Sukses

Daftar 3 Negara Larang Lato-Lato, Dianggap Bahaya hingga Melecehkan

Berikut ini daftar tiga negara larang lato-lato, Liputan6.com rangkum dari sejumlah sumber:

Liputan6.com, Jakarta - Lato-lato kini tengah jadi primadona di Indonesia. 

Lato-lato ternyata juga bukan mainan yang populer di kalangan warga Indonesia saja, melainkan juga bagi sejumlah warga negara asing. Bahkan mainan ini lebih dulu viral.

Mengutip Groovy History, sejumlah nama yang disematkan untuk permainan itu adalah clackers, click-clacks, knockers, Ker-Bangers dan Clankers.

Meski viral, mainan lato-lato juga dikenal sebagai permainan yang cukup membuat orang tua penuh rasa khawatir karena dianggap cukup berbahaya dan bisa menyebabkan cedera.

Cara memainkan lato-lato saling tertekan bisa menyebabkan bundalan lato-lato bisa lepas dari talinya dan membuat anak cedera. Tak hanya itu, suara bisingnya juga terkadang membuat seseorang kesal karena bisa mengganggu konsentrasi. Terutama, jika dimainkan dengan sangat cepat dengan suara yang sangat nyaring.

Selain itu, lato-lato ternyata juga dilarang sejumlah negara. Di mana saja?

Berikut ini daftar tiga negara larang lato-lato, Liputan6.com rangkum dari sejumlah sumber pada Kamis (12/1/2023):

1. Amerika Serikat

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AS)

Ini adalah kisah tentang mainan yang memicu perhatian orang tua dan campur tangan pemerintah.

Seperti yang dilaporkan New York Times pada 12 Februari 1971, "Mengutip setidaknya empat cedera, Food and Drug Administration (FDA) AS mengeluarkan peringatan publik terhadap clackers, mainan yang menikmati lonjakan popularitas yang mirip dengan hula-hoop di tahun-tahun sebelumnya."

Anda tahu Amerika beruntung ketika "setidaknya empat kasus cedera" menggerakkan FDA untuk mengeluarkan peringatan nasional tentang bahaya mainan lato-lato.

Badan tersebut juga mengumumkan bahwa mereka akan menguji clackers dari lebih dari selusin perusahaan untuk menentukan "kecepatan dan potensi pecah sebelum memutuskan apakah akan melarang mainan tersebut".

Larangan ini menarik perhatian Society for the Prevention of Blindness yang menjadi juara melawan bahaya para clackers. Sejumlah komite dan organisasi bermunculan di sekitar bahaya para clackers; menurut sebuah esai oleh Sarah Slobin di Quartz,

"Paranoia tentang mainan yang tidak aman menjadi fitur yang meluas di masa kanak-kanak Baby Boomers Amerika, yang pada akhirnya menabur benih untuk gaya pengasuhan helicopter parenting saat ini."

Mengutip sejumlah sumber, helicopter parenting adalah gaya asuh di mana orang tua sangat memperhatikan pengalaman dan masalah anak atau anak-anak.

Lato- lato kemudian kehilangan 'kekuatan' ketika US Consumer Product Safety Commission (Komisi Keamanan Produk Konsumen AS) menganggap mainan itu sebagai "bahaya mekanis". Orang tua di seluru penjuru AS pun bergembira karena lato-lato era itu menghilang dari pasar.

Sejak itu tak ada lagi suara memekakkan telinga, yang bagi sebagian orang sangat menyenangkan, membuat ketagihan, dan terkadang meledak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Inggris

Mengutip situs Cover Cloud, diketahui bahwa lato-lato atau clackers ini juga masuk dalam daftar gadget yang telah dilarang selama bertahun-tahun di seluruh penjuru Inggris.

Mainan yang mematahkan pergelangan tangan anak-anak di sekolah dasar di seluruh Inggris pada tahun 70an. Dua bola plastik yang diikatkan pada seutas tali yang dapat dipegang pengguna untuk membuat bola-bola itu berbenturan satu sama lain.

Selain itu, bola-bola itu kadang-kadang meledak dan pecahannya menyembur sehingga membahayakan.

 

3 dari 4 halaman

3. Mesir

Di Mesir clackers juga jadi masalah. Tidak ada yang benar-benar tertarik kecuali anak-anak di Mesir pada tahun 2017.

Ternyata, di Mesir mainan itu disebut "bola Sisi", mengacu pada buah zakar Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

Tentu saja, begitu "bola Sisi” menjadi populer, polisi mulai menangkap penjual dan menyita 1.403 pasang mainan tersebut. Untuk beberapa alasan aneh, mereka dianggap menyinggung pemerintah.

 

4 dari 4 halaman

Perubahan Material dari Kaca Menjadi Plastik

Awalnya, clackers dibuat dengan kaca temper tetapi setelah beberapa pecah dan membuat pecahan kaca beterbangan seperti pisau Ginsu kecil, pabrikan beralih ke plastik. Sayangnya, ketika peralihan material ke plastik menghentikan pecahan kaca kecil terbang dengan kecepatan tinggi seperti bom yang baru saja meledak, mereka sejatinya tidak juga menyelesaikan masalah.

Faktanya, pecahan plastik cenderung lebih sering meledak daripada pecahan kaca. Perbaikannya adalah setidaknya lato-lato dari plastik memantul di sekitar ruangan tak seperti yang terbuat dari kaca yang meledak begitu saja.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.