Sukses

Kanye West Maju Jadi Capres Amerika Serikat, Bakal Saingi Donald Trump?

Jika Kanye West serius, maka ia akan bersaing dengan Presiden Donald Trump dan mantan Wapres Joe Biden.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Rapper Kanye West mengumumkan ia maju sebagai calon presiden Amerika Serikat. Jika Kanye serius, maka ia akan bersaing dengan Presiden Donald Trump dari Partai Republik dan mantan Wapres Joe Biden dari Partai Demokrat. 

Pengumuman Kanye West menjadi capres bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli. Kanye membawa pesan religius dan persatuan. Ia membawa slogan Visi 2020 (2020 Vision).

"Kita sekarang harus mewujudkan janji Amerika dengan mempercayai Tuhan, menyatukan visi kita, dan membangun masa depan. Saya mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat. #2020VISION", ujar Kanye via Twitter pada 4 Juli 2020 waktu AS.

Pencalonan Kanye West menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat mendapatkan restu dari CEO Tesla dan SpaceX, miliarder Elon Musk.

"Kamu memiliki dukungan penuh dari saya!" ujar Elon Musk via Twitter.

Kanye West merupakan penyanyi sekaligus pebisnis sukses. Forbes melaporkan Kanye sudah menjadi miliarder dengan kekayaan mencapai USD 1,3 miliar (Rp 18,9 triliun). 

Ia sempat mengklaim istrinya, Kim Kardashian West, juga merupakan miliarder, namun klaim itu dibantah Forbes.

Sebelumnya, Kanye West cenderung dekat dengan Presiden Donald Trump. Kanye West dan istrinya sukses mendekati Trump untuk mendorong reformasi di penjara.

Rencananya, debat pilpres dimulai pada 20 September di Universitas Notre Dame. Jadwal pencoblosan pilpres Amerika Serikat berlangsung pada 8 November mendatang. 

 

(USD 1 = Rp 14.563)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Unggul di Survei, Capres AS Joe Biden Minta Pendukung Tak Terlena

 Capres Joe Biden dari Partai Demokrat unggul di berbagai survei pilpres Amerika Serikat 2020. Pada survei terbaru, Biden unggul 14 poin dari Presiden Donald Trump.

Survei itu dilaksanakan New York Times bersama Sienna College. Biden mendapatkan total 50 persen, sementara Trump hanya 36 persen. Biden terutama unggul di kalangan perempuan dan pemilih non-kulit putih. 

"Biden mengungguli Trump dalam selisih besar pada pemilih kulit hitam dan Hispanik, dan perempuan dan anak muda juga cenderung memilih Tn. Biden ketimbang mereka mendukung Hillary Clinton melawan Trump pada 2016," tulis New York Times seperti dikutip Jumat, 26 Juni 2020.

Tim kampanye Joe Biden meminta pendukungnya tidak terlena atas kemenangan survei. Masyarakat diarahkan agar tetap daftar untuk dapat memilih.

"Abaikan survei-survei. Daftarlah untuk memilih," ujar akun Twitter @JoeBiden. 

Kekhawatiran tim Biden seperti bukan tanpa alasan. Pasalnya, Hillary Clinton juga diprediksi menang oleh survei pada pilpres 2016.

Sebulan sebelum pemilu, New York Times menyebut Hillary Clinton punya peluang 91 persen untuk menang.

Pada hari pencoblosan, media asal New York City itu kembali menyebut Hillary punya 85 persen peluang menang, sementara peluang Trump hanya 15 persen.

New York Times merupakan salah satu media yang berdeklarasi mendukung Hillary Clinton pada pilpres 2016.

Joe Biden sebelumnya merupakan wapres bagi Barack Obama untuk dua periode. Ia telah aktif di dunia politik selama setengah abad.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.