Sukses

Detik-Detik Pesawat Sukhoi Su-30 Rusia Jatuh di Rumah Warga

Pesawat Sukhoi Su-30 ini jatuh di area pemukiman publik.

Liputan6.com, Jakarta Pesawat Sukhoi Su-30 milik Rusia dilaporkan jatuh di pemukiman warga di kota Irkutsk, Siberia. Insiden itu terekam kamera dengan sangat jelas. 

Pada sebuah video di media sosial, tampak sekelompok anak sedang bermain di sebuah lapangan ketika pesawat Sukhoi Su-30 itu jatuh, meledak, dan asap hitam pekat membumbung tinggi. 

Berdasarkan laporan BBC, Senin (24/10/2022), pesawat Sukhoi Su-30 itu menimpa rumah dua tingkat di Irkutsk. Gubernur Igor Kobzev berkata penghuni rumah tidak meninggal, namun dua orang pilot meninggal.

Kementerian Situasi Darurat Rusia berkata pesawat jet tersebut sedang diuji ketika jatuh di pemukiman. Pemadam kebakaran lantas menuju lokasi untuk menjinakkan api.

Komite Investigasi di Rusia telah membuka investigasi kriminal untuk mengecek apakah ada pelanggaran aturan keselamatan udara.

Jatuhnya pesawat Sukhoi juga terjadi pada pekan lalu. Pesawat militer Sukhoi Su-34 jatuh ke apartemen di kota Yeysk yang berada di selatan Rusia. Api besar pun melalap pemukiman masyarakat.

Akibat insiden itu setidaknya 15 orang tewas, namun pilot pesawat berhasil melakukan eject sebelum tabrakan. Warga setempat juga berusaha menolong salah satu pilot yang mendarat dengan parasut.

Kementerian Pertahanan Rusia berkata pesawat bomber tersebut juga sedang latihan ketika salah satu mesinnya rusak. 

Kota Yeysk berbatasan dengan wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. Posisi kota itu digunakan untuk pelatihan penerbangan angkatan laut Rusia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

PBB Tuduh Rusia Halangi Akses Bantuan ke Daerah Kekuasaannya di Ukraina

Sebelumnya dilakukan, Koordinator kemanusiaan PBB di Ukraina pada Kamis (20/10) mengatakan bahwa Rusia tidak memberikan akses ke daerah-daerah yang dikuasainya saat menjelang musim dingin dan jutaan orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

"Tanggapan dari pihak Ukraina hampir selalu positif," kata Denise Brown kepada awak media di markas PBB. "Sayangnya, di pihak Rusia, permintaan (akses) itu selalu ditolak," demikian seperti dikutip dari Antara Sabtu (22/10).

Saat pertempuran terus berlanjut di wilayah timur dan selatan, Moskow meluncurkan sederet serangan terhadap sejumlah kota di Ukraina dalam dua pekan terakhir yang telah membunuh dan melukai puluhan orang dan juga menghancurkan infrastruktur vital.

Sekitar 680 korban warga sipil tercatat di Ukraina sejak 1-16 Oktober, menurut Kantor HAM PBB.

Brown menuturkan serangan baru-baru ini telah mengurangi mobilitas badan yang dipimpinnya sekaligus memperlambat tanggapan kemanusiaan.

"Terjadi kerusakan yang cukup parah, cukup parah," katanya. "Ketika saya berdiri di gedung-gedung yang telah hancur lebur, itu benar-benar nyata. Nyata."

Ditanya tentang berapa lama waktu yang diperlukan untuk membangun kembali negara tersebut, ia mengatakan: "Ketika anda berdiri di depan gedung-gedung ini, yang benar-benar hancur, puing-puing bangunan di banyak wilayah -- ini tidak untuk tahun depan. Ini untuk waktu yang begitu lama. Berapa lama? Saya tidak tahu, tetapi tidak untuk saat ini."

Pasukan Ukraina berhasil membuat kemajuan di wilayah-wilayah pendudukan sejak perang dimulai pada 24 Februari.

Rusia mengerahkan lebih banyak tentara cadangan dan mencaplok empat wilayah Ukraina yakni Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk dan Luhansk menyusul apa yang disebut komunitas internasional sebagai referendum "palsu".

3 dari 4 halaman

NATO Ingatkan Iran Jangan Lagi Kirim Drone untuk Bantu Rusia Perangi Ukraina

Beralih ke isu drone kamikaze, setiap indikasi menunjukan Iran telah memasok drone ke Rusia, kata kepala NATO pada Kamis (21/10).

NATO menyebut, Iran memberikan dukungan untuk menyerang Ukraina dan sekutu Baratnya, termasuk AS.

"Kami menyerukan semua negara, termasuk Iran, untuk tidak mendukung perang ilegal Rusia melawan Ukraina," kata Jens Stoltenberg pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, dikutip dari laman Anadolu (21/10).

"Serangan mengerikan yang telah kita lihat dari drone ini hanya menyoroti urgensi dan meningkatkan dukungan untuk Ukraina," katanya, seraya menambahkan bahwa beberapa negara NATO, termasuk Jerman, AS, Belanda, dan Prancis, "sekarang dalam proses pengiriman sistem pertahanan udara," ke Kyiv.

Ukraina dan para pendukungnya menuduh Moskow menggunakan pesawat tak berawak militer Iran untuk menyerang banyak sasaran.

Setelah serangan itu, Kyiv kini tengah mempertimbangkan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran.

4 dari 4 halaman

AS Sebut Banyak Bukti

Iran menolak tuduhan itu dan mengatakan tuduhan itu bermuatan politik dan biangkeladinya negara Barat.

Stoltenberg menegaskan bahwa NATO "memantau dengan cermat apa yang dilakukan Iran dalam hal memberikan dukungan apa pun kepada Rusia."

"Kami meminta Iran untuk tidak menyediakan drone atau rudal. Dan setiap pasokan rudal jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB," katanya.

Pernyataan NATO muncul sehari setelah AS mengatakan memiliki "bukti berlimpah" bahwa Rusia menggunakan pesawat tak berawak Iran di Ukraina.

“Ketika Iran terus berbohong dan menyangkal memberikan senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina, kami berkomitmen untuk bekerja dengan sekutu dan mitra untuk mencegah pengiriman persenjataan berbahaya ke Rusia,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan.

Dia memperingatkan bahwa AS tidak akan ragu untuk menggunakan sanksi dan cara lain yang sesuai terhadap semua yang terlibat dalam transfer ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.