Sukses

Kapal Rusia di Pulau Ular Dirusak Pasukan Ukraina

Ukraina mengatakan pihaknya berhasil merusak kapal logistik milik Angkatan Laut Rusia di dekat Pulau Ular, sebuah pulau kecil strategis di bagian depan Laut Hitam.

Liputan6.com, Moskow - Ukraina mengatakan pihaknya berhasil merusak kapal logistik milik Angkatan Laut Rusia di dekat Pulau Ular, sebuah pulau kecil strategis di bagian depan Laut Hitam. Di saat yang sama, sejumlah warga Ukraina meminta bantuan agar saudara mereka yang menjadi tentara yang kini terkepung di Mariupol diselamatkan.

Pertempuran yang kembali meletus dalam beberapa hari terakhir di sekitar Pulau Ular menjadi ajang untuk memperebutkan kendali di wilayah pesisir barat Laut Hitam, menurut sejumlah pejabat pertahanan.

Pasukan Rusia sendiri tampak kesulitan untuk merangsek masuk ke wilayah utara dan timur Ukraina, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (14/5/2022).

"Berkat aksi angkatan laut kita, kapal pembantu Vsevolod Bobrov telah dilalap api. Kapal itu merupakan salah satu kapal terbaru dalam armada Rusia," ujar Serhiy Bratchuk, juru bicara untuk badan militer wilayah Odesa.

Reuters tidak bisa memverifikasi secara detail mengenai klaim tersebut. Kementerian Pertahanan Rusia tidak menjawab permintaan komentar.

Gambar satelit yang diperoleh dari Maxar, sebuah perusahaan swasta Amerika Serikat, menujukkan akibat dari apa yang digambarkan sebagai serangan misil terhadap kapal pendarat Serna milik Rusia di dekat Pulau Ular, yang berlokasi di dekat perbatasan laut antara Ukraina dan Rumania.

Gambar satelit tersebut juga menunjukkan kerusakan pada bangunan di pulau itu, yang menjadi terkenal akibat tentara Ukraina yang bersikeras mempertahankan wilayah pulau tersebut di awal invasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ukraina Ingatkan Dunia, Kemungkinan Rusia Bisa Serang Negara Lain

Presiden Ukrainia, Volodymyr Zelenskyy pada Jumat (22/4), menggunakan pernyataan seorang jenderal Rusia, sebagai bukti bahwa Moskow akan menyerang negara lain apabila Rusia berhasil di Ukraina.

Jenderal itu mengatakan, Rusia bertujuan merebut semua wilayah Ukraina selatan dan timur serta menghubungkannya dengan provinsi yang memisahkan diri di negara tetangga Moldova.

"Itu hanya menegaskan apa yang telah saya katakan beberapa kali: invasi Rusia ke Ukraina hanya sebagai permulaan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya Jumat malam.

Dia mengatakan sebelumnya, komentar Rustam Minnekayev, wakil komandan distrik militer pusat Rusia menunjukkan bahwa Rusia tidak akan berhenti dengan Ukraina.

Kantor berita milik pemerintah Rusia mengutip Minnekayev yang mengatakan Moskow ingin merebut seluruh wilayah Donbas di timur Ukraina, membuat koridor darat untuk menghubungkan dengan semenanjung Krimea dan merebut seluruh wilayah selatan negara itu ke arah barat hingga wilayah Moldova yang memisahkan diri dan diduduki Rusia.

Moldova memanggil duta besar Rusia hari Jumat untuk mengungkapkan “keprihatinan mendalam” atas komentar jenderal itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jalina Porter menolak mengomentari pernyataan jenderal Rusia itu, tetapi mengatakan Washington dengan tegas mendukung kedaulatan Moldova.

3 dari 4 halaman

Vladimir Putin Diajak Dewan Eropa Bahas Situasi Ukraina, Ini Respons Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel membahas situasi di Ukraina selama percakapan telepon pada Jumat (22/4/2022) kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.

Michel memberi tahu Vladimir Putin tentang kontaknya dengan para pemimpin Ukraina selama perjalanan baru-baru ini ke Kiev, dan Putin menguraikan penilaiannya tentang operasi militer khusus Rusia di Ukraina.

Menanggapi panggilan Michel untuk melakukan kontak langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Putin menegaskan bahwa kemungkinan seperti itu tergantung pada hasil nyata dalam pembicaraan damai yang sedang berlangsung.

Dimana, "pihak Ukraina menunjukkan inkonsistensi dan tidak siap untuk mencari solusi yang dapat diterima bersama," demikian dikutip dari Xinhua, Sabtu (23/4/2022).

Rusia telah membatalkan serangan terhadap zona industri pabrik Azovstal di Mariupol Ukraina dan menawarkan semua pasukan perlawanan di sana kesempatan untuk meletakkan senjata dan "menerima perlakuan yang layak," kata Putin.

Dia menjelaskan langkah-langkah Rusia untuk melindungi warga sipil, termasuk pembukaan koridor kemanusiaan.

Michel "sangat mendesak untuk akses kemanusiaan segera dan perjalanan yang aman dari Mariupol dan kota-kota terkepung lainnya pada kesempatan Paskah Ortodoks," katanya di Twitter.

Dia juga menegaskan kembali posisi Uni Eropa (UE), yang mendukung Ukraina dan kedaulatannya, dan mengutuk sanksi atas operasi Rusia, tweetnya.

Putin mengkritik "pernyataan tidak bertanggung jawab" dari pejabat Uni Eropa tentang perlunya menyelesaikan masalah Ukraina melalui cara militer dan mengabaikan "banyak kejahatan perang" oleh pasukan Ukraina, menurut pernyataan itu.

Dia juga mengecam sebagian besar kebijakan Russophobic negara-negara Uni Eropa di bidang budaya, kemanusiaan dan olahraga.

4 dari 4 halaman

Vladimir Putin Klaim Blokade Pabrik Azovstal di Mariupol

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (21/4) memerintahkan blokade pabrik Azovstal di kota pelabuhan Mariupol alih-alih menyerbunya, demikian laporan dari media lokal. Demikian update perang Rusia Ukraina terkini.

Perintah itu diberikan setelah Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan kepada Putin bahwa militer Rusia telah menguasai Mariupol selain dari pabrik di mana prajurit Ukraina masih bersembunyi, demikian dikutip dari laman Xinhua.

Sementara itu, Vladimir Putin terus mendapat tekanan dari dunia internasional. Serangan ekonomi berupa sanksi yang dilancarkan negara-negara Barat terhadap Rusia atas agresi ke Ukraina, dianggap Presiden Rusia Vladimir Putin telah gagal.

Klaim itu disampaikan Putin dalam sebuah rapat pemerintah terkait isu ekonomi pada Senin 18 April.

"Faktor negatif utama bagi ekonomi Rusia dalam beberapa tahun terakhir adalah sanksi Barat, yang ditujukan untuk merusak situasi keuangan dan ekonomi di negara kami dengan cepat, memprovokasi kepanikan di pasar, menghancurkan sistem perbankan, dan menyebabkan kelangkaan barang berskala besar di toko-toko," papar Putin.

Menurut dia, Rusia telah bertahan dari "tekanan yang belum pernah ada sebelumnya" ini saat nilai rubel kembali ke level pada paruh pertama Februari dan nilai surplus neraca pembayaran berjalan saat ini membukukan rekor tertinggi, yakni lebih dari US$ 58 miliar (1 dolar AS = Rp14.349), pada kuartal pertama 2022.

Selain itu, Putin mengakui bahwa dalam satu setengah bulan terakhir, harga konsumen di Rusia telah meningkat 9,4 persen dan inflasi melonjak ke angka 17,5 persen secara tahunan per 8 April.

Kendati demikian, "sanksi-sanksi tersebut pada gilirannya merugikan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dengan naiknya inflasi dan angka pengangguran, memperlemah dinamika ekonomi, mengurangi standar hidup, dan mendevaluasi tabungan," Vladimir Putin menambahkan. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.