Sukses

Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan Selesai Lebih Awal Usai Muncul Peringatan Topan dan Gelombang Panas

Terlepas dari gelombang panas dan peringatan badai topan, penyelenggara acara Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan dikritik karena dinilai tidak siap dalam melaksanakan acara yang diadakan empat tahun sekali itu.

Liputan6.com, Seoul - Acara Jambore Pramuka Dunia yang sedang berlangsung di Korea Selatan akan berakhir lebih awal karena adanya peringatan topan, kata penyelenggara, Senin (7/8/2023). Pihak penyelenggara pun meminta bantuan pemerintah untuk memulangkan puluhan ribu partisipan kembali ke negaranya masing-masing. 

Sekitar 43 ribu peserta pramuka dari 155 negara tengah mengikuti jambore yang diadakan di Jeolla Utara, Korea Selatan, seperti dikutip Channel News Asia, Senin (7/8). 

Namun, gelombang panas ekstrem menyebabkan ratusan peserta sakit dan membuat pemerintah Seoul turun tangan untuk mengerahkan dokter serta bantuan medis. 

Sementara masalah panas ekstrem masih menjadi kendala utama dalam acara tersebut, badai topan yang diramalkan akan melanda sebagian besar Korea Selatan, termasuk area perkemahan, membuat acara jambore diakhiri lebih awal. 

"Organisasi Gerakan Kepanduan Dunia menerima konfirmasi pagi ini dari Pemerintah Republik Korea bahwa karena dampak yang diperkirakan dari Topan Khanun, semua peserta akan dibubarkan lebih awal," kata badan pramuka dalam sebuah pernyataan.

"Kami mendesak pemerintah untuk mempercepat rencana keberangkatan dan menyediakan semua sumber daya dan dukungan yang diperlukan bagi para peserta selama mereka tinggal dan sampai mereka kembali ke negara asal," sambung badan pramuka itu.

Namun, masih belum ada informasi yang diberikan terkait tempat tinggal mereka hingga mereka pulang ke negara masing-masing. 

Kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan bahwa Presiden Yoon Suk-yeol diberi pengarahan tentang rencana darurat saat topan mendekat, mengisyaratkan bahwa acara jambore bisa saja dipindahkan ke Seoul selama sisa masa tinggal mereka.

"Dengan 'rencana darurat', itu berarti akomodasi pramuka dan jadwal yang tersisa dapat dipindahkan ke wilayah metropolitan termasuk Seoul," kata kantor Yoon dalam sebuah pernyataan.

Kantor berita Yonhap melaporkan bahwa semua kegiatan sore hari telah dibatalkan dan para peserta akan mulai meninggalkan perkemahan mulai Selasa pagi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Panas Ekstrem

Sebelumnya, kontingen pramuka dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah ditarik lebih dulu karena kekhawatiran atas cuaca ekstrem. Pihak penyelenggara menanggapi bahwa acara jambore akan tetap dilanjutkan dan mendesak peserta untuk "menganggapnya sebagai tantangan".

Mundurnya anggota pramuka AS dan Inggris merupakan kemunduran hubungan masyarakat yang signifikan bagi pemerintah Korea Selatan. 

Media lokal juga menggambarkan situasi tersebut sebagai "aib nasional", mengingat negara harus mempersiapkan waktu untuk acara yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali.

Pihak penyelenggara pun mendapat kritik dari pihak orang tua dan masyarakat karena dinilai gagal mengantisipasi panas. 

Seorang ibu keturunan AS dan Korea Selatan, mengeluhkan ambulans yang butuh waktu 45 menit untuk tiba, ketika putrinya yang berusia 15 tahun kehilangan kesadaran selama acara tersebut. 

"Bagaimana bisa Korea Selatan membiarkan anak-anak terlantar seperti ini?" katanya kepada media Korea Selatan SBS.

3 dari 4 halaman

Banjir Kritik

Halaman Instagram resmi penyelenggara jambore juga dibanjiri komentar negatif, di mana banyak orang tua menyebut acara tersebut menjadi "pengalaman mengerikan" bagi para peserta. 

Salah satu peserta jambore asal Inggris juga turut membagikan pengalamannya di akun YouTubenya dalam video berjudul "Jambore Jamie". Dalam video tersebut, tampak nyamuk yang terbang terus menerus di area pancuran.

"Terlalu panas, terlalu panas. Ngomong-ngomong, ini botol air ketiga saya," katanya dalam video tersebut.

Ia menambahkan bahwa dia juga setuju bahwa acara tersebut "tidak dipersiapkan dengan baik".

4 dari 4 halaman

Berbagai Pihak Ikut Membantu

Gubernur Provinsi Jeolla Utara Kim Kwan-young, yang menjadi tuan rumah, telah meminta maaf atas ketidaksiapannya dalam penyelenggaraan acara tersebut. 

Bahkan, berbagai pihak seperti otoritas dan bisnis, ikut turun tangan dan membantu menyumbangkan air hingga es krim kepada para peserta. 

Selain itu, Orde Jogye dari kelompok Buddha di Korea telah membuka kuilnya bagi para peserta. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.