Sukses

Studi: Konsumsi Milk Tea Termasuk Boba Berpotensi Picu Depresi hingga Pikiran Bunuh Diri

Penelitian ini mengungkap keterkaitan teh susu dengan masalah kesehatan mental dan berkurangnya interaksi sosial di kalangan remaja.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap pagi, jutaan orang di berbagai belahan dunia memulai harinya dengan menyeduh secangkir teh panas favorit mereka. Data menunjukkan bahwa teh adalah minuman kedua yang paling sering diminum setelah air putih (air mineral), dan disukai oleh lebih dari dua pertiga penduduk dunia.

Jika Anda termasuk dalam golongan orang yang secara rutin menikmati teh dan ingin mengetahui bagaimana hal ini memengaruhi kesehatan tubuh Anda, ada berita yang perlu diperhatikan.

Terlepas dari manfaatnya, studi terbaru menyebutkan bahwa mengonsumsi milk tea atau teh susu memiliki hubungan dengan masalah kesehatan mental dan penurunan interaksi sosial di kalangan remaja.

Melansir dari Times Now, Minggu (22/10/2023), sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Tsinghua University dan Central University of Finance and Economics di Tiongkok melibatkan 5.281 mahasiswa di Beijing. Mereka menemukan bahwa gejala kecanduan teh susu bukan hanya sekadar anggapan, tetapi juga terkait dengan masalah seperti peningkatan tingkat depresi dan kecemasan.

Teh susu, termasuk berbagai varietas seperti teh boba, adalah minuman yang sangat populer di banyak wilayah Asia, terutama di kalangan generasi muda. Para ilmuwan menyebutkan bahwa popularitas minuman ini juga berkontribusi pada meningkatnya masalah kesehatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Kecanduan Teh Susu pada Kesehatan Mental Generasi Muda

Menurut hasil penelitian, semakin banyak generasi muda yang memilih teh sebagai cara untuk menghadapi emosi dan mengelola kesehatan mental mereka. Dalam konteks ini, minuman ini bisa memicu perilaku kecanduan dan memiliki dampak negatif pada kesehatan mental.

“Minat terhadap teh susu di Tiongkok, terutama di kalangan pemuda, mengalami lonjakan popularitas yang luar biasa,” tulis para peneliti dalam laporan mereka.

Mereka menambahkan, "Temuan kami menunjukkan bahwa mengonsumsi teh susu dapat menyebabkan kecanduan, dan ini berkaitan dengan masalah seperti depresi, kecemasan, dan pikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri."

Temuan dari penelitian juga menunjukkan bahwa minum teh susu menunjukkan tanda-tanda perilaku kecanduan seperti minum dengan frekuensi yang tinggi, ketergantungan, ingin berhenti tetapi sulit dilakukan, dan adanya rasa bersalah terkait hal ini.

3 dari 4 halaman

Pengaruh Konsumsi Teh Susu pada Kesehatan Mental dan Fisik

Untuk menilai sejauh mana tingkat kecanduan, para peneliti memeriksa faktor-faktor seperti keinginan kuat dan sering memanjakan diri, yang umum dialami oleh sebagian besar pemuda. Hampir separuh dari peserta survei menyebut bahwa mereka minum setidaknya satu cangkir teh susu setiap harinya.

Peneliti juga mencatat bahwa meningkatnya minum teh dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan dapat mengakibatkan obesitas serta kerusakan pada gigi.

Mereka mengidentifikasi salah satu alasan utama yaitu tingginya kandungan kafein dan gula dalam teh, yang dapat menyebabkan isolasi sosial, suasana hati yang buruk, dan bahkan memicu masalah dalam pengendalian amarah (anger issues).

Menurut Healthline, mengonsumsi terlalu banyak kafein dapat mengakibatkan sejumlah hal berikut ini:

  1. Kesulitan tidur
  2. Gangguan pada otot
  3. Masalah pada sistem pencernaan
  4. Peningkatan tekanan darah
  5. Detak jantung yang berdebar-debar
  6. Rasa lelah yang berlebihan
  7. Sering buang air kecil
4 dari 4 halaman

Apakah Anda Kecanduan Teh Susu?

Menurut American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 2013, tanda-tanda kecanduan teh susu mencakup:

  1. Mengonsumsi teh susu dalam jumlah lebih banyak dan lebih lama dari yang diharapkan.
  2. Mengalami usaha yang berulang-ulang namun tidak berhasil untuk berhenti.
  3. Sering beralih ke konsumsi teh susu saat merasa tertekan.
  4. Terus mengonsumsi teh susu meskipun menyadari dampak negatifnya.
  5. Mengembangkan toleransi, di mana diperlukan jumlah teh susu yang lebih banyak untuk mencapai efek yang diinginkan.
  6. Mengalami gejala penarikan diri setelah menghentikan atau mengurangi konsumsi teh susu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini