Sukses

15 Orang Tewas Akibat Longsor dan Banjir di China Bagian Selatan

Banjir itu merusak jalan, jembatan dan saluran telekomunikasi serta fasilitas listrik di daerah Qiubei Yunnan, yang berjarak sekitar 130 kilometer dengan perbatasan utara Vietnam.

Liputan6.com, Beijing - Sedikitnya 15 orang meninggal dalam musibah hujan lebat di seluruh kawasan China bagian selatan.

Kantor berita pemerintah Xinhua, mengutip kantor informasi di Kabupaten Wuping melaporkan delapan orang tewas ketika dua bangunan ambruk akibat tanah longsor di provinsi Fujian, dekat pantai timur China.

Sementara televisi pemerintah CCTV dalam sebuah laporan online mengatakan lima orang tewas dan tiga hilang di provinsi Yunnan, sekitar 1.200 kilometer barat daya China, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (30/5/2022).

Video yang dirilis kantor departemen urusan darurat setempat melalui CCTV menunjukkam tim SAR memasuki sebuah taman kanak-kanak yang dikelilingi banjir di provinsi Guizhou bagian selatan, untuk mengevakuasi 22 anak-anak dan guru pada Sabtu (28/5).

Tiga anak di Xincheng, di wilayah Guangxi hanyut pada Jumat (27/5). Dua meninggal dan satu lainnya selamat.

Banjir itu merusak jalan, jembatan dan saluran telekomunikasi serta fasilitas listrik di daerah Qiubei Yunnan, yang berjarak sekitar 130 kilometer dengan perbatasan utara Vietnam.

Di Fujian, lima korban ditemukan di sebuah bangunan pabrik yang roboh, tiga lainnya di gedung tempat tinggal yang juga roboh pada Jumat (27/5) lalu.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1,7 Juta Warga di Shanxi China Terdampak Banjir

Banjir besar menghantam provinsi Shanxi, China. Provinsi itu biasanya kering, namun cuaca ekstrem mengakibatkan banjir hingga sepinggang.

Berdasarkan laporan media pemerintah Xinhua, Senin (11/10/2021), ada 1,76 juta warga China yang terdampak yang berasal dari 76 kabupaten, kota, dan distrik. Ada lebih dari 120 ribu orang harus mengungsi.

Banjir juga merusak 190 ribu hektar kebun dan merobohkan 17 ribu rumah. Bangunan bersejarah UNESCO juga terdampak.

Lembaga tanggap bencana di China telah mengalokasikan 4.000 tenda, 3.200 kasur lipat, hingga pakaian untuk pengungsi.

Otoritas provinsi juga mencairkan 50 juta yuan (Rp 110 miliar) untuk menghadapi bencana ini.

3 dari 3 halaman

Faktor Cuaca

Xinhua menyebut daerah provinsi Shaxi biasanya kering. Namun, hujan deras terjadi pada pekan pertama Oktober 2021.

Rata-rata intensitas hujan itu mencapai 119,5 milimiter. Hal itu tiga kali lebih besar dari rata-rata hujan di bulan Oktober pada tahun-tahun sebelumnya.

Hujan besar di Shanxi itu terjadi dari 2 Oktober malam hingga 7 Oktober pagi.

Global Times menyebut ada faktor gelombang dingin yang membuat kondisi banjir parah.

"Tantangan utama untuk Shanxi adalah suhu rendah yang dibawa oleh gelombang dingin," ujar Hao Nan, kepala pusat pelayanan informasi bencana.

Hao berkata apa yang terjadi di Shanxi adalah presipitasi yang termasuk abnormal. Ini adalah ketiga kalinya fenomena ini terjadi di utara China.

"Cuaca tahun ini dikarakterkan dengan distribusi tak merata dari air dan kekeringan, banyaknya cuaca konvektif yang kuat, dan terutama jumlah tornado yang banyak dengan mangnitudo yang lebih tinggi dari di masa lalu," jelas Hao.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.