Sukses

Studi: 2023 Jadi Tahun Paling Panas dalam Sejarah

Para ilmuwan Copernicus sebelumnya mencatat bahwa Oktober 2023 menjadi bulan terpanas yang pernah tercatat secara global.

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok ilmuwan memperkirakan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun paling panas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Kami mengatakan hampir dapat dipastikan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, dan saat ini suhunya 1,43C di atas rata-rata pra-industri," kata wakil direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus Samantha Burgess, seperti dilansir The Guardian, Kamis (9/11/2023). 

"Rasa urgensi untuk melakukan aksi iklim yang ambisius menjelang Cop28 sangat tinggi."

Para ilmuwan Copernicus sebelumnya mencatat bahwa Oktober 2023 menjadi bulan Oktober terpanas yang pernah tercatat secara global, dengan suhu 1,7 derajat Celcius di atas rata-rata suhu yang diperkirakan selama bulan Oktober pada akhir tahun 1800-an. 

"Fakta bahwa kita melihat rekor tahun panas ini berarti rekor penderitaan manusia," kata ilmuwan iklim di Imperial College London Friederike Otto. 

"Dalam tahun ini, gelombang panas dan kekeringan ekstrem yang diperparah oleh suhu ekstrem telah menyebabkan ribuan kematian, orang kehilangan mata pencaharian, pengungsian, dan sebagainya. Ini adalah catatan yang penting," sambungnya.

"Itulah sebabnya perjanjian Paris adalah perjanjian hak asasi manusia, dan tidak memenuhi tujuan perjanjian tersebut berarti melanggar hak asasi manusia dalam skala besar."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rekor Suhu Makin Parah

Pada pertemuan puncak terkait iklim di Paris delapan tahun lalu, para pemimpin dunia berjanji untuk mencoba menghentikan pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini. 

Seorang ilmuwan peneliti meteorologi di University of Reading Akshay Deoras mengatakan, "Bulan Oktober 2023 adalah contoh buruk lainnya yang menunjukkan bagaimana rekor suhu semakin hancur dengan selisih yang sangat besar."

"Pemanasan global akibat peningkatan emisi gas rumah kaca dan El Nino di Samudera Pasifik tropis memberikan dampak yang sangat buruk terhadap planet ini," ujarnya menambahkan. 

Copernicus menemukan bahwa suhu rata-rata global antara bulan Januari dan Oktober 2023 adalah yang tertinggi yang pernah tercatat. Suhu ini mengalahkan rata-rata 10 bulan pada tahun 2016 – yang merupakan pemegang rekor tahun terpanas saat ini – sebesar 0,1 derajat Celsius.

3 dari 4 halaman

Suhu Panas Tingkatkan Risiko Gangguan Mata

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko gangguan penglihatan.

Para peneliti dari Kanada menemukan bahwa orang dewasa di Amerika yang berusia 65 tahun ke atas memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gangguan penglihatan serius jika mereka tinggal di daerah dengan suhu lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang lebih sejuk.

Penelitian tersebut merupakan studi berskala besar pertama yang menyelidiki korelasi antara suhu yang tinggi dan masalah penglihatan, menurut para penulis.

Mereka memantau suhu rata-rata di berbagai bagian Amerika Serikat, dan menemukan bahwa kemungkinan mengalami masalah penglihatan yang serius meningkat sebanyak 44 persen bagi orang yang tinggal di daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 15,5 derajat Celcius, dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang lebih dingin.

"Hubungan antara gangguan penglihatan dan suhu rata-rata daerah ini sangat mengkhawatirkan jika penelitian di masa depan menentukan bahwa hubungan tersebut bersifat sebab akibat," kata Esme Fuller-Thomson, direktur Institute of Life Course and Aging di University of Toronto dan penulis pertama studi tersebut, dalam sebuah siaran pers.

"Dengan adanya perubahan iklim, kita memperkirakan akan terjadi peningkatan suhu global. Penting untuk memantau apakah prevalensi gangguan penglihatan di kalangan lansia meningkat di masa depan."

4 dari 4 halaman

Kaitan Kuat antara Suhu dan Gangguan Penglihatan

Peneliti menemukan bahwa hubungan antara suhu dan gangguan penglihatan tetap ada, bahkan setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, dan tingkat pendidikan partisipan.

Elysia Fuller-Thomson, seorang mahasiswa pascasarjana di University of Toronto dan salah satu penulis studi ini, menyatakan, "Sangat menarik untuk melihat bahwa kaitan antara gangguan penglihatan dan suhu tetap konsisten pada berbagai faktor demografis, termasuk pendapatan."

Untuk memeriksa hubungan antara gangguan penglihatan dan suhu, para peneliti menggunakan data dari American Community Survey yang dikumpulkan antara tahun 2012 dan 2017 melalui metode surat, telepon, dan wawancara langsung. Survei tersebut fokus pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas yang tinggal di negara bagian asal mereka.

Survei tersebut mencakup pertanyaan mengenai gangguan penglihatan yang serius, memungkinkan peserta untuk mengindikasikan apakah mereka mengalami buta atau kesulitan melihat meskipun menggunakan kacamata.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini