Sukses

Tak Terima Melahirkan Anak Laki-laki, Pasangan di New York Tuntut Klinik Kesuburan

Pasangan di New York ini kecewa lantaran jenis kelamin cabang bayi mereka tidak sesuai dengan harapan.

Liputan6.com, New York - Sepasang kekasih menggugat sebuah klinik kesuburan yang diduga berjanji bisa menentukan jenis kelamin embrio sebelum ditanamkan ke dalam rahim klien.

Pasangan di New York ini kecewa lantaran jenis kelamin calon bayi mereka tidak sesuai dengan harapan, demikian dikutip dari laman Oddity Central, Kamis (14/4/2022).

Heather dan Robin Wilhelm-Routenberg telah memutuskan untuk memiliki bayi jika mereka dapat menjamin bahwa itu adalah perempuan, karena trauma emosional yang dialami Heather sebelumnya dalam hidupnya.

Untuk itu, kedua wanita tersebut mendatangi klinik kesuburan CNY di Latham, New York, yang menurut mereka menjamin bisa menentukan jenis kelamin embrio yang dibuat menggunakan sel telur Robbie dan sperma donor. Namun, 15 minggu kehamilan Heather, pasangan itu terkejut mengetahui bahwa mereka memiliki anak laki-laki, meskipun secara khusus meminta anak perempuan.

Keduanya sekarang menggugat klinik atas malpraktik dan pelanggaran kontrak.

Heather Wilhelm-Routenberg baru-baru ini duduk bersama dengan New York Post dan berbicara tentang keterkejutannya saat mengetahui jenis kelamin bayi di dalam rahimnya dan trauma yang mengikutinya.

Dia tampaknya yakin bahwa dia memiliki anak perempuan, seperti yang dijanjikan oleh Klinik CNY. Sementara menurut hasil tes QNatal, mereka mengharapkan anak laki-laki.

“Saat itulah saya membalik, saat itulah saya merasa tubuh saya disandera. Saya berasumsi itu adalah embrio orang lain, bukan embrio kita," kata Heather.

“Itu membuatku takut. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Rasanya seperti ada alien yang hidup di dalam diri saya.”

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Merasa Mengandung Anak Orang Lain

Heather ingat bahwa ketika dia pertama kali mendengar berita itu, dia mengira dia mengandung bayi orang lain, bahwa klinik itu secara keliru menanam embrio lain di tubuhnya.

“Tujuh minggu kemudian kami mendapat email bahwa embrio kami adalah laki-laki. Itu memang laki-laki dan memang berhubungan dengan Robbie. Tidak ada orang lain yang melahirkan bayi kami: Tidak ada bayi perempuan yang lahir,” kenang Heather.

Meskipun aborsi disebutkan sebagai pilihan pada satu titik, fakta bahwa mereka telah kehilangan satu kehamilan sangat sulit diterima.

Keadaan menjadi lebih buruk ketika bayinya lahir, pada Desember 2020.

Heather menggendong anaknya di dadanya, tetapi di sini dia tidak bisa membiarkan dirinya menyentuh bayi tersebut.

Dia harus memakai pelapis tangan terlebih dahulu supaya dia tidak menyentuh dadanya. Kemudian dia mulai mengalami kecemasan emosional, dan pada satu titik dia pikir dia akan menjadi gila.

 

3 dari 3 halaman

Kondisi Anak Saat Ini

Anak itu berusia satu setengah tahun sekarang, dan segalanya menjadi jauh lebih baik.

Robin dan Heather telah berhasil terhubung dengan bayi mereka dan ketika mereka bersama, itu ajaib, tetapi ini merupakan proses yang jauh lebih sulit daripada yang seharusnya.

Karena klinik kesuburan dianggap telah mengacaukan kedua orang tua tersebut, merasa bahwa anak mereka kehilangan beberapa tahun kasih sayang dan itulah mengapa mereka merasa bahwa tindakan hukum terhadap CNY dapat dibenarkan.

“Dia makhluk yang tidak bersalah, dia tidak pantas menerima semua ini. Klinik itu mengacaukan sesuatu yang begitu integral: tahun-tahun formatif pertama bayi kami."

:Itulah alasan saya melakukan ini — karena saya sangat mencintai anak saya. Kami pikir putra kami pantas mendapatkan ikatan itu sejak awal," kata Heather.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.