Sukses

Rusia Rayakan Hari Kekalahan Jepang di Perang Dunia 2, Acara Digelar di Pulau Sengketa

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut perayaan itu sebagai Hari Kemenangan Terhadap Jepang yang Militeristik dan Akhir Perang Dunia II.

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Rusia merayakan kekalahan Jepang di Perang Dunia 2 pada Minggu (3/9). Acara digelar di pulau sengketa Kunashiri dan Shikotan yang dikuasai oleh Rusia setelah Perang Dunia 2.

Ada empat kepulauan Jepang yang diambil Uni Soviet, yakni Etorofu, Habomai, Kunashiri dan Shikotan.

Dilaporkan Kyodo News, Senin (4/9/2023), para prajurit Rusia melakukan parade untuk merayakan hari kekalahan Jepang itu. Bunga-bunga turut  dipersembahkan di tugu pemakaman bagi para prajurit Soviet yang gugur di pulau Kunashiri dan Shikotan.

Parade militer turut dilaksanakan di Shana (Kurils) yang berada di Pulau Etorofu.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Juni 2023 mengganti nama perayaan hari tersebut. Awalnya adalah "Hari Berakhirnya Perang Dunia II" menjadi "Hari Kemenangan Terhadap Jepang yang Militeristik dan Berakhirnya Perang Dunia II".

Pergantian nama itu dilakukan di tengah keberpihakan Jepang terhadap Ukraina di perang Rusia-Ukraina.

Wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menghadiri peringatan itu di kota Yuzhno-Sakhalinsk yang merupakan ibu kota daerah kawasan Sakhalin dan memiliki yurisdiksi terhadap empat pulang sengketa dengan Jepang.

Pihak Jepang hingga kini masih meminta agar pulau-pulau itu dikembalikan.

"Uni Soviet secara unilateral menggabungkan wilayah-wilayah yang diduduki menjadi wilayahnya sendiri tanpa adanya dasar hukum, dan pada 1949 secara paksa mendeportasi semua warga Jepang di Empat Pulau Utara (hampir 17.000 orang)," tulis situs Kementerian Luar Negeri Jepang.

Rusia menolak pengembalian pulau-pulau itu. Alasannya adalah perebutan pulau itu adalah hasil dari perang.

Hari perayaan kekalahan Jepang itu tersebut dirayakan pada tiap 3 September, sehari setelah Jepang resmi menyerah pada Perang Dunia II.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Medvedev: Militerisasi Jepang Memperumit Situasi Asia Pasifik

Militerisasi Jepang memperumit situasi di kawasan Asia Pasifik. Hal tersebut disampaikan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia sekaligus mantan presiden Dmitry Medvedev pada Minggu (3/8).

Rusia dan Jepang memiliki hubungan kompleks yang ditandai dengan sengketa wilayah selama beberapa dekade atas sejumlah pulau kecil yang dikuasai Rusia di lepas pantai Hokkaido. Rusia menyebutnya sebagai Kuril selatan, sementara Jepang mengklaimnya sebagai Wilayah Utara. 

Sengketa wilayah tersebut, yang direbut Uni Soviet pada hari-hari terakhir Perang Dunia II, telah menghalangi Jepang dan Rusia untuk mencapai perjanjian yang akan secara resmi mengakhiri permusuhan.

"Sangat disesalkan bahwa pihak berwenang Jepang mengambil jalan menuju militerisasi baru negaranya," demikian laporan kantor berita Rusia TASS mengutip pernyataan Medvedev seperti dilansir CNA, Senin (3/9).

"Latihan pasukan yang sedang berlangsung di dekat Kepulauan Kuril, secara serius memperumit situasi di kawasan Asia Pasifik."

Pihak Kementerian Luar Negeri Jepang dan kantor perdana menteri belum merespons pernyataan Medvedev.

3 dari 4 halaman

Ukraina Klaim Sukses Tembus Garis Pertahanan Rusia

Sejumlah jenderal Ukraina mengklaim mereka telah menembus garis pertahanan pertama Rusia di selatan.

"Ya, itu benar," ujar penasihat menteri pertahanan Ukraina, Yuriy Sak, seperti dilansir BBC, Senin (4/9/2023), saat ditanya apakah hal itu memang terjadi.

"Sedikit demi sedikit, saya rasa kami akan mendapatkan momentum."

Seorang jenderal Ukraina lainnya, Brigjen Oleksandr Tarnavskiy mengatakan kepada surat kabar Inggris, Observer, "Kami sekarang berada di antara garis pertahanan pertama dan kedua."

Pernyataan tersebut senada dengan juru bicara Gedung Putih John Kirby, yang pada Jumat (1/9) mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah mencatat sejumlah kemajuan penting di garis depan selatan.

Lebih dari sepekan lalu, pasukan Ukraina telah mengibarkan bendera biru dan kuning di Desa Robotyne di tenggara Kota Zaporizhzhia dan kini mereka tengah berusaha memperlebar jarak agar unit infanteri dan lapis baja yang lebih besar dapat melewatinya tanpa mendapat serangan dari Rusia.

Jika hal itu tercapai maka disebutkan ada kemungkinan serangan Ukraina akan mendapat momentum.

Pertempuran saat ini dilaporkan terjadi di sebelah timur Robotyne, di tepi Desa Verbove. Sejauh ini, pertempuran digambarkan berlangsung lambat.

4 dari 4 halaman

Perbedaan Keterangan

Sulit untuk menilai klaim terbaru Ukraina. Para pejabat negara itu dilaporkan bungkam ketika ditanyai rincian yang tepat. Sementara keterangan berbeda, sebut BBC, diperoleh dari Brigade Serangan Udara ke-46 Ukraina.

Ketika dihubungi oleh BBC pada Sabtu (2/9), Brigade Serangan Udara ke-46 Ukraina mengatakan bahwa pertempuran terus berlanjut di dekat garis pertahanan pertama Rusia, namun belum ada yang berhasil melampaui garis pertama.

Bagaimanapun, perbedaan pernyataan itu dinilai tidak terlalu mengejutkan. Sejumlah besar unit beroperasi di depan dan belakang, masing-masing berkonsentrasi pada bagian dan tugas spesifiknya. Mereka belum tentu mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain.

Salah satu unit, yaitu batalion sukarelawan Skala, mengatakan kepada Reuters bahwa pasukannya telah menerobos garis pertama Rusia pada 26 Agustus. Pada Minggu, Skala mengklaim bahwa pasukannya masih terus bergerak maju.

"Secara harfiah, kami bergerak di sepanjang wilayah Zaporizhzhia menuju laut," kata komandan batalion Skala melalui pesan suara, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

"Saya tidak ingin terburu-buru, tetapi kami melakukan segalanya untuk meraih kemenangan tercepat." 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.