Sukses

Pasca-Operasi Usai Insiden Penembakan oleh Polisi, Jacob Blake Lumpuh

Usai operasi yang dilakukan oleh Jacob Blake setelah ditembak oleh polisi AS, ia mengalami kelumpuhan.

Liputan6.com, Jakarta - Para pengacara untuk keluarga seorang pria kulit hitam bernama Jacob Blake yang ditembak di punggung baru-baru ini oleh polisi di negara bagian Wisconsin, AS, mengatakan bahwa ia akan membutuhkan "keajaiban" untuk bisa berjalan kembali.

Sebagai akibat dari pemotongan sebagian atau seluruh sumsum tulang belakangnya, Blake pun lumpuh. Bahkan dokter tidak yakin apakah dia akan bisa pulih berjalan seperti sedia kala. Demikian seperti mengutip laman BBC, Rabu (26/8/2020).

"Keluarganya percaya pada keajaiban, tetapi diagnosis medis saat ini adalah bahwa dia lumpuh dan, karena peluru itu memutuskan sumsum tulang belakangnya dan menghancurkan beberapa tulang punggungnya, akan membutuhkan keajaiban bagi Jacob Blake untuk bisa berjalan lagi," ujar pengacaranya Ben Crump. 

Jacob Blake (29) ditembak "setidaknya tujuh" kali saat dia berjalan menuju mobilnya dan hendak membuka pintunya di Kenosha.

Ia ditembak ketika anak-anaknya yang masih kecil berteriak dari dalam mobil.

Pasca insiden tersebut, Blake juga mengalami lubang di perutnya, cedera lengan dan kerusakan pada ginjal dan hatinya. Sebagian besar usus besar dan usus kecilnya juga harus diangkat, kata pengacaranya kepada wartawan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Picu Demonstrasi

Penembakan Blake memicu protes, terkadang disertai kekerasan.

Gubernur Wisconsin pun mengirim lebih banyak pasukan Garda Nasional ke Kenosha.

Kendati demikian, ibu Blake, Julia Jackson, menyerukan "penyembuhan", mengatakan putranya tidak akan menyetujui kekerasan yang terlihat selama protes.

Jackson mengatakan pada konferensi pers bahwa putranya telah "berjuang untuk hidupnya", tetapi mengatakan jika dia "tahu apa yang terjadi sejauh ini, kekerasan dan kehancuran, dia akan sangat tidak senang".

Penembakan Blake terjadi ketika AS bergulat dengan perlakuan terhadap orang Afrika-Amerika di tangan penegak hukum, serta pertanyaan yang lebih luas tentang rasisme di masyarakat, sejak kematian pria kulit hitam lainnya di Minneapolis, George Floyd terjadi pada bulan Mei. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.