Sukses

1-2-1979: Kembalinya Ayatollah Khomeini, Pemimpin Spiritual dan Revolusi Iran

Pemimpin spiritual Syiah Iran Ayatollah Khomeini kembali ke negeri persia setelah 14 tahun diasingkan, menjadi salah satu titik perkembangan signifikan dari apa yang disebut sebagai Revolusi Islam Iran.

Liputan6.com, Teheran - Ayatollah Khomeini, pemimpin spiritual Syiah Iran, kembali ke negeri persia setelah 14 tahun diasingkan, menjadi salah satu titik perkembangan signifikan dari apa yang disebut sebagai Revolusi Islam Iran.

Hingga lima juta orang berbaris di jalan-jalan ibu kota negara, Teheran, untuk menyaksikan kembalinya imam Muslim Syiah tersebut.

Ayatollah Ruhollah Khomeini, 78, dipenjara oleh Syah Monarki Iran Mohammad Reza Pahlavi pada 1963 karena penentangannya terhadap 'reformasi' dan diusir pada tahun berikutnya, ke Irak melalui Turki.

Dia menghabiskan beberapa bulan terakhir pengasingannya di pinggiran Paris, Prancis, di mana ia mengkoordinasikan revolusi Bulan Januari yang memaksa Shah Iran untuk bersembunyi.

Ayatollah muncul dari pesawat sewaannya. Ia tampak lelah dan berlinang air mata untuk bertemu dengan 1.500 pemimpin agama dan politik yang diizinkan untuk bertemu dengannya di gedung terminal bandara.

Sekitar 50.000 polisi Iran dengan cepat kehilangan kendali atas kerumunan orang di luar bandara yang bersuka cita, memaksa untuk melihat sekilas pria yang telah menjadi inspirasi spiritual mereka.

Ayatollah Khomeini, yang dibawa keluar menggunakan konvoi mobil, harus membuat kemajuan lambat saat Chevrolet biru dan putihnya dikerubungi oleh massa pendukung yang menyambutnya.

Konvoi tidak berhenti di Teheran, tetapi membuat perjalanan 12 mil ke selatan ke Pemakaman Martir di mana Ayatollah Khomeini berpidato di 250.000 pendukung.

Dia secara terbuka menyatakan perang terhadap pemerintahan Perdana Menteri Shahpur Bakhtiar --kepala pemerintahan Monarki Iran pimpinan Syah Pahlevi saat itu.

"Orang-orang ini mencoba untuk membawa kembali rezim lain. Aku akan menyerang dengan tinjuku di mulut pemerintah ini. Mulai sekarang saya yang akan menamai pemerintah," klaimnya.

Di tempat lain, PM Iran Bakhtiar merespons pidato itu dengan mengatakan: "Jangan khawatir tentang pidato semacam itu. Itu Khomeini. Dia bebas berbicara tetapi dia tidak bebas untuk bertindak."

Pemerintah telah mencoba untuk menegaskan kembali wewenangnya dengan memotong siaran TV kepulangan Khomeini dan mengadakan parade militer melalui Teheran pada malam hari yang sama.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dalam Konteks: Ayatollah dan Revolusi Islam Iran

Perlawanan bersenjata terhadap pemerintahan Monarki Iran meningkat ketika pasukan revolusioner Khomeini menjadi semakin lengkap.

Shahpur Bakhtiar mundur sebagai perdana menteri kurang dari dua minggu kemudian untuk digantikan oleh pilihan Ayatollah Khomeini, Mehdi Bazargan.

Bakhtiar melarikan diri ke Paris dan pada tahun 1991 ditemukan tewas ditikam di apartemennya.

Ayatollah Khomeini memimpin rezim baru dari seminari teologi Qum dan mendeklarasikan Republik Islam Iran pada awal April 1979.

Pada bulan November 1979 ia secara terbuka mendukung pengepungan dan penyerbua kedutaan AS di Teheran oleh militan mahasiswa pro-revolusi.

Shah Iran meninggal dalam pengasingan di Mesir pada Juli 1980.

Ayatollah Khomeini meninggal pada Juni 1989.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.