Sukses

Inggris, Prancis dan Jerman Tolak Cabut Sanksi Iran Berdasarkan Perjanjian Nuklir 2015

Berdasarkan ketentuan perjanjian, sejumlah sanksi PBB akan dicabut pada 18 Oktober 2023 sebagai bagian dari klausul akhir yang memungkinkan Iran mengimpor dan mengekspor rudal balistik, termasuk rudal dan drone dengan jangkauan 300 km atau lebih.

Liputan6.com, Brussels - Inggris, Prancis, dan Jerman tidak akan mencabut sanksi terhadap Iran sesuai dengan yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 2015. Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh pemerintah negara-negara terkait.

Berdasarkan ketentuan perjanjian, sejumlah sanksi PBB akan dicabut pada 18 Oktober 2023 sebagai bagian dari klausul akhir yang memungkinkan Iran mengimpor dan mengekspor rudal balistik, termasuk rudal dan drone dengan jangkauan 300 km atau lebih.

Dalam suratnya kepada Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, tiga negara Eropa tersebut mengatakan pada Kamis (14/9/2023), Iran telah melakukan pelanggaran serius terhadap perjanjian tersebut dalam hal tingkat penyimpanan uranium yang diperkaya dan diperbolehkan PBB terhadap program nuklirnya dan dengan demikian sanksi yang berkaitan dengan program rudal balistiknya harus tetap berlaku.

Inggris, Prancis, dan Jerman mengungkapkan bahwa penolakan mereka untuk mencabut sanksi sesuai dengan klausul akhir yang karena memuat mekanisme jika terjadi perselisihan mengenai apakah salah satu pihak melanggar perjanjian.

Lebih lanjut, Inggris menerangkan bahwa pihaknya telah mendaftarkan perselisihan mengenai ketidakpatuhan Iran pada tahun 2020. Namun, Iran tidak meresponsnya sama sekali dalam batas waktu 30 hari yang disepakati.

"Para menteri luar negeri menyatakan bahwa Iran tidak mematuhinya sejak 2019 dan menganggap bahwa hal ini belum diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa JCPOA (sebutan resmi perjanjian nuklir Iran 2015)Mereka menyatakan niatnya untuk tidak mengambil langkah terkait pencabutan sanksi lebih lanjut pada hari transisi JCPOA pada 18 Oktober 2023," demikian disampaikan Borrell terkait surat dari Inggris, Prancis, dan Jerman, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (15/9).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Komitmen Mencegah Iran Mengembangkan Senjata Nuklir

Inggris mengatakan pihaknya dan mitra-mitranya terus berkomitmen mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Sanksi PBB yang akan dicabut pada 18 Oktober ditujukan terhadap individu dan entitas yang terlibat dalam program rudal, nuklir, dan senjata Iran lainnya. Aturan-aturan tersebut sekarang akan dimasukkan ke dalam undang-undang domestik di Inggris, Prancis, dan Jerman.

"Iran terus melanggar komitmennya berdasarkan JCPOA dan memajukan program nuklirnya melampaui semua pembenaran sipil yang dapat dipercaya. Bersama mitra Prancis dan Jerman, kami telah mengambil langkah yang sah dan proporsional dalam menanggapi tindakan Iran," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris.

"Inggris dan mitra kami tetap berkomitmen terhadap solusi diplomatik, tetapi Iran sekarang harus mengambil langkah jelas menuju deeskalasi. Kami berkomitmen untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir."

Inggris mengatakan persediaan uranium yang diperkaya Iran 18 kali lipat dari batas yang ditetapkan dalam JCPOA dan ratusan mesin sentrifugal canggih telah dibangun dan dikerahkan. Iran membenarkan tindakan tersebut sebagai respons yang sah setelah Donald Trump menarik Amerika Serikat (AS) dari perjanjian nuklir 2015.

Dalam pertemuan dewan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Kamis pagi, 63 negara menandatangani pernyataan yang menyebutkan bahwa Iran melanggar kewajibannya untuk menjelaskan penemuan partikel uranium di lokasi yang dirahasiakan kepada inspektur nuklir PBB.

Iran baru-baru ini mencairkan sebagian kecil persediaan uraniumnya yang diperkaya 60 persen.

Menurut Israel, Iran memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk membuat satu bom nuklir dalam waktu seminggu, namun Iran tidak memiliki kemampuan untuk menembakkan senjata semacam itu.

3 dari 3 halaman

Kesepakatan Pertukaran Tahanan Iran-AS

Dalam perjanjian informal dengan AS, yang terpisah dari perjanjian nuklir tahun 2015, Iran mengatakan tidak akan melakukan pengayaan uraniumnya di atas 60 persen dan akan membebaskan lima warga AS yang ditahan di Iran. Diharapkan, sebagai imbalannya, AS akan melepaskan aset Iran senilai USD 6 miliar yang ditahan di Korea Selatan melalui Qatar, serta lima tahanan Iran yang ditahan di AS.

Lima tahanan AS sendiri telah dibebaskan dari penjara Evin di Teheran dan berada di akomodasi lain di ibu kota. Salah satu dari lima orang tersebut adalah Morad Tahbaz, seorang pemerhati lingkungan keturunan Inggris-AS.

Pada Kamis, misi tetap Iran untuk PBB di New York mengonfirmasi, "Berdasarkan kesepakatan pertukaran tahanan antara kedua negara, lima warga negara Iran yang ditahan secara ilegal karena menghindari sanksi anti-Iran Washington akan dibebaskan."

Dia menambahkan bahwa beberapa dari mereka akan kembali ke Iran, sementara yang lain akan tetap berada di AS.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini