Sukses

Perubahan Iklim Bikin Harga Telur Paskah Naik, Kok Bisa?

Tahukah Anda bahwa pemanasan global menjadi salah satu penyebab kenaikan harga telur pasakah?

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin bertanya-tanya kenapa harga telur Paskah naik tahun ini. Tapi tahukah anda bahwa pemanasan global menjadi salah satu penyebab kenaikan tersebut?

Sebagian besar cokelat dibuat dari kakao yang ditanam di Afrika Barat, tetapi gelombang panas yang lembab telah merusak tanaman dan mengurangi hasil panen secara besar-besaran.

Para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim telah membuat panas ekstrem menjadi sepuluh kali lebih mungkin terjadi. Konsekuensinya? Berbagai jenis telur yang populer mengalami kenaikan harga sebesar 50% bahkan lebih.

Di Inggris, harga telur Paskah melonjak hingga hampir USD 8.500 (£6.700) per ton minggu ini, sebagaimana yang dikutip dari BBC, Jumat (22/3/2024).

Pohon kakao sangat rentan terhadap perubahan iklim. Mereka hanya tumbuh di daerah sempit sekitar 20 derajat garis lintang di sekitar khatulistiwa.

Sebagian besar produksi global terkonsentrasi di Afrika Barat. Pada tahun 2023, 58 juta kilogram biji kakao senilai £127 juta atau sekitar Rp2.5 triliun diimpor ke Inggris dari Pantai Gading dan Ghana, dengan 85% biji kakao di Inggris berasal dari Pantai Gading.

Namun, kekeringan yang parah melanda wilayah Afrika Barat sejak Februari tahun ini.

Hal ini disebabkan oleh suhu yang melonjak di atas 40°C, memecahkan rekor di beberapa negara termasuk Pantai Gading dan Ghana.

Menurut studi yang dilakukan oleh kelompok World Weather Attribution, yang berbasis di Imperial College London, suhu yang sangat tinggi ini disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.

Studi mereka menemukan bahwa jika dunia tidak segera mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, maka Afrika Barat akan mengalami gelombang panas yang sama setiap dua tahun sekali.

"Ada laporan dari para petani di Pantai Gading bahwa suhu panas melemahkan tanaman kakao," kata salah satu penulis studi dari University of Cape Town, Izadine Pinto.

Ia mengatakan bahwa suhu yang tinggi meningkatkan tingkat penguapan, sehingga tanaman kakao tidak memiliki kelembaban yang cukup.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil panen adalah El Nino, sebuah fenomena fluktuasi alami yang berulang dalam pola cuaca di Pasifik tropis. El Nino dapat meningkatkan suhu global dan dapat menyebabkan cuaca ekstrem di beberapa tempat. El Nino yang kuat telah aktif sejak bulan Juni lalu.

El Nino sering kali menghadirkan tantangan bagi para petani, tetapi pemanasan global memperparah perubahan-perubahan tersebut, kata seorang ahli cuaca ekstrem di Grantham Institute Imperial College, Ben Clarke.

"Perubahan iklim yang didorong oleh penggunaan bahan bakar fosil semakin memperbesar tantangan alam ini di banyak wilayah. Hal ini memicu kondisi yang lebih ekstrem, menghancurkan panen, dan membuat biaya pangan menjadi lebih tinggi untuk semua orang," kata Clarke.

Kekeringan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi petani kakao. Pantai Gading dan Ghana telah dilanda cuaca ekstrem yang dua kali lebih kuat dari rata-rata.

Pada bulan Desember tahun lalu, kedua negara ini mengalami hujan lebat. Total curah hujan di Afrika Barat lebih dari dua kali lipat rata-rata 30 tahun pada saat itu. Kondisi yang basah dan lembab memungkinkan infeksi jamur yang disebut penyakit jamur hitam yang membusukkan biji kakao di pohon.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Konsekuensi Akibat Kenaikan Harga Kokoa

Konsekuensi yang harus dihadapi adalah harga kakao naik lebih dari tiga kali lipat tahun lalu kemudian naik lagi dua kali lipat hanya dalam tiga bulan terakhir.

Para pembuat cokelat biasanya membeli biji kakao berbulan-bulan sebelumnya, namun lonjakan harga sekarang mulai mempengaruhi harga di toko-toko.

"Banyak pemain yang telah mengumumkan kenaikan harga. Kami juga merupakan bagian dari kelompok tersebut," ujar Martin Hug, dari perusahaan pembuat cokelat Lindt & Spruengli kepada para analis kota pada awal bulan ini.

Pada bulan Februari, Mondelez, perusahaan yang memiliki merek Cadbury, dan produsen cokelat Hershey dari Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa kenaikan harga kakao dapat menaikkan harga cokelat.

Yang paling terpukul oleh fluktuasi harga ini adalah para petani yang menanam kakao.

Diperkirakan ada sekitar dua juta petani kecil di sabuk kakao Afrika Barat yang bergantung pada panen tanaman  ini untuk sebagian besar pendapatan mereka.

Seorang analis di lembaga pemikir iklim, Energy and Climate Intelligence Unit, Amber Sawyer, mengatakan bahwa negara-negara kaya seperti Inggris dapat memberikan dukungan finansial dan teknis kepada negara-negara berkembang untuk membantu para petani mereka mengatasi cuaca ekstrem dengan lebih baik.

Namun ia memperingatkan bahwa, "ketika perubahan iklim semakin memburuk, dukungan yang lebih besar pasti akan dibutuhkan untuk melindungi mata pencaharian mereka dan menjaga aliran biji kakao yang masuk ke Inggris."

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini