Sukses

Surat Milik Catherine the Great Tentang Vaksin Cacar Dijual Rp 18,7 Miliar

Surat tersebut berisi upaya Catherine dalam memperluas penggunaan vaksin cacar yang melanda Rusia pada abad ke-18.

Liputan6.com, London - Saat wabah cacar melanda di abad ke-18, salah satu orang pertama di Rusia yang merangkul pendahulu vaksin adalah Catherine the Great, permaisuri Rusia yang terkenal karena mempromosikan pengetahuan terbaru dalam seni dan sains.

Dukungan Catherine untuk bentuk awal inokulasi didokumentasikan dalam sebuah surat. Sebagai catatan, inokulasi adalah pemasukan bakteri, virus, atau vaksin ke dalam tubuh melalui luka atau alat tertentu yang tidak menyebabkan infeksi, demikian dikutip dari KBBI.

Dilansir The New York Times, Kamis (2/12/2021), surat yang ditulis Catherine dijual di sebuah lelang seharga 1,3 juta dolar AS (setara dengan 18,7 miliar rupiah) di rumah lelang MacDougall, London pada Rabu, 1 Desember.

Surat tersebut ditulis pada 20 April 1787, ditujukan kepada seorang gubernur jenderal bernama Pangeran Piotr Aleksandrovich Rumiantsev meminta agar dia mempelopori peluncuran vaksin di wilayahnya.

Catherine the Great kemudian melanjutkan dengan merinci bagaimana hal itu harus dilakukan, mengarahkan penghitungan untuk membangun "penginapan untuk tempat tinggal sementara bagi mereka yang tidak dapat melakukan inokulasi ini di rumah" dan meningkatkan gaji dokter tertentu yang cocok untuk pekerjaan itu.

"Inokulasi seperti itu seharusnya umum di mana-mana," tulisnya dalam bahasa Rusia yang kemudian diterjemahkan oleh rumah lelang.

"Dan sekarang menjadi lebih nyaman karena ada dokter atau petugas medis hampir di semua distrik, serta tidak memerlukan pengeluaran yang besar."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pro-Kontra Vaksin Cacar

Vaksinasi cacar, yang dikenal sebagai variolasi, tidak mudah dilakukan. Beberapa orang memang mati setelah gagal melawan penyakitnya. Sementara itu, India dan China telah menerima vaksinasi berabad-abad sebelumnya, menurut The New York Times, banyak orang Eropa masih sangat skeptis tentang hal itu.

Namun, Catherine tahu bahwa pro dari inokulasi yang meluas lebih besar daripada yang kontra. Hal lain yang membuat Catherine yakin adalah kemungkinan kematian akibat variolasi jauh lebih kecil daripada kemungkinan kematian karena cacar itu sendiri.

Pada musim gugur 1768, dia meminta seorang dokter Inggris bernama Thomas Dimsdale untuk menyuntik dia dan putranya, Paul I. Keduanya pulih, dan Dimsdale segera memberikan perawatan kepada bangsawan berpangkat tinggi lainnya.

Sebagai catatan sejarah, surat itu mengungkapkan betapa Catherine sebagai penguasa berpikiran maju untuk mendukung vaksinasi dan tindakan spesifik apa yang dia ambil untuk memperluas praktik tersebut di seluruh Rusia.

Sebagai artefak fisik, tulisan dan tanda tangan Catherine dalam surat tersebut dilelang bersama dengan potret Catherine yang dilukis oleh Dmitry Levitsky.

Daftar rumah lelang tidak mengidentifikasikan pemilik sebelumnya dari benda-benda itu, tetapi dikatakan bahwa benda-benda itu berasal dari koleksi pribadi di Rusia. Lukisan itu sebelumnya dipamerkan di museum-museum di St. Petersburg dan Moskow, katanya.

 

Penulis: Anastasia Merlinda

3 dari 3 halaman

Infografis Vaksin COVID-19 Booster, Butuh atau Enggak?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.