Sukses

Studi: 2 Jam Terpapar Polusi Udara Berpotensi Sebabkan Kerusakan Otak

Sebuah studi menunjukkan bahwa hanya dengan dengan terpapar polusi udara selama dua jam berpotensi menyebabkan kerusakan otak.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi terbaru membuktikan bahwa menghirup asap knalpot, bahkan meski hanya beberapa jam dapat merusak fungsi dan kognisi otak.

Polusi lalu lintas telah lama dikaitkan dengan masalah ingatan, tetapi secara umum dianggap bahwa paparan jangka panjangnya akan menimbulkan risiko terbesar. 

Dilansir Daily Mail, Kamis (2/2/2023), para peneliti di Kanada telah menemukan bahwa kerusakan tersebut menyebabkan perubahan yang signifikan hanya dalam waktu dua jam. 

Polusi udara tidak hanya mengikis kesehatan saraf, tetapi juga meningkatkan risiko kematian seseorang dari segala penyebab.

Dalam studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Kesehatan Lingkungan, para peneliti di University of British Columbia dan University of Victoria mengungkapkan bahwa para subjek, yang terdiri dari 25 orang berusia 19-49 tahun dipaparkan ke dua udara yang berbeda, udara bersih yang disaring dan udara yang terkontaminasi knalpot pada waktu yg berbeda selama 120 menit.

Selama waktu tersebut, subjek dalam penelitian mengendarai sepeda statis dengan usaha ringan selama sekitar 15 menit untuk meningkatkan inhalasi.

Semua subjek menjalani pemindaian MRI sebelum dan sesudah paparan untuk memantau aktivitas otak pada tahapan yang berbeda. 

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa dengan menghirup knalpot diesel dapat menurunkan konektivitas fungsional. Fungsi tersebut berpengaruh terhadap bagian otak yang mengatur interaksi dan komunikasi manusia.

Dr Chris Carlsten, seorang penulis studi senior mengatakan, "Orang-orang mungkin ingin berpikir dua kali pada saat mereka terjebak kemacetan dengan jendela yang dibuka."

"Penting untuk memastikan filter udara mobil Anda berfungsi dengan baik dan jika Anda sedang berjalan atau bersepeda di jalan yang sibuk, pertimbangkan untuk beralih ke rute yang tidak terlalu padat," jelasnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perubahan yang Terjadi

Para peneliti secara khusus memusatkan perhatian pada perubahan jaringan mode default otak (DMN). Ini merupakan satu set daerah di otak yang lebih aktif selama tugas pasif daripada tugas yang menuntut perhatian eksternal yang terfokus. 

Kerusakan pada DMN memengaruhi beberapa area otak termasuk korteks prefrontal medial, korteks cingulate posterior, lobus parietal inferior, korteks temporal lateral, dan formasi hippocampal. 

Aktivitas di DMN melonjak saat kita bangun dan tidak terlibat dalam kegiatan tertentu. Misalnya, ketika kita sedang melamun, mengingat kembali kenangan, membayangkan masa depan, memantau lingkungan kita, memikirkan niat orang lain, dan sebagainya.

Dr Jodie Gawryluk, seorang psikolog di University of Victoria dan penulis pertama studi tersebut mengatakan, "Kami tahu bahwa konektivitas fungsional yang berubah di DMN telah dikaitkan dengan penurunan kinerja kognitif dan gejala depresi, jadi mengkhawatirkan ketika melihat polusi lalu lintas mengganggu hal yang sama."

"Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak fungsional dari perubahan ini, ada kemungkinan hal itu dapat merusak pemikiran atau kemampuan orang untuk bekerja," tambahnya. 

3 dari 4 halaman

Fungsi Area DMN

Jaringan mode default memiliki berbagai fungsi yang dapat terhambat setelah berjam-jam terjebak dalam kemacetan.

DMN adalah pusat refleksi diri dan menunjukkan aktivitas selama perenungan tentang siapa kita, sifat kepribadian kita, dan perasaan kita.

DMN berperan dalam ingatan kita tentang masa lalu. Fungsionalitasnya sangat penting untuk kemampuan kita menyimpan ingatan episodik, atau catatan mendetail tentang peristiwa yang terjadi pada saat-saat tertentu dalam hidup kita.

4 dari 4 halaman

Temuan Lama

Sebenarnya, fakta bahwa paparan knalpot diesel dapat merusak otak bukanlah temuan baru. 

Pada tahun 2008, peneliti Belanda memantau 10 sukarelawan yang terhubung ke electroencephalograph (EEG) dan terpapar selama 30 menit ke udara di laboratorium yang tercemar asap diesel yang disesuaikan dengan tingkat khas jalan kota yang sibuk.

Pada saat itu, para peneliti melihat bahwa otak mereka menunjukkan respons stres, yang menunjukkan perubahan pemrosesan informasi di korteks otak, yang terus meningkat bahkan setelah subjek dijauhkan dari paparan asap. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.