Sukses

Kedatangan WN Thailand dari Wilayah Konflik Hamas Vs Israel Disambut Haru di Bandara Bangkok

Seorang warga Thailand berhasil melarikan diri dari konflik antara Israel dan kelompok Hamas. Ia akhirnya mendarat di Bangkok pada Kamis (12/10).

Liputan6.com, Bangkok - Seorang warga Thailand berhasil melarikan diri dari konflik antara Israel dan kelompok Hamas. Ia akhirnya mendarat di Bangkok pada Kamis (12/10).

Saat mendarat dengan beberapa orang menceritakan pelarian yang mengerikan tersebut dan saat mereka bertemu kembali dengan anggota keluarga, air mata seketika keluar.

Pihak keluarga yang khawatir sengaja berkumpul di bandara beberapa jam sebelum kedatangan penerbangan yang membawa 41 warga Thailand, termasuk 15 pengungsi, yang diterbangkan dengan bantuan diplomat negara mereka.

Sekitar 30.000 warga Thailand bekerja di Israel, sebagian besar di sektor pertanian, menurut Kementerian Tenaga Kerja Bangkok, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (12/10/2023).

Dua pekerja yang kembali menggunakan kursi roda, wajah mereka lelah setelah perjalanan panjang pulang.

"Saya berpikir dalam hati saya tidak akan selamat. Mereka saling tembak menembak terus menerus seperti di film," kata Katchakorn Pudtason kepada wartawan di bandara.

“Pertempuran begitu hebat sehingga majikan saya membiarkan kami berlindung di rumahnya,” tambahnya.

“Dia mengatakan kepada saya bahwa situasinya sudah mereda dan ketika saya mencoba melarikan diri, saya mendengar suara tembakan di belakang saya dan menyadari bahwa saya tertembak di lutut.”

Hamas pada Sabtu (7/10) melintasi perbatasan Israel dengan kendaraan, melalui udara dan laut, untuk membunuh lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

Mereka juga menyandera puluhan warga Israel, baik warga negara maupun asing, yang diancam akan dibunuh oleh Hamas.

Israel membalas dengan menyatakan perang untuk menghancurkan kemampuan Hamas, tanpa henti menggempur Jalur Gaza.

Lebih dari 1.200 warga Palestina tewas di Gaza ketika Israel meratakan seluruh blok kota dan menghancurkan ribuan bangunan.

Jumlah warga Thailand yang tewas dalam konflik tersebut meningkat menjadi 21 orang, kata Perdana Menteri Srettha Thavisin pada Kamis (12/10).

Kekhawatiran meningkat atas nasib 16 orang lainnya yang disandera oleh Hamas, kata kementerian luar negeri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Krisis di Gaza, Banyak Warga Terjebak dan Tak Punya Akses Makanan serta Listrik

Krisis kemanusiaan dengan cepat terjadi di Gaza. Pasalnya, banyak warga yang terjebak, banyak akses yang terputus dari makanan dan listrik. Ditambah lagi mereka harus menghadapi serangan udara Israel sebagai tanggapan atas serangan mematikan Hamas.

Sejauh ini, serangan Hamas ke Israel telah menewaskan sedikitnya 1.200 orang dan menyandera hingga 150 orang, dikutip dari laman CNN.

Nadine Abdul Latif (13) dari Al Rimal di Kota Gaza, mengatakan dia dan keluarganya diberitahu oleh tetangga dan kerabatnya untuk pergi setelah Israel mengatakan akan menargetkan daerah tersebut.

Namun mereka memutuskan untuk tetap tinggal karena “kami tidak memiliki tempat yang aman untuk dikunjungi,” katanya.

Ayahnya, Nihad hilang sejak Sabtu (7/10). Dia telah bekerja di Israel, tetapi setelah serangan Hamas pada hari itu, keluarganya kehilangan kontak dengannya.

Jalur Gaza yang merupakan wilayah pesisir yang dikuasai Hamas dihantam oleh serangan udara sejak Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memerintahkan “pengepungan total” terhadap wilayah tersebut.

Termasuk menghentikan pasokan listrik, makanan, air dan bahan bakar ke wilayah tersebut.

"Kami memerangi orang-orang barbar dan akan meresponsnya dengan tepat," kata Gallant.

Jet tempur Israel menyerang lebih dari 200 sasaran di Gaza semalam, kata Pasukan Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan.

Korban tewas di Gaza kini mencapai lebih dari 900 orang menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

Kementerian dalam negeri Palestina mengatakan, sebagian besar sasarannya adalah “menara bangunan tempat tinggal, fasilitas sipil dan layanan, dan banyak masjid.”

Hamas membantah bahwa mereka menggunakan salah satu menara yang ditargetkan.

3 dari 3 halaman

Kekacauan Terjadi Saat Serangan Melanda

ariq Al Hillu, seorang warga Al Sudaniya berusia 29 tahun di Gaza utara, menggambarkan kekacauan total ketika serangan udara melanda lingkungannya.

“Anggota keluarga saya mulai berteriak dan bergegas keluar rumah, masing-masing dari kami melarikan diri ke arah yang berbeda,” katanya kepada CNN, seraya menambahkan bahwa seluruh lingkungan tempat tinggalnya telah hancur tanpa peringatan sebelumnya.

Tetangganya terjebak di bawah reruntuhan, dan dia bisa mendengar seruan bantuan, katanya.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, pihaknya telah mengubah 83 sekolahnya di Gaza menjadi tempat penampungan sementara.

Tetapi kapasitas sekolah tersebut sudah mencapai 90%, dengan lebih dari 137.000 orang berlindung dari serangan Israel.

Berbeda dengan kota-kota di selatan Israel, wilayah ini tidak memiliki tempat perlindungan bom atau bunker khusus yang melindungi warga sipil dari serangan udara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.