Sukses

Erdogan Tepati Janji Restui Keanggotaan NATO Swedia

Langkah Erdogan pada Senin (23/10/2023), sejalan dengan komitmen yang dibuatnya kepada NATO dalam pertemuan puncak aliansi itu pada Juli.

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menghilangkan salah satu hambatan terakhir bagi Swedia untuk bergabung dengan NATO. Dia mengajukan rancangan undang-undang (RUU) yang menyetujui keanggotaan Swedia di NATO ke parlemen Turki untuk kemudian diratifikasi.

Langkah Erdogan pada Senin (23/10/2023), sejalan dengan komitmen yang dibuatnya kepada NATO dalam pertemuan puncak aliansi itu pada Juli. Saat itu, dia mengatakan bahwa dia akan mengirimkan RUU tersebut ke parlemen untuk diratifikasi ketika parlemen dibuka kembali pada Oktober. Demikian seperti dilansir The Guardian, Selasa (24/10).

Pengesahan RUU disebut hanya sekadar formalitas, namun Erdogan kelak memiliki rekam jejak yang sesuai untuk mendapatkan konsesi dari Amerika Serikat (AS), termasuk penjualan jet tempur F-16 ke Ankara - kesepakatan yang telah lama tertahan di Senat AS.

Sebagai imbalan persetujuannya, Erdogan juga menuntut Swedia memperkuat tekanannya terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Turki menilai Swedia terlalu lunak terhadap militan Kurdi dan kelompok lain yang dia anggap sebagai ancaman keamanannya.

"Protokol Aksesi NATO Swedia ditandatangani oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 23 Oktober 2023 dan dirujuk ke Majelis Agung Nasional Turki," tulis akun Kepresidenan Turki di platform media sosial X alias Twitter.

Untuk mendapat keanggotaan NATO maka Swedia harus menerima 'restu' dari seluruh negara anggota, tak terkecuali Turki. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Langkah Swedia Tak Semulus Finlandia

Turki dan Hongaria adalah dua anggota anggota NATO yang badan legislatifnya belum menandatangani aksesi Swedia.

Kepemimpinan Hongaria – yang memiliki hubungan erat dengan Turki dan memelihara hubungan dengan Rusia – telah mengirimkan sinyal beragam tentang mengapa mereka menunda tindakan tersebut.

Kadang-kadang, pemerintah Hongaria berargumentasi bahwa hal ini hanya masalah teknis, namun pada kesempatan lain pemerintah Hongaria menyampaikan keluhan bahwa Swedia – dalam pandangan mereka, secara tidak adil – mengkritik keadaan demokrasi Hongaria.

Sebagian besar pengamat berasumsi bahwa Hongaria bersembunyi di balik Turki dan tidak ingin dilihat sebagai satu-satunya yang menghalangi keanggotaan Swedia.

Para pejabat di NATO mengatakan bahwa Hongaria telah berulang kali meyakinkan mereka bahwa mereka tidak akan menunggu sampai menjadi negara terakhir yang meratifikasi perjanjian tersebut. Parlemen Hongaria sebelumnya juga telah menunda ratifikasi keanggotaan Finlandia dan bergerak cepat setelah terlihat jelas bahwa Turki juga akan menandatanganinya.

Isu keanggotaan Swedia sendiri telah memicu frustrasi di negara-negara Barat yang khawatir mengenai hubungan persahabatan Hongaria-Rusia-China.

 

3 dari 3 halaman

Swedia: Sekarang Tinggal Bagaimana Parlemen Turki

Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson segera menyambut baik langkah Turki dan menegaskan sekali lagi harapannya untuk menjadi anggota NATO.

"Senang mendengar bahwa Presiden Turki Erdogan kini telah menyerahkan dokumen ratifikasi kepada Parlemen Turki. Sekarang tinggal parlemen yang menangani masalah ini. Kami berharap dapat menjadi anggota NATO," tulisnya di X.

Meski demikian, tidak ada jangka waktu pasti terkait ratifikasi. RUU tersebut akan dimasukkan ke dalam agenda komisi urusan luar negeri parlemen, yang harus meloloskannya sebelum dapat dikirim ke majelis umum untuk diratifikasi.

Swedia dan Finlandia mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina. Keanggotaan Finlandia ditetapkan pada April.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.