Sukses

Detik-Detik Satelit NASA Tabrak Asteroid Sebesar Stadion untuk Lindungi Bumi

DART Mission milik NASA menjadi sorotan usai tabrak asteroid.

Liputan6.com, Jakarta - Satelit NASA berhasil menabrak satelit dalam rangka latihan melindungi planet Bumi. Program itu bernama DART Mission. 

"Ini hanyalah sebuah tes untuk pertahanan planet," tulis NASA lewat akun Twitter resminya, dikutip Selasa (27/9/2022). 

Rekaman itu disiarkan secara langsung oleh NASA. Targetnya adalah sebuah asteroid tak berbahaya, yakni asteroid Dimorphos. 

DART Mission itu terbang dengan kecepatan enam kilometer per detik. Asteroid Dimorphos memiliki ukuran sebesar stadion. 

Berikut video detik-detik penabrakan asteroid

Pada akhir video, para tim NASA tampak girang. Salah satunya berkomentar bahwa tim NASA mengerjakan proyek ini selama setidaknya tujuh tahun. Ia mengaku timnya merasa senang sekaligus takut menjelang penabrakan. 

"Saya terkejut tidak ada dari kita yang pingsan," ujarnya pada video yang diposting NASA. 

Google juga menampilkan animasi khusus untuk menyambut penabrakan ini. Jika mencari "DART Mission" di Google, maka akan ada animasi satelit bertabrakan dengan asteroid

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Google dan NASA Hadirkan Tata Surya ke Dalam Model Tiga Dimensi

Sebelumnya dilaporkan, pecinta tata surya kini dapat mempelajari lebih banyak hal mengenai tata surya dengan pengalaman baru di Google Search dan Google Arts & Culture.

Bekerja sama denggan NASA, Google Arts & Culture menghadirkan lebih dari 60 model tiga dimensi (3D model) yang terdiri atas planet, bulan, dan pesawat luar angkasa NASA ke Google Search. 

"Saat Anda menggunakan Google Search untuk menelusuri topik-topik ini, cukup klik tombol Lihat dalam 3D untuk memahami berbagai elemen berbeda dari apa yang Anda lihat secara lebih baik," kata Google di dalam keterangan resmi.

Selain untuk topik tata surya, model tiga dimensi ini juga akan tersedia untuk sel, konsep biologis (seperti sistem kerangka), dan model edukasi lainnya di Google Search.

Lebih lanjut, Google juga memungkinkan pengguna memakai Augmented Reality untuk memproyeksikan model-model memakai smartphone.

"Proyek Google Arts & Culture yang baru memungkinkan Anda menjelajahi tata surya, dengan cerita tentang hujan berlian di Neptunus, planet gas raksasa dan planet kerdil, bulan-bulan Saturnus, dan misi NASA seperti Parker Solar Probe atau Landsat," tutur Google.

Tak hanya itu, layanan ini juga memungkinkan pengguna berkeliling melihat gambar-gambar terhebat tangkapan Teleskop Hubble, menampilkan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang megah, serta membantu menemukan bagaimana Mars Perseverance Rover mengungkapkan tempat kita di alam semesta.

3 dari 4 halaman

Menginspirasi

Kris Brown, Wakil Administrator Asosiasi NASA untuk Keterlibatan STEM, menyatakan bahwa pengalaman ini adalah cara untuk membantu menginspirasi siswa di masa depan yang mungkin mempertimbangkan karier sebagai generasi penjelajah berikutnya.

"Masa depan bangsa kita di udara dan ruang angkasa dimulai dengan menginspirasi siswa dan memicu keingintahuan mengenai STEM di ruang kelas saat ini," kata Kris.

Kemampuan untuk melihat tata surya kita dan bergabung dengan misi seperti James Webb Space Telescope dalam bentuk tiga dimensi, menurut Kris, akan memberi siswa perspektif unik tentang ruang angkasa. Selain itu, pendekatan ini juga memungkinkan mereka lebih terlibat saat memperluas pemahamannya tentang planet asal dan tempat manusia di alam semesta.

"Kami berharap para siswa ini akan memulai perjalanan belajar di jalur STEM untuk membangun generasi penjelajah berikutnya."

4 dari 4 halaman

NASA Mau Daratkan Astronaut di Bulan Tahun 2025

Sebelumnya, laporan terbaru mengungkap bahwa badan antariksa AS, NASA, berencana akan mendaratkan armada di Bulan pada 2025. Melalui proyek bernama Artemis III, NASA ingin mengulang kesuksesannya mendarat di Bulan, seperti tahun 1969.

Tiga tahun sebelum mendaratkan Artemis III di permukaan Bulan, NASA disebut-sebut telah mengidentifikasi 13 area di dekat kutub selatan Bumi sebagai tempat pendaratan. 

Namun mengutip laporan Gizchina, Rabu (24/8), setiap area pendaratan tidak hanya memiliki satu lokasi pendaratan. Ada beberapa situs pendaratan di tiap area.

Karena lokasi pendaratan tertentu terkait dengan jendela pendaratan, NASA perlu mempertimbangkan kemiringan medan, kemudahan komunikasi Bumi, dan kondisi pencahayaan di calon area pendaratan di Bulan.

Dalam menentukan lokasi pendaratan wahananya di Bulan, NASA juga mengacu pada publikasi dan ilmu tentang Bulan yang dikumpulkan selama beberapa dekade, untuk menilai semua kondisi ini.

Hasil identifikasi NASA, berikut 13 lokasi pendaratan di Bulan yang diidentifikasi:

- Faustini Rim A

- Peak Near Shackleton

- Connecting Ridge

- Connecting Ridge Extension

- de Gerlache Rim 1

- de Gerlache Rim 2

- de Gerlace-Kocher Massif

- Haworth

- Malapert Massif

- Leibnitz Beta Plateau

- Nobile Rim 1

- Nobile Rim 2

- Amundsen Rim

Sumber menyebut, Artemis III dijadwalkan untuk meluncur pada 2025. Saat target peluncuran diatur, NASA akan memilih lokasi pendaratan di tiap area di atas.

Itu artinya, publik tidak akan mengetahui area pendaratan hingga tanggal peluncuran proyek Artemis III diumumkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.