Sukses

Pemilu Brasil Lanjut Putaran Kedua, Eks Presiden Brasil dan Petahana Bersaing Sengit

Pemilu Presiden Brasil harus Menuju Dua kali Putaran setelah salah Satu Kandidat yaitu Mantan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva Kurang Mendapat Suara.

Liputan6.com, Brasilia - Dua kandidat teratas calon presiden Brasil akan saling berhadapan dalam pemungutan suara putaran kedua, setelah tidak ada yang mendapat cukup suara untuk menang langsung pada Minggu 2 Oktober 2022.

Pemilu Brasil ini untuk memutuskan apakah negara itu akan mengembalikan pucuk pimpinan negara demokrasi terbesar keempat di dunia ke sayap kiri, atau mempertahankan petahana sayap kanan berkuasa.

Melansir laman AP News, Senin (3/10/2022), jumlah 99,9% suara yang dihitung sejauh ini mengunggulkan mantan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva dengan 48,4% dan Presiden Jair Bolsonaro mendapat 43,2%.

Sembilan kandidat lain juga ikut bersaing, tetapi dukungan mereka tidak sebanding dengan dua kandidat dengan pendukung paling banyak.

Ketatnya hasil ini mengejutkan, karena jajak pendapat pra-pemilu telah memprediksi Luiz Inácio Lula da Silva keunggulan yang besar. Survei Datafolha terakhir yang diterbitkan Sabtu 1 Oktober menemukan keunggulan 50% banding 36% untuk Luiz Inácio Lula da Silva.

Survei ini dilakukan dengan mewawancarai 12.800 orang, hasil presentase kesalahan sebanyak 2 poin persentase.

"Perbedaan yang ketat antara Lula dan Bolsonaro ini tidak diprediksi," kata Nara Pavão, Dosen yang mengajar ilmu politik di Universitas Federal Pernambuco.

Berbicara pada konferensi pers usai pemungutan suara, Luiz Inácio Lula da Silva menyebut pemungutan suara lanjutan yang dijadwalkan pada 30 Oktober melawan Jair Bolsonaro ibaratnya "perpanjangan waktu" dalam pertandingan sepak bola.

"Saya ingin memenangkan pemilihan dalam putaran pertama. Tapi itu tidak selalu mungkin," katanya.

Presiden Jair Bolsonaro mengatakan kepada wartawan di ibu kota Brasilia bahwa dia memahami ada "keinginan untuk perubahan" di antara penduduk, yang terdampak oleh krisis ekonomi dan inflasi yang tinggi. "Tetapi perubahan tertentu malah dapat membuatnya menjadi lebih buruk."

Presiden Bolsonaro, yang telah berulang kali mempertanyakan keandalan mesin elektronik negara itu, tidak melakukan protes terhadap hasil yang diperoleh, meskipun dia mengatakan sedang menunggu informasi lebih lanjut dari Kementerian Pertahanan.

Dia menambahkan bahwa hasil bagus partainya di Kongres dengan memenangkan kursi terbanyak, dan dapat membawa dukungan baru menjelang pemungutan suara 30 Oktober.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro

Pemerintahan Bolsonaro telah ditandai dengan sejumlah pidato membara, terhadap lembaga-lembaga demokrasi, penanganan pandemi COVID-19 yang dikritik secara luas, dan penggundulan hutan terburuk di hutan hujan Amazon dalam 15 tahun terakhir.

Tetapi dia telah membangun basis yang berdedikasi dengan membela nilai-nilai konservatif, menolak kebenaran politik, dan menampilkan dirinya sebagai pelindung bangsa dari kebijakan sayap kiri yang menurutnya melanggar kebebasan pribadi dan menghasilkan kekacauan ekonomi.

Pemulihan ekonomi yang lambat belum menjangkau masyarakat miskin. 33 juta orang Brasil dilaporkan kelaparan, meskipun pembayaran kesejahteraan lebih tinggi.

Seperti beberapa negara tetangganya di Amerika Latin yang menghadapi inflasi tinggi dan banyak orang yang terpaksa harus kehilangan pekerjaan mereka, Brasil sekarang ini juga sedang mempertimbangkan pergeseran ke politik sayap kiri.

Presiden Jair Bolsonaro telah mengklaim memiliki bukti kecurangan pemilu, tetapi Ia tidak pernah menunjukkannya, bahkan setelah otoritas pemilu menetapkan tenggat waktu untuk melakukannya.

Dia mengatakan baru-baru ini pada 18 September, jika dia tidak menang di putaran pertama karena pasti ada sesuatu yang "tidak normal."

 

3 dari 4 halaman

Sekilas Profil Mantan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva

Luiz Inácio Lula da Silva (76) dulunya adalah seorang pekerja logam yang bangkit dari kemiskinan dan menduduki kursi kepresidenan. Ia dikenang karena membangun program kesejahteraan sosial yang ekstensif, selama masa jabatannya pada tahun 2003-2010.

Selama menjabat ia membantu puluhan juta orang ke kelas menengah.

Tetapi dia juga dikenang karena keterlibatan pemerintahannya dalam skandal korupsi besar-besaran, yang menjerat politikus dan eksekutif bisnis.

Hukuman Luiz Inácio Da Silva sendiri karena korupsi dan pencucian uang menyebabkan 19 bulan penjara. Kondisi tersebut mengesampingkannya dari pemilihan presiden 2018, yang menurut jajak pendapat menunjukkan bahwa dia memimpin melawan Bolsonaro.

Mahkamah Agung kemudian membatalkan hukuman da Silva dengan alasan bahwa hakim itu bias dan berkolusi dengan jaksa.

Pekerja sosial Nadja Oliveira (59) mengatakan dia memilih Luiz Inácio Lula da Silva dan bahkan menghadiri rapat umum, tetapi sejak 2018 ia memilih Bolsonaro.

"Sayangnya Partai Pekerja mengecewakan kami. Partai ini berjanji untuk menjadi berbeda," katanya di Brasilia.

 

4 dari 4 halaman

Politik Sayap Kanan

Pada Sabtu 1 Oktober, Presiden Jair Bolsonaro membagikan postingan media sosial oleh politisi asing yang condong ke kanan, termasuk mantan Presiden AS Donald Trump, yang menyerukan warga Brasil untuk memilihnya.

Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyatakan rasa terima kasih atas hubungan bilateral yang lebih kuat dan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán juga memujinya.

Setelah pemungutan suara, Presiden Jair Bolsonaro mengatakan kepada wartawan bahwa "pemilihan yang bersih harus dihormati", dan bahwa putaran pertama akan menentukan. Ketika ditanya apakah dia akan menghormati hasilnya, dia mengacungkan jempol dan berjalan pergi.

Leda Wasem (68) tidak ragu mengatakan jika Presiden Jair Bolsonaro tidak akan terpilih kembali. Mengenakan jersey skuad sepak bola nasional di tempat pemungutan suara di pusat kota Curitiba, agen real estat itu mengatakan kemenangan Luiz Inácio Lula da Silva hanya bisa memiliki satu penjelasan, yaitu kecurangan.

"Saya tidak akan percaya. Di tempat saya bekerja, di mana saya pergi setiap hari, saya tidak melihat satu orang pun yang mendukung Lula," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.