Sukses

Australia Sengaja Impor Sapi dengan Penyakit Kulit dari Indonesia, Ada Apa?

Jikalau biasanya impor sapi dilakukan pada jenis yang sempurna tanpa sakit, tak demikian dengan pilihan terbaru Australia.

, Canberra - Jikalau biasanya impor sapi dilakukan pada jenis yang sempurna tanpa sakit, tak demikian dengan pilihan terbaru Australia. Negeri Kanguru itu malah sengaja akan mengimpor sapi yang mengidap penyakit kulit dari Indonesia.

Mengapa demikian?

Jawabannya, bertujuan agar ilmuwan bisa mengembangkan vaksin untuk mencegah penyebaran infeksi jika akhirnya virus itu masuk ke Australia.

Menteri Pertanian David Littleproud mengatakan lembaga penelitian CSIRO di Geelong, Victoria, akan menguji virus yang dapat memusnahkan industri daging merah dan produk susu Australia.

"Ini merupakan langkah besar dan tidak bisa saya anggap enteng. Tapi itulah risiko penyakit kulit yang sekarang ada di Indonesia dan sangat bisa menyebar luas," kata Menteri Pertanian David Littleproud seperti dikutip dari ABC Australia, Minggu (10/4/2022). 

"Langkah Ini tidak akan memengaruhi status penyakit hewan ternak di Australia maupun peluang perdagangan kita," ujar Menteri David.

Opsi Penyakit Sapi dengan Bintil

Australia memutuskan untuk mengimpor sapi dari Indonesia dengan penyakit kulit berupa bintil dan benjolan hitam pada kulit yang konon disebarkan oleh lalat, kutu dan nyamuk.

Selain menyebabkan demam, bintil pada kulit hewan ternak juga bisa menyebabkan kematian.

Penyakit pada kulit sapi terdeteksi di Indonesia pada awal Maret lalu.

"Virus kulit sapi ini, saya khawatir akan datang dan akhirnya masuk ke Australia," tambahnya.

Saat ini jarak penyakit ternak itu ke wilayah daratan Australia sekitar 3.000 kilometer.

"Cukup dengan badai angin topan dan sejumlah pengusir hama sudah cukup untuk menyebar ke Australia. Saya tidak bisa memasang penangkal lalat besar di seluruh wilayah Australia utara. Saya tidak akan bisa menghentikannya."

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Vaksin Akan Ditawarkan ke Indonesia 

Menteri Littleproud mengatakan Australia akan berupaya menyediakan vaksin ke negara lain seperti Indonesia dan Timor Leste setelah vaskinnya berhasil dikembangkan.

Pejabat tertinggi bidang kedokteran hewan Australia, Dr Mark Schipp, menyatakan pihaknya mendukung langkah agar pemerintah mengimpor sapi pengidap penyakit kulit ini.

Mark sendiri telah mengunjungi Indonesia, di mana penyakit ini telah menyebar sejak ditemukan pertama kali di Riau.

Laboratorian CSIRO di Geelong dirancang untuk menangani penyakit hewan menular, dan sebelumnya pernah mengembangkan vaksin untuk virus penyakit kuda yang mematikan, yaitu Virus Hendra.

Sempat Dikritik

Menteri Littleproud telah dikritik oleh kalangan industri peternakan karena hanya mengalokasi dana APBN yang terbatas untuk program biosekuriti, termasuk melindungi Australia dari penyakit kulit sapi.

Namun Menteri Littleproud mengatakan sebuah satuan tugas segera dibentuk untuk merealisasikan komitmen pemerintah senilai A$61 miliar untuk meningkatkan biosekuriti di Australia utara.

Satgas tersebut dipimpin oleh Chris Parker, mantan kepala Otorita Hama dan Kedokteran Hewan Australia.

3 dari 4 halaman

Australia Khawatir Wabah Kulit Ternak di Riau

Sebelumnya, penyebaran penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang ditemukan pada sapi di Indonesia membuat khawatir pemerintah Australia. Dikhawatirkan penyakit ini menyebar ke Australia Utara dan mengancam sektor ternak di negara itu.

Dilaporkan ABC Australia, Kamis (24/3/2022), penyakit ini disebabkan karena gigitan serangga seperti nyamuk dan menimbulkan benjolan di kulit sapi, yang juga menyebabkan demam, kehilangan selera makan, dan berkurangnya produksi sapi, bahkan bisa menyebabkan kematian pada sapi dan kerbau.

"Saya akan bertemu dengan para pejabat untuk mendiskusikan kerja sama dengan Indonesia untuk membicarakan masalah wabah penyakit kulit berbenjol yang terjadi di provinsi Riau," kata Mark Schipp, Kepala Bidang Kesehatan Ternak Australia."Pemerintah Indonesia sudah bekerja keras untuk mengatasi masalah ini lewat program vaksinasi dan program pencegahan lainnya."

Dr Schipp mengatakan penting sekali untuk melindungi peternak sapi Australia dari penyebaran penyakit tersebut.

"Kalau terjadi di Australia, wabah ini bisa berdampak serius bagi perdagangan ternak hidup, para eksportir produk susu, bahan-bahan generik, produk daging, selain juga masalah kesejahteraan hewan dan juga berkurangnya produksi," katanya.

Dokter hewan asal Australia yang bekerja di Indonesia, Ross Ainsworth mengatakan jika wabah ini sampai ke Australia Utara, yang lokasinya paling dekat dengan Indonesia, maka akan menjadi "bencana besar".

Ia mengatakan wabah LSD di Indonesia merupakan "ancaman paling serius bagi industri peternakan sapi Australia", yang pernah ia saksikan selama puluhan tahun terakhir.

"Wabah ini ditularkan oleh gigitan serangga. Jadi perlindungan biosekuritas, yang sudah efektif diterapkan untuk mencegah penyakit lain selama beberapa generasi, tidak akan bisa melindungi kita dari hal tersebut," katanya kepada ABC.

"Kita sudah pernah melihat virus lain yang tiba di Kawasan Australia Utara lewat serangga selama musim hujan seperti virus lidah biru.

"Tidak banyak yang bisa kita lakukan dan ternak di Australia bagian utara tidak bisa dipelihara satu persatu, jadi tingkat kematian khususnya ternak sapi yang masih muda akan tinggi dibandingkan di bagian dunia lain. Itulah yang mengkhawatirkan saya."

Dr Ainsworth mengatakan industri ternak di Australia harus cepat menyadari risiko yang mereka hadapi dan bagaimana ternak hewan hidup bisa "langsung berisiko" jika wabah LSD tiba di Indonesia.

"Penyakit mulut dan kuku (FMD) selalu menjadi wabah yang paling ditakuti akan sampai masuk ke Australia dan kita perlu tetap khawatir," katanya.

"Namun FMD bisa diatasi dengan vaksin dan penyebarannya bisa ditanggulangi dengan penerapan biosekuritas."

"Sementara virus yang disebarkan oleh serangga, tidak banyak yang bisa kita lakukan.

"Inilah sebabnya saya rasa penyakit kulit pada sapi ini  ancamannya lebih serius dan benar-benar jadi ancaman bagi ternak Australia."

Selengkapnya klik di sini...

4 dari 4 halaman

Masuk Australia Tak Lagi Pakai Hasil Tes PCR COVID-19 Per 17 April 2022

Sementara itu, Pemerintah Australia pada Jumat 25 Maret 2022 mencabut persyaratan untuk menunjukkan hasil negatif dari tes COVID-19 bagi mereka yang akan terbang ke Australia.

Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt mengatakan Pemerintah tidak lagi menjadikan tes negatif sebagai syarat untuk masuk ke Australia. Peraturan ini akan mulai berlaku pada tanggall 17 April 2022.

"Melihat persyaratan vaksinasi masih berlaku dan juga penggunaan masker, nasihat dari pihak medis adalah tes COVID-19 tak lagi diperlukan," ujar Greg seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (29/3/2022). 

"Khususnya karena adanya beberapa masalah di sejumlah negara dalam mengakses tes tersebut atau menunjukkan bukti tes."

Greg mengatakan dia sudah berbicara dengan direktur eksekutif dua maskapai penerbangan terbesar di Australia, yakni Qantas dan Virgin.

"Namun kami juga mendengarkan pendapat dari Kepala Bidang Kesehatan Australia," katanya.

"Ini juga pendapat dari mereka jika kita sekarang mencabut berbagai aturan yang sudah tidak diperlukan lagi."

Keharusan menjalankan tes PCR dan menunjukkan hasil tes negatif sebelum terbang ke Australia sudah diberlakukan sejak awal tahun 2021, sebagai upaya menghentikan penyebaran Virus Corona ke Australia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.