Sukses

Iran Laporkan 200 Orang Tewas dalam Aksi Protes

Iran melaporkan ratusan orang telah tewas akibat aksi protes.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Ebrahim Raisi pada Sabtu (3/12) memuji Republik Islam Iran sebagai penjamin hak-hak dan kebebasan. Ia membela sistem kekuasaan di tengah penindakan keras pemerintah terhadap protes-protes anti-pemerintah yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menewaskan lebih dari 300 orang.

Sementara, sebuah badan keamanan negara mengatakan bahwa 200 orang, termasuk para anggota pasukan keamanan, tewas dalam kerusuhan itu. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada angka yang diberikan oleh PBB dan kelompok-kelompok hak-hak asasi manusia (HAM).

Dilansir VOA Indonesia, Minggu (4/12/2022), protes-protes itu, yang memasuki bulan ketiga, dipicu kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi berusia 22 tahun. Ia tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan peraturan jilbab di negara itu.

Demonstrasi itu telah bergulir menjadi revolusi populer oleh rakyat Iran yang diikuti semua lapisan masyarakat. Aksi itu memberikan tantangan paling berat bagi pemimpin negara sejak revolusi 1979.

Sementara itu, sebuah video media sosial memperlihatkan pihak berwenang menghancurkan rumah keluarga Elnaz Rekabi. Ia adalah seorang pendaki yang berkompetisi dalam kontes internasional tanpa mengenakan jilbab pada Oktober. Rekabi mengaku ia tidak sengaja, tapi aksinya dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap protes-protes itu.

Media pemerintah pada Sabtu (3/12) mengutip kepala pengadilan di provinsi Zanjan bahwa putusan untuk menghancurkan vila itu telah dikeluarkan empat bulan lalu, karena keluarga itu tidak memiliki izin konstruksi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kelompok HAM: Demonstrasi Iran Akibat Kematian Mahsa Amini Tewaskan 448 Orang

Sementara kelompok HAM mengatakan bahwa pasukan keamanan Iran telah menewaskan sedikitnya 448 orang dalam tindakan keras terhadap demonstrasi yang dimulai pada pertengahan September.

Dari 448 orang yang dipastikan tewas, 60 adalah anak-anak berusia di bawah 18 tahun, termasuk sembilan anak perempuan, dan 29 perempuan, kata kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Norwegia.

3 dari 5 halaman

Korban Tewas

Dikatakan 16 orang tewas oleh pasukan keamanan dalam sepekan terakhir saja, 12 di antaranya tewas di daerah berpenduduk Kurdi di mana protes sangat intens.

Jumlah korban juga meningkat setelah kematian orang yang terbunuh pada minggu-minggu sebelumnya diverifikasi dan dimasukkan, tambahnya. Jumlah korban hanya mencakup warga yang tewas dalam penumpasan dan bukan anggota pasukan keamanan.

Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh dari Korps Pengawal Revolusi Islam mengatakan lebih dari 300 orang telah tewas, pertama kali pihak berwenang mengakui angka seperti itu.

4 dari 5 halaman

Protes Akibat Kematian Mahsa Amini

Protes meletus setelah kematian Mahsa Amini yang telah ditangkap oleh polisi moralitas Teheran dan telah menjadi tantangan terbesar bagi rezim sejak revolusi 1979.

Amiry-Moghaddam mengatakan lebih dari separuh kematian tercatat di wilayah yang dihuni oleh Sunni Baluch atau etnis minoritas Kurdi.

Kematian terbanyak terjadi di wilayah tenggara Sistan-Baluchistan di mana 128 orang tewas setelah protes yang memiliki percikan terpisah tetapi telah menambah kemarahan nasional, kata IHR.

Setelah itu, kematian terbanyak dicatat di provinsi Kurdistan dan Azerbaijan Barat yang berpenduduk Kurdi barat, di mana masing-masing 53 dan 51 orang tewas, katanya.

5 dari 5 halaman

UNICEF Kutuk Kekerasan hingga Penganiayaan Anak-anak dalam Protes di Iran

Badan anak-anak PBB (UNICEF) Minggu (27/11) mengeluarkan pernyataan yang mengutuk “kekerasan dan penganiayaan yang dilaporkan telah merenggut nyawa lebih dari 50 anak-anak dan melukai lebih banyak lagi selama berlangsung kerusuhan masyarakat di Iran.”

UNICEF mengatakan “sangat prihatin mengenai berlanjutnya penggerebekan dan penggeledahan yang dilakukan di beberapa sekolah” dan bahwa “sekolah-sekolah harus selalu menjadi tempat aman bagi anak-anak.”

UNICEF melaporkan telah menyampaikan secara langsung keprihatinannya kepada pihak berwenang di Iran sejak kasus-kasus korban anak-anak pertama terjadi sebagai tanggapan atas protes masyarakat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.