Sukses

400 Kota di Dunia Berisiko Tinggi Terhadap Perubahan Iklim, Jakarta Posisi Teratas

Jakarta masuk dalam kategori kota dengan risiko tinggi terhadap perubahan iklim.

Liputan6.com, Jakarta - Di seluruh dunia, lebih dari 400 kota besar dengan total populasi 1,5 miliar berada pada risiko "tinggi" atau "ekstrem" karena campuran polusi yang berisiko bagi umur manusia, persediaan air yang menipis, gelombang panas yang mematikan, bencana alam dan perubahan iklim.

Mirisnya, ibu kota Indonesia yakni Jakarta yang akhir-akhir ini kerap tenggelam, diganggu oleh polusi, banjir, dan gelombang panas menduduki peringkat teratas. Demikian seperti dilaporkan oleh Channel News Asia, Kamis (13/5/2021). 

Tetapi India, yang berada di posisi ke-13 dari 20 kota paling berisiko di dunia, mungkin menghadapi masa depan paling menakutkan dari negara mana pun di dunia.

New Delhi menempati urutan kedua pada indeks global 576 kota yang disusun oleh analis risiko bisnis Verisk Maplecroft, diikuti di India oleh Chennai (3), Agra (6), Kanpur (10), Jaipur (22) dan Lucknow (24).

Mumbai dan 12,5 juta penduduknya berada di urutan ke-27.

Melihat hanya pada polusi udara - yang menyebabkan lebih dari 7 juta kematian dini di seluruh dunia setiap tahun, termasuk satu juta di India saja - 20 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia di antara daerah perkotaan dengan setidaknya satu juta orang semuanya ada di India dengan Delhi di posisi terdepan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kota Berisiko Tinggi

Di luar Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara memiliki proporsi kota "berisiko tinggi" terbesar di semua kategori ancaman yang digabungkan, tetapi Lima adalah satu-satunya kota non-Asia yang masuk 100 teratas.

"Rumah bagi lebih dari setengah populasi dunia dan pendorong utama kekayaan, kota-kota sudah berada di bawah tekanan serius dari kualitas udara yang buruk, kelangkaan air dan bahaya alam," kata penulis utama laporan itu Will Nichols kepada AFP.

"Di banyak negara Asia, pusat-pusat ini akan menjadi kurang ramah karena tekanan populasi meningkat dan perubahan iklim memperkuat ancaman dari polusi dan cuaca ekstrim, mengancam peran mereka sebagai penghasil kekayaan bagi ekonomi nasional."

Meskipun lebih kaya dari India, China juga menghadapi tantangan lingkungan yang berat.

Tiga puluh lima dari 50 kota di dunia yang paling dilanda pencemaran air berada di China, seperti halnya semua kecuali dua dari 15 kota teratas yang menghadapi tekanan air, menurut laporan itu.

Tetapi sistem politik dan tingkat perkembangan yang berbeda pada akhirnya dapat menguntungkan China, kata Nichols.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.