eropa Kaget Sekolah Mereka di Jalur Gaza Digusur Israel

Sekolah Zamuta yang berada di Jalur Gaza telah digusur Israel.

Liputan6.com, Gaza - Israel menghancurkan sekolah yang dibangun Uni Eropa yang berlokasi di Jalur Gaza. Sekolah itu berada di Zamuta. 

Komisioner Eropa untuk Manajemen Krisis, Janez Lenarčič, berkata tindakan Israel itu merupakan pelanggaran hukum level internasional.

"Pemukim Israel menggusur sebuah sekolah di Zamuta, sebuah desa di wilayah Palestina yang diduduki. Sekolah itu dibangun dengan dana UE, karena setiap anak di tiap tempat punya hak untuk edukasi. Penghancuran ini tak bisa ditoleransi dan sebuah pelanggaran Hukum Kemanusiaan Internasional," ujar Lenarčič via situs Twitter, Kamis (7/12).

Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell Fontelles mengatakan hal serupa bahwa Israel telah melanggar hukum internasional.

"(Sekolah) itu digusur oleh pemukim Israel dalam pelanggaran hukum internasional. Kekerasan pemukim terhadap komunitas Palestina harus berhenti," ujarnya via Twitter.

Hingga kini, Uni Eropa masih terus mengirim bantuan ke Jalur Gaza. Totalnya, Uni Eropa telah mengirim 1.000 ton bantuan. Pada enam penerbangan bantuan yang terbaru, ada bantuan dari Belgia, Irlandia, Jerman, Yunanin, Luksemburg, Portugal, Slovakia, dan Spanyol.

Salah satu pemimpin di Uni Eropa, Presiden Prancis Emmanuel Macron, juga dilaporkan akan berbincang dengan Qatar agar ada gencatan senjata

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Uni Eropa Minta Gencatan Senjata Jilid II di Jalur Gaza

Pejabat tinggi Uni Eropa menyerukan agar ada gencatan senjata lagi di Jalur Gaza. Gencatan senjata diperlukan supaya PBB bisa operasional. Apabila pertempuran tak segera berhenti, PBB terancam tak bisa bekerja di Gaza.

Hal itu diungkap oleh Josep Borrell Fontelles, wakil presiden Komisi Eropa. Ia mendengar kabar terkini di Jalur Gaza dari Martin Griffiths yang memimpin lembaga bantuan kemanusiaan PBB.

"Panggilan mengkhawatirkan dari @UNReliefChief Griffiths. Ia menginformasikan kepada saya bahwa akibat pengeboman di selatan Gaza - dengan banyak korban dan kehancuran besar - PBB tidak akan bisa lanjut beroperasi kecuali ada gencatan senjata segera," ujar Josep Borrell Fontelles di situs Twitter.com, Selasa (5/12).

Sejak gencatan senjata jilid I berakhir, Israel dilaporkan mulai menyerang bagian selatan Jalur Gaza.

Lembaga pangan PBB, World Food Programme (WFP) turut menyayangkan berhentinya gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

Ketika gencatan senjata, WFP berhasil menyalurkan bantuan ke sekitar 250 ribu orang dalam sepekan. Kini, progres itu dinyatakan telah hilang.

"Pertempuran yang kembali terjadi membuat distribusi bantuan nyaris tidak mungkin dan membahayakan kehidupan pekerja kemanusiaan. Di atas segalanya, ini adalah bencana bagi populasi sipil di Gaza, lebih dari 2 juta orang, yang penyambung nyawanya adalah bantuan pangan," tulis WFP dalam pernyataan resminya.

WFP menegaskan bahwa kedua pihak yang berperang harus mengikuti hukum kemanusiaan internasional. WFP pun menyerukan agar para pemimpin bekerja agar gencatan senjata kembali dilakukan.

3 dari 5 halaman

Pakar PBB Desak Reaksi Keras Eropa Atas Serangan Israel ke Gaza Selatan: Genosida Dimulai dari Tak Memanusiakan Orang Lain

Setelah gencatan senjata berakhir pada Jumat 1 Desember 2023, Israel melanjutkan kembali operasi militernya. Menggempur Jalur Gaza, merambah ke Gaza selatan.

"Kami telah mengamankan banyak benteng Hamas di Jalur Gaza utara, dan sekarang kami beroperasi melawan benteng Hamas di selatan," kata Halevi, menurut surat kabar Times of Israel  saat ia mengumumkan fase berikutnya dari serangan darat Israel terhadap warga Palestina. 

Terkini, pasukan Israel mengepung Kota Khan Younis, kata komandan militer utama Israel, ketika serangan darat menyebar ke selatan Jalur Gaza.

"60 hari setelah perang dimulai, pasukan kami kini mengepung daerah Khan Younis di selatan Jalur Gaza," kata Letnan Jenderal Herzi Halevi, kepala staf umum tentara Israel, pada Selasa (6/12/20023).

Merespons serangan Israel terhadap warga Palestina di Gaza Selatan, Pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina menyerukan “reaksi keras" dari Eropa pada hari Senin (4/12).

"Sesama warga Eropa, Italia, Jerman: setelah Holocaust, secara naluriah kita harus tahu bahwa Genosida dimulai dengan tidak memanusiakan orang lain,” tulis Francesca Albanese di X seperti dikutip dari Anadolu Ajansi.

"Jika serangan Israel terhadap warga Palestina saat ini tidak memicu reaksi keras kita, maka halaman tergelap dalam sejarah kita tidak mengajarkan apa pun kepada kita," katanya Francesca Albanese.

4 dari 5 halaman

Menlu AS Berjanji Bantu Israel hingga Akhir Perang di Jalur Gaza

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berjanji setia untuk terus membantu Israel di Jalur Gaza. Blinken juga menyalahkan Hamas usai gencatan senjata berakhir. 

"Kami akan terus mendukung Israel hingga akhir perang," ujar Blinken saat berada di Dubai, dikutip Middle East Monitor, Minggu (3/12). 

"Penting untuk memahami kenapa jeda berakhir. Itu berakhir karena Hamas," kata Blinken.

Untuk sekarang, Blinken berjanji untuk memastikan supaya warga sipil Gaza tidak menjadi korban dari perang. Pihak AS juga masih fokus agar semua tawanan bisa pulang dengan selamat dan mencegah konflik meluas.

"Kami intens berfokus agar semuanya pulang, memulangkan pra tawanan. Kami juga sangat terfokus, seperti yang kami lakukan selama ini, agar berusaha memastikan bahwa konflik ini tidak menyebar, agar ini ini tidak tereskalasi di tempat-tempat lain," tegas Antony Blinken.

Meski mendukung Israel, Blinken turut menyatakan bahwa AS akan terus berupaya melindungi Palestina dan mendukung kenegaraan Palestina. 

5 dari 5 halaman

Serangan Israel Bisa Picu Gelombang Baru Pengungsi Palestina

Serangan ke Gaza Selatan mengancam akan memicu gelombang baru pengungsi Palestina dan memperburuk bencana kemanusiaan di Jalur Gaza. PBB mengungkapkan 1,87 juta orang -lebih dari 80 persen populasi Jalur Gaza- terusir dari rumah-rumah mereka.

Perintah evakuasi kesekian kalinya dari militer Israel memaksa pengungsi pindah ke area yang semakin kecil di Gaza Selatan.

Di Kota Deir al-Balah di Gaza Tengah, tepat di utara Khan Younis, serangan pada Selasa menghancurkan sebuah rumah tempat puluhan pengungsi berlindung. Setidaknya 34 orang tewas, termasuk enam anak-anak, menurut reporter AP di rumah sakit yang menghitung jumlah jenazah.

Serangan Israel sejak 7 Oktober, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 16 ribu orang, termasuk ribuan anak-anak dan wanita.

Senator AS Elizabeth Warren menegaskan agar gencatan senjata di Jalur Gaza dilanjutkan. Politisi sekaligus ekonom dari Universitas Harvard itu meminta semua pihak untuk berusaha agar gencatan senjata kembali terwujud. 

"Gencatan senjata berfungsi. 100+ tawanan dilepas, bantuan kemanusiaan mulai mencapai rakyat Palestina yang membutuhkan, dan warga sipil aman dari luka baik itu di Israel dan Gaza. Semua pihak harus bekerja untuk melanjutkan gencatan senjata ini dan membangunnya untuk menciptakan perdamaian yang kekal," ujar Elizabeth Warren di situs Twitter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.