Sukses

Makin Panas, NATO dan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Tengah Invasi Moskow ke Ukraina

NATO dan Rusia dikabarkan secara terpisah akan mengadakan latihan nuklir.

Liputan6.com, Moskow - NATO dan Rusia dikabarkan secara terpisah akan mengadakan latihan nuklir yang telah lama direncanakan, menyusul ketegangan besar saat Rusia melanjutkan perangnya terhadap Ukraina.

Pentagon dan komunitas intelijen Amerika Serikat mengawasi setiap gerakan tak terduga atau tidak biasa dari senjata nuklir Moskow selama latihan Rusia, yang diperkirakan akan berlangsung sebelum akhir bulan, menurut beberapa pejabat AS.

“Kami percaya bahwa retorika nuklir Rusia dan keputusannya untuk melanjutkan latihan ini saat berperang dengan Ukraina menunjukkan bahwa mereka tidak bertanggung jawab,” kata seorang pejabat senior pertahanan NATO kepada CNN.

Latihan Rusia yang disebut Grom sudah dilakukan setiap tahun, menurut AS, dikutip dari CNN, Senin (17/10/2022).

“Kami mengantisipasi latihan akan berlangsung beberapa hari. Ini akan mencakup tindakan dalam batas normal dari apa yang telah dilakukan Rusia di masa lalu. Ini akan mencakup peluncuran rudal langsung dan penyebaran aset strategis,” kata John Kirby, Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional.

Meskipun latihan Rusia rutin, itu terjadi setelah Presiden Joe Biden mengeluarkan peringatan keras awal bulan ini tentang bahaya ancaman nuklir Presiden Vladimir Putin karena Moskow terus menghadapi kemunduran militer di Ukraina.

“Pertama kali sejak krisis rudal Kuba, kami mendapat ancaman langsung dari penggunaan senjata nuklir,” kata Biden dalam sambutannya pada penggalangan dana partai Demokrat di New York.

Setelah pernyataan Biden, pejabat pemerintah menekankan bahwa AS masih belum melihat bukti bahwa Putin bergerak ke arah menggunakan kemampuan nuklirnya.

Juga tidak ada intelijen yang memberikan info bahwa Putin telah memutuskan untuk melakukannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Negara Anggota IMF Serukan Rusia Akhiri Perang di Ukraina

Negara-negara anggota Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat (14/10) mengeluarkan seruan yang hampir dicapai secara aklmasi agar Rusia mengakhiri perang di Ukraina, kata ketua komite pengarah IMF. Disebutkan bahwa konflik itu merupakan faktor tunggal terbesar yang memicu inflasi dan memperlambat ekonomi global.

Namun Nadia Calvino, Menteri Ekonomi Spanyol, mengatakan pada konferensi pers bahwa Rusia kembali memblokir konsensus untuk mengeluarkan komunike bersama selama pertemuan Komite Moneter dan Keuangan Internasional.

Calvino mengatakan seruan untuk mengakhiri perang lebih kuat daripada pertemuan IMF dan Bank Dunia pada April sementara konflik itu menyebabkan kerawanan pangan dan energi, kenaikan harga dan risiko stabilitas keuangan.

“Sangat jelas hanya pada tingkat manusia, tingkat praktis, tingkat objektif – Hentikan perang. Hentikan perang,” kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (16/10/2022).

Sentimen Georgieva itu digaungkan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang mengatakan pada konferensi pers terpisah bahwa dalam memikirkan tanggapan ekonomi, “jelas apa yang paling penting, dan semua orang setuju Rusia harus menghentikan perangnya terhadap Ukraina.”

Penolakan Rusia terhadap seruan semacam itu memaksa komite pengarah IMF untuk mengeluarkan pernyataan ketua, kata Calvino.

Pernyataan itu menyerukan bank-bank sentral untuk mengupayakan stabilitas harga, sementara kebijakan fiskal harus memprioritaskan perlindungan kelompok rentan dari biaya hidup yang lebih tinggi.

3 dari 4 halaman

600 Permukiman yang Sempat Diduduki Rusia Telah Dibebaskan oleh Ukraina

Otoritas Ukraina mengklaim telah membebaskan lebih dari 600 permukiman dari pendudukan Rusia dalam sebulan terakhir, termasuk 75 di antaranya di wilayah Kherson yang sangat strategis.

Kementerian Reintegrasi Wilayah Pendudukan Sementara Ukraina mengatakan sekitar 502 permukiman telah dibebaskan di wilayah timur laut Kharkiv di mana pasukan Ukraina bulan lalu maju jauh ke dalam garis Rusia.

Selain itu, 43 permukiman di Donetsk dan tujuh permukiman di Luhansk juga dibebaskan.

"Wilayah-wilayah Ukraina yang dibebaskan telah meningkat secara signifikan," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan di situs resminya, Kamis malam (13/10), seperti dikutip dari Antara (15/10/2022).

Kherson, Donetsk, Luhansk, dan Zaporizhzhia dicaplok oleh Rusia bulan lalu sebagai serangan balasan oleh pasukan Ukraina yang dengan cepat maju di timur laut, timur, dan selatan.

Pencaplokan itu dikecam oleh Ukraina dan Barat karena dianggap ilegal.

Pada Kamis, gubernur wilayah Kherson di Ukraina yang diangkat oleh Rusia mengimbau penduduk untuk mengungsi di tengah pertempuran antara pasukan Rusia dan pasukan Ukraina.

Pada akhir Agustus 2022, Ukraina melancarkan serangan balasan terhadap pasukan Rusia yang menduduki negara itu sejak awal invasi mereka pada Februari.

Rusia menyebutkan tindakan di Ukraina sebagai operasi militer khusus untuk demiliterisasi negara tetangganya.

4 dari 4 halaman

Invasi Rusia ke Ukraina Picu 15 Negara NATO Setujui Pengadaan Perisai Langit Eropa

Sehubungan dengan invasi Rusia ke Ukraina, 15 negara NATO akhirnya bersepakat untuk membentuk Inisiatif Perisai Langit Eropa. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kemampuan pertahanan yang lebih baik.

Mengutip DW Indonesia, Jumat (14/10/2022), Jerman dan 14 negara NATO lainnya mengadakan acara penandatanganan deklarasi untuk pengadaan bersama sistem pertahanan udara di markas aliansi di Brussels, Belgia, Kamis 13 Oktober.

Negara-negara anggota NATO itu, menyetujui inisiatif yang diajukan Jerman demi melindungi wilayah udara Eropa.

Sistem pertahanan udara seperti Arrow 3 dan Patriot termasuk dalam deklarasi yang disebut European Sky Shield Initiative (ESSI) atau Inisiatif Perisai Langit Eropa.

"Sebanyak 15 negara telah berkumpul untuk mengatur pengadaan bersama di bawah koordinasi Jerman, berkaitan dengan kesepakatan pertahanan udara Eropa. Ini adalah sesuatu di mana kita memiliki celah,” kata Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.